9 Sikap Orang Tua yang Bisa Merusak Masa Depan Anak

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Rabu, 31 Agustus 2022
0 dilihat
9 Sikap Orang Tua yang Bisa Merusak Masa Depan Anak
Orang tua berperan besar dalam mempengaruhi masa depan anak, termasuk bagaimana cara orang tua mengasuh anak. Foto: Repro Suara.com

" Pola asuh yang benar dapat berdampak baik pada kebahagiaan dan kesuksesan anak nantinya. Namun, jika sampai salah, orang tua malah bisa menyakiti, bahkan merusak masa depannya "

KENDARI, TELISIK.ID - Anak merupakan titipan Tuhan, membesarkan, mendidik dan mengasuh adalah kewajiban orangtua. Pola asuh yang benar dapat berdampak baik pada kebahagiaan dan kesuksesan anak nantinya. Namun, jika sampai salah, orang tua malah bisa menyakiti, bahkan merusak masa depannya. 

Lalu apa saja sikap orang tua yang bisa merusak masa depan anak? Dilansir dari Suara.com jaringan Telisik.id dan klikdokter.com, berikut ini sikap orang tua yang bisa merusak masa depan, yaitu:

1. Bertengkar di depan anak

Konflik dengan pasangan sering kali tak terhindarkan dan sulit menyembunyikannya dari anak. Mungkin karena emosi yang meluap, pertengkaran bisa terjadi di depan anak.

Studi ilmiah menunjukkan bahwa anak yang tumbuh di lingkungan yang sering terjadi konflik, jadi cenderung lebih sulit untuk beradaptasi, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan rentan mengalami depresi.

Bukan hanya masalah emosi, kesehatan fisik anak pun dapat terganggu dan menyebabkan keluhan berupa badan lemas yang frekuensinya sering dan gampang sakit.

2. Terlalu memanjakan

Setiap orang tua berusaha untuk membuat sang anak bahagia. Tak jarang dari mereka selalu menuruti segala sesuatu yang diinginkan anak. Namun, jika hal ini terus menerus dilakukan justru akan membawa dampak buruk bagi kehidupan sang anak.

Menurut Dr. Stephen Birchak, Ed. D, penulis buku The 5 Golden Rules, anak yang tumbuh dengan pola asuh demikian akan sulit untuk hidup mandiri karena segala sesuatu yang dia inginkan selalu dituruti. Akibatnya mereka akan selalu menggantungkan hidupnya kepada orang tua. 

3. Terus-terusan mengeluh

Mengeluh memang wajar. Namun, kalau terus-menerus mengeluh apalagi terhadap perkara kecil, itu bisa berdampak buruk pada anak.

Kebiasaan menggerutu dan mengucapkan kalimat negatif dapat menyebabkan anak mengalami stres dan kecemasan.

Baca Juga: 7 Ciri Pria yang Diam-Diam Jatuh Cinta Padamu

Anak pun akan cenderung takut untuk mengeksplorasi diri karena khawatir orang tua akan marah atau mengeluhkan tingkah lakunya. Akibatnya, anak akan merasa takut untuk mencoba hal-hal baru.

4. Membicarakan hal buruk tentang orang lain

Sebisa mungkin, hindari bergunjing atau membicarakan kejelekan orang lain di hadapan anak. Anak mungkin tampak tak mengerti, tapi mereka tetap memperhatikan anda.

Saat anda berbicara negatif tentang orang lain, misalnya: “tetangga depan rumah itu orangnya galak!”, “temanmu itu badannya bau banget”, dan sebagainya. Omongan seperti itu bisa menciptakan persepsi negatif dalam pikiran anak.

5. Membanding-bandingkan anak dengan orang lain

Membanding-bandingkan anak dengan temannya sekelasnya ataupun dengan tetangga, yang bermaksud memotivasi anak agar bisa lebih unggul memang tidak salah. Tetapi, jika hal ini terus dibiarkan bukannya anak akan semakin termotivasi justru dia akan merasa tidak percaya diri.

Sering membanding-bandingkan anak menjadikan anak akan merasa minder, cemburu, berpikiran negatif bahkan hubungannya dengan orang tua akan merenggang.

Ingat, setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. Mereka seharusnya diberi bimbingan untuk mengembangkan setiap potensi yang dimiliki.

6. Tidak jujur

Sering berbohong kepada anak akan membuat anak kehilangan rasa percaya terhadap orang tuanya sendiri.

Berdasarkan penelitian dari Universitas Princeton, Amerika Serikat, setidaknya 40 persen anak-anak takut dan kehilangan rasa percaya akan orang tuanya.

Kesannya sepele saat kebohongan itu keluar dari mulut. Namun, bila tak jujur kepada si Kecil, lama-lama itu memberikan efek buruk di kemudian hari.

7. Berbicara dengan nada kasar

Saat orang tua marah seringkali mereka lupa saat berbicara dengan anaknya hingga tak jarang dari mereka membentak bentak sang anak sebagai pelampiasan amarah. Hal ini dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi sang anak di masa mendatang.

Menurut penelitian University of Pittsburgh dan University of Michigan dalam jurnal Child Development mengungkapkan disiplin verbal terjadi, ketika orang tua menggunakan kekuatan psikologis untuk membuat anak merasa bersalah.

Baca Juga: Punya Bekas Luka? Hilangkan dengan 7 Bahan Alami Ini

Sehingga sang anak akan mencari kesenangan di luar sana, hal ini membuat anak mudah terkena pergaulan bebas.

8. Ekspektasi berlebihan pada anak

Tipe lain orang tua yang bisa merusak masa depan anak adalah yang memiliki ekspektasi terlalu tinggi pada anak. Misalnya orang tua ingin anak selalu menjadi juara kelas, masuk perguruan tinggi ternama, meraih beasiswa, dan sebagainya.

Namun, kebanyakan yang terjadi adalah, ketika pencapaian anak sesuai dengan ekspektasi orang tua, orang tua justru tidak memberikan apresiasi karena menganggap bahwa itu memang sudah seharusnya tugas anak.

Ekspektasi tinggi orang tua yang tidak dibarengi timbal balik berupa motivasi maupun apresiasi bisa membuat anak kehilangan semangat berjuang (demotivasi), karena menganggap jerih payahnya tidak dihargai.

9. Terlalu membatasi pergaulan anak

Orangtua akan berusaha melindungi anak salah satunya dengan membatasi pergaulan anak. Agar kelak mereka tidak sampai terjerumus ke dalam hal-hal yang melanggar norma asusila dan agama. Namun, sebagian orang tua terlalu membatasi pergaulan anak sehingga mereka dilarang untuk bermain bersama temannya.

Hal ini tentu tidak baik untuk kehidupannya kelak. Menjadikan sang anak cenderung menarik diri. Anak juga akan merasa tertekan karena setiap gerak gerik mereka selalu diawasi olah orang tua. Sehingga, mereka akan mencari celah agar bisa lolos dari pantauan.

Orangtua hebat adalah orangtua yang mampu membimbing dan mencetak generasi yang memiliki adab, akhlak yang baik dan bermanfaat bagi bangsa dan agama. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga