Aksi September Hitam Mahasiswa FISIP UHO Angkat Isu HAM, Papua hingga Pelecehan Seksual

Egit Riski, telisik indonesia
Selasa, 01 Oktober 2024
0 dilihat
Aksi September Hitam Mahasiswa FISIP UHO Angkat Isu HAM, Papua hingga Pelecehan Seksual
Suasana saat aksi September Hitam yang digelar di halaman FISIP UHO. Foto: Egit Riski/Telisik

" Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar aksi September Hitam di halaman kampus FISIP UHO "

KENDARI, TELISIK.ID - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) menggelar aksi September Hitam di halaman kampus FISIP UHO, Senin (30/9/2024).

Aksi tersebut digelar untuk memperingati berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kampus dan beberapa kasus HAM di Indonesia yang hingga kini belum terselesaikan.

Kegiatan ini diisi dengan berbagai bentuk ekspresi seni seperti teatrikal, puisi, monolog, serta pertunjukan seni lainnya, sebagai wujud kepedulian terhadap isu-isu hak asasi manusia di Indonesia terkhusus di Kota Kendari.

Aksi September Hitam dimulai pukul 17:00 hingga pukul 22:30 Wita, menampilkan teatrikal yang menggambarkan tragedi sosial yang penuh makna.

 

Kegiatan ini tak hanya menampilkan kreativitas seni, namun juga menjadi medium refleksi terhadap tindakan yang tidak seharusnya terjadi kepada kelompok-kelompok tertentu dan kritik terhadap pelecehan atau tindak kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kampus.

La ode Muhammad Safaat, alumni FISIP UHO yang juga koordinator September Hitam mengatakan, kegiatan ini adalah yang ketiga kalinya. Pertama kali diadakan pada tahun 2021, dan dilaksanakan kembali di tahun 2024.

Baca Juga: Mahasiswa UHO Kenang September Berdarah dengan Aksi di Mapolda Sultra

Kegiatan yang menarik banyak perhatian mahasiswa ini juga berkolaborasi dengan alumni yang melakukan kemah di depan Polda Sultra, mahasiswa asal Papua dan seniman.

"Untuk pentas kami malam hari ini membawa tiga isu. Yang paling fundamental kita mesti sampaikan yang pertama kasus Randi-Yusuf, yang kedua soal Papua dan yang ketiga soal pelecehan seksual," beber Muhammad Safaat.

 

Untuk kasus Randi Yusuf, poin utama yang ingin disampaikan dan wariskan adalah agar mereka tahu bahwa di bulan September 2019 ada mahasiswa yang ditembak oleh oknum kepolisian hingga meninggal.

"Untuk kasus pelecehan seksual, hal utama yang ingin disampaikan adalah mirisnya kondisi mahasiswa UHO ketika mereka menjadi korban pelecehan seksual, justru mereka enggak bisa speak up, yang pada akhirnya lewat pentas ini kita coba sampaikan bahwa memang di kampus itu tidak cukup aman untuk perempuan," tambahnya.

Dia menambahkan, untuk Papua yang menarik adalah di papua itu bukan cuma soal tambang, tapi di sana juga ada manusia, hanya masyarakat selama ini tidak melihat persoalan Papua lebih mendalam dan lebih detail.

"Narasi yang selalu dibangun soal Papua hanya soal kekerasan, Papua minta merdeka dan lain sebagainya. Tapi mereka tidak melihat persoalan Papua yang lebih fundamental dan pada malam ini, semua itu bisa tersampaikan karena anak-anak Papua langsung yang refleksikan," tambahnya.

Para mahasiswa berkolaborasi dalam berbagai bentuk seni, mulai dari pembacaan puisi yang menggugah emosi, hingga monolog yang menyampaikan pesan tentang kisah seorang Marsinah. Ada pula tarian Papua dan teatrikal yang ditampilkan menjadi salah satu elemen paling kuat dalam kegiatan aksi tersebut yang menggambarkan peristiwa-peristiwa HAM, dan pelecehan seksual yang sedang marak di lingkungan kampus.

 

Menurut koordinator acara, Fiqri, kegiatan September Hitam tahun ini lebih mengangkat isu-isu HAM lama yang belum terselesaikan dan juga yang paling utama isu-isu pelecehan seksual di lingkungan kampus yang korbannya makin banyak tapi minim pendampingan.

"Fokus kami juga tidak hanya di kasus Randi-Yusuf saja tapi kita juga fokus di isu-isu lokal lainnya seperti kasus-kasus kriminalisme atau kriminalisasi yang dirasakan sampai sekarang oleh rakyat-rakyat sipil di Torobulu," ujarnya.

Baca Juga: September Berdarah, Ratusan Mahasiswa UHO Teatrikal Penembakan Randi-Yusuf

Dia menambahkan, tujuan menggelar kegiatan ini adalah membangkitkan masyarakat khususnya mahasiswa supaya membuka lebih lebar kesadaran akan hal-hal di sekitar mereka, agar tidak buta dan tidak apatis lagi, dan bisa fokus dengan isu-isu yang ada di sekitarnya supaya mereka bisa lebih hati-hati.

"Intinya, tujuannya adalah menjadikan momen demonstrasi itu sebagai tontonan yang menarik untuk masyarakat, mengubah stigma masyarakat khususnya di Kota Kendari dengan aksi demonstrasi yang dibungkus dengan cara-cara yang romantis yang melibatkan unsur-unsur kesenian," tambahnya.

Para mahasiswa juga menegaskan bahwa aksi ini bukan hanya untuk mengenang peristiwa masa lalu, tetapi juga sebagai seruan untuk perubahan nyata di lingkungan akademik agar menjadi tempat yang aman bagi seluruh civitas akademika.

Untuk memastikan keamanan selama aksi berlangsung, beberapa jalan di dalam kampus UHO ditutup sementara, menyebabkan arus lalu lintas di sekitar kampus dialihkan. (A)

Penulis: Egit Riski

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga