Aksi Heroik 2 Orang Pokdarwis Cegah Ancaman Erosi DAS Waepesi

Berto Davids, telisik indonesia
Kamis, 30 Maret 2023
0 dilihat
Aksi Heroik 2 Orang Pokdarwis Cegah Ancaman Erosi DAS Waepesi
Dua orang Pokdarwis sedang menanam anakan waru di daerah aliran Sungai Waepesi untuk mencegah erosi. Foto: Berto Davids/Telisik

" Dua orang Pokdarwis bergulat dengan lumpur seharian sembari menanam anakan waru di Daerah Aliras Sungai (DAS) Waepesi kurang lebih 14-15 meter "

MANGGARAI, TELISIK.ID - Ide cemerlang muncul dari benak dua orang Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka adalah Gaspar Riberu dan Yosef Andi Karpus

Dua orang Pokdarwis ini bergulat dengan lumpur seharian sembari menanam anakan waru di Daerah Aliras Sungai (DAS) Waepesi kurang lebih 14-15 meter.

Bagi mereka, ini merupakan sebuah ajakan untuk menghidupkan kembali alam dan mencegah ancaman erosi.

Di Sungai Waepesi terdapat satu DAS strategis yang cocok ditanami anakan waru, yakni bagian timur arah Kampung Gongger, Desa Satar Punda Barat Kecamatan Lamba Leda Utara.

Letak lokasi ini berada pada ketinggian tanah berair sehingga mudah terjadi pengikisan. Karena itu dua orang Pokdarwis yang mempunyai kepedulian terhadap kawasan tersebut tergerak untuk berbuat sesuatu demi mencegah ancaman erosi.

Mereka menanam kurang lebih 20 anakan waru. Sebagian ditanam persis dekat bibir sungai dan sebagian lainnya ditanam di atas bukit.

Baca Juga: Pemda Bombana Berdayakan Pokdarwis demi Kelangsungan Destinasi Wisata

Bermodalkan alat seadanya, Gaspar dan Yosef seakan ingin membuktikan bahwa DAS sungai Waepesi tidak akan terjadi erosi jika semua bantaran dipenuhi pohon waru.

"Waru ini fungsinya sebagai pelindung karena memiliki kemampuan bertahan yang tinggi terhadap kondisi DAS dari ancaman erosi," kata Gaspar ketika diwawancarai Telisik.id.

Tak hanya erosi, kata Gaspar, pohon waru juga mampu menahan banjir karena pohon ini memiliki batang dan daun yang banyak. Cocok jika ditanam di daerah aliran sungai.

Gaspar mengaku, bahwa kegiatan penanaman pohon waru ini merupakan kegiatan peduli yang datang dari ide cemerlang dan inisiatif ia dan rekannya.

"Kami adalah orang yang punya kepedulian tidak mau berpangku tangan dengan persoalan-persoalan sosial, sehingga ide ini kami wujudkan," ungkap Gaspar.

Sementara itu rekannya Yosef mengatakan, penentuan lokasi penanaman waru ini berdasarkan hasil survei terhadap kondisi tanah di bantaran Sungai Waepesi.

Kondisi tanah yang telah ditentukan itu, kata Yosef, sangat cocok ditanami waru, apalagi dekat dengan pemukiman warga. Bukan tidak mungkin semua DAS Waepesi nantinya juga berpotensi untuk ditanami waru.

"Yang pertama kami survei dulu lahannya untuk menentukan lokasi yang cocok dan hasi survei itu semua DAS Waepesi memang berpotensi. Itu makanya kami mulai tanamnya dari arah timur karena kondisi tanah di tempat itu sangat dekat dengan pemukiman," jelas Yosef.

Lebih lanjut ia mengatakan, anakan waru yang ditanam di tempat itu juga berdasarkan hasi survei yang diambil dari wilayah Dampek, tepatnya di pinggir kali. Anakan waru tersebut tumbuh subur di wilyah Dampek dan sangat berguna untuk menahan erosi.

"Waktu kami survei di Dampek, anakan waru ini tumbuh subur. Kami pun sempat melakukan wawancara dengan warga sekitar, mereka mengatakan tanaman ini baik dan bermanfaat untuk menahan erosi dan longsor. Akhirnya kami pun meminta bibitnya untuk ditanam di DAS Waepesi," beber Yosef.

Selanjutnya dua orang Pokdarwis ini berencana melakukan survei lanjutan di sekitar DAS Waepesi khususnya wilayah yang dianggap rawan erosi dan longsor.

Baca Juga: Pokdarwis Buton Selatan Dilatih Pelayanan Prima Desa Wisata

Sebelumnya dua pria ini juga pernah menunjukan rasa kepedulian dengan memungut sampah yang menumpuk di tambatan perahu Kecamatan Reok

Ia dan rekan Pokdarwisnya, Gaspar Riberu turun langsung ke tepian sungai untuk memungut sisa-sisa kotoran lalu dibuang ke seberang jalan untuk dibakar.

Sambil duduk di atas tambatan perahu, bermodalkan kayu dan kaos tangan, Yosef dan Gaspar menjadi pahlawan yang bergulat seharian dengan sampah. Mereka menyingkirkan sampah-sampah plastik dan bahkan kotoran manusia. Semua itu dilakukan agar air sungai tidak tercemar.

Meski tidak semua sampah dipungut, namun upaya dua pemuda Pokdarwis ini harus diapresiasi. Mereka berdua betul-betul merasa peduli dengan kondisi tambatan perahu karena jika dibiarkan, volume sampah akan melebihi ambang batas sungai, padahal air sungai kerap dikonsumsi warga termasuk nelayan.

Apabila air sungai tercemar manusia juga yang akan menanggung akibatnya. Mereka hanya berharap ke pemerintah setempat untuk menindak tegas oknum yang kedapatan membuang sampah. (B)

Penulis: Berto Davids

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga