Bapak Ini Koleksi Al Quran Abad ke-15 dan Benda Sejarah

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Minggu, 05 Februari 2023
0 dilihat
Bapak Ini Koleksi Al Quran Abad ke-15 dan Benda Sejarah
Fariki mendirikan rumah iptek berawal dari hobinya mengoleksi barang dan benda-benda antik bernilai sejarah. Ia menyebut mahasiswa UGM pernah berkunjung ke rumah ipteknya untuk mempelajari sejarah yang ada di Sulawesi Tenggara. Foto: Nur Khumairah/Telisik

" Siapa yang tak mengenal Al quran, kitab suci umat Islam ini ternyata ada yang berusia abad ke-15 yang dimiliki oleh Fariki yang merupakan warga Kota Kendari "

KENDARI, TELISIK.ID - Siapa yang tak mengenal Al quran, kitab suci umat Islam ini ternyata ada yang berusia abad ke-15 yang dimiliki oleh Fariki yang merupakan warga Kota Kendari.

Fariki memiliki hobi yang cukup unik, yaitu kerap mengoleksi barang antik dan barang bernilai sejarah. Salah satunya Al quran tua yang masih ia simpan rapi.

Saat mengunjungi kediamannya yang berada di Jalan Buburanda, Lorong Harum, ia cukup banyak mengoleksi buku-buku sejarah dan tak sedikit sejarah suku se-Sulawesi Tenggara berjajar rapi di dalam lemari kaca.

Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah Al quran tua yang tersimpan rapi di dalam boks kaca miliknya, meski tampak usang termakan usia, namun Al quran tersebut sangat berbeda dengan Al quran yang biasa kita miliki saat ini.

Baca Juga: Jalan Brigjen Katamso Rusak Tuai Keresahan Warga

Al quran tersebut merupakan peninggalan Syaid Rabba seorang penyiar Islam di Muna pada 1711 Masehi, pasca Syaikh Abd Wahid yang dicetak di atas kertas. Selain itu ia juga memiliki Al quran berusia abad ke-17 yang ukurannya jauh lebih besar.

Fariki mendirikan rumah iptek berawal dari hobinya mengoleksi barang dan benda-benda antik bernilai sejarah. Ia menyebut mahasiswa UGM pernah berkunjung ke rumah ipteknya untuk mempelajari sejarah yang ada di Sulawesi Tenggara. Foto: Nur Khumairah/Telisik

 

Terdapat alat peninggalan lainnya seperti haroa dari jaman purbakala yang terbuat dari besi dengan ukuran yang cukup besar di bandingkan haroa pada umumnya.

Melansir Wikipedia.com, haroa adalah tradisi menyambut bulan Ramadan oleh masyarakat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara. Kata haroa berarti sesajen (sajian makanan) yang disiapkan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan. Sedangkan dalam bahasa Muna.

Haroa berasal kata “haro” yang artinya ‘sapu’ atau ‘membersihkan’. Haroa yang juga dilaksanakan oleh masyarakat Liya bukan sekedar ritual belaka, tetapi merupakan kebiasaan turun temurun dan memiliki nilai tertentu.

Selain menjadi upacara mengucap syukur, tradisi Haroa juga bisa berfungsi sebagai media penyelesaian konflik dan penyatuan masyarakat yang beda suku, dikarenakan acara ini mengundang para kenalan tidak terbatas oleh suku tertentu saja.

Ia juga memiliki beberapa peninggalan mantan Gubernur Sulawesi Tenggara ke-6, Drs. H. Laode Kaimoeddin yang menjabat sejak 23 Desember 1992 hingga 18 Januari 2003.

Beberapa di antaranya seperti komputer dan print yang tampak usang, ia menyebut jika dirinya pernah bekerja sebagai penulis pidato sejak masa Laode Kaimoeddin dan masa Ali Mazi periode pertama.

"Saya penulis pidato mantan Gubernur Alm La Ode Kaimoeddin dan Ali Mazi periode pertama, sempat tidak menulis zaman Nur Alam, kini periode kedua Ali Mazi dipercaya lagi jadi penulis pidato," tuturnya, Minggu (5/2/2023).

Ia juga menyimpan beberapa galeri yang tersusun rapi serta beberapa foto peninggalan jaman kolonial Belanda. Bahkan souvenir tugu persatuan eks MTQ yang terbuat dari kayu masih ia simpan serta beberapa buku sejarah asal muasal nama daerah yang ada di Sulawesi Tenggara.

Mengenai suka dan duka yang ia alami, ia menyebut tak memiliki duka, ia juga mengatakan karena pengelolaan rumah iptek yang ia miliki masih bersifat keluarga sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat Kota Kendari.

"Kalau dukanya, hampir tidak ada, masih banyak kurangnya karena kita kelola masih keluarga yang urus. Kalau koleksi yang agak kurang itu dari Pulau Wawonii, kalau yang lainnya Alhamdulillah sudah lengkap," ujarnya.

Karena koleksi miliknya, ia sampai membuka rumah iptek yang dibuka sesuai hari dan jam kantor, bahkan tak sedikit mahasiswa dan beberapa warga dari luar Kota Kendari melakukan penelitian dan mengambil sumber di rumah iptek tersebut.

Baca Juga: Lowongan Kerja Kendari: Karya Jaya Sentosa Buka 2 Posisi Buat Lulusan SMA, Ini Cara Daftarnya

Beberapa turis bahkan pernah berkunjung ke rumah iptek miliknya. Namun, bagi warga lokal sendiri jarang berkunjung selain peneliti dan mahasiswa yang sedang mempelajari sejarah.

Meski begitu, ia sangat senang dengan koleksi miliknya bisa membantu orang lain mengetahui sejarah dan asal usul Sulawesi Tenggara.

Koleksi yang dimiliki oleh rumah iptek ini cukup bagus, namun akses jalan menuju ke rumah iptek kurang memadai. Jalannya cukup tergenang, terutama di musim hujan, bahkan saat Telisik.id mengunjungi kediamannya, nampak jalan cukup licin, becek dan tak memiliki drainase. (B)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga