Bukti Riset Proyek Geothermal Layak Ada di Poco Leok Manggarai Meski Ditolak Warga

Berto Davids, telisik indonesia
Minggu, 19 Maret 2023
0 dilihat
Bukti Riset Proyek Geothermal Layak Ada di Poco Leok Manggarai Meski Ditolak Warga
Kawasan Ulumbu pengembangan proyek geothermal di Poco Leok Manggarai. Foto: Ist.

" PLN dalam setiap aktivitasnya mengutamakan savety bagi pekerja maupun masyarakat. Operasionalisasi PLTP Ulumbu juga diawasi ketat "

MANGGARAI, TELISIK.ID - Belum lama ini warga di Poco Leok, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menolak keras rencana pembangunan proyek geothermal.

Beragam spekulasi dan fobia mencetus perlawan kelompok warga menolak pembangunan panas bumi itu. Mengingat warga lingkar geothemal adalah masyarakat adat, tentunya mereka tidak mau dipisahkan dengan tanah ulayat mereka sebagai sebuah entitas.

Selain itu warga tidak ingin tanaman cengkeh, kemiri dan cokelat yang hijau menjadi tidak berbuah seperti yang dialami masyarakat Desa Wewo yang dalam 3 tahun terakhir tidak bisa lagi memanen cengkeh dan tanaman perdagangan lainnya. Lantas apakah itu juga bagian dari petaka PLTP?

Banyak ketakutan yang menghantui warga 9 kampung di wilayah Poco Leok. Ada yang mengatakan sawah dan air bakal tercemar. Ada juga yang menyebut lahan sewaktu-waktu bisa longsor tanpa sebab seperti testimoni orang Wewo yang katanya akibat pengeboran Ulumbu di masa lalu.

Terhadap spekulasi tersebut, pihak PLN memberi klarifikasi berbasiskan kajian akademis dan hasil riset.

Humas PLN Induk Unit Pembangunan (IUP) Nusa Tenggara (Nusra) Irlan Jayadi Lalu menjelaskan, PLN telah menerima sekian banyak keluhan dari warga Desa Wewo maupun desa lain di sekitaran PLTP Ulumbu.

Keluhan-keluhan yang dikaji sama persis dengan keresahan saat ini yang disuarakan warga terdampak pengembangan unit 5-6 Poco Leok.

PLN, kata Irlan, dalam setiap aktivitasnya mengutamakan savety bagi pekerja maupun masyarakat. Operasionalisasi PLTP Ulumbu juga diawasi ketat.

Pengukuran dampak positif dan negatif PLTP, sebut dia, dilakukan secara periodik dan holistik sampai menembus kualitas udara, kadar belerang dalam air serta humus tanah.

Baca Juga: Geothermal di Poco Leok Manggarai Strategi Pemerintah Wujudkan Energi Ramah Lingkungan

Dalam penelitian terbarunya, PLN menggandeng Institut Tehnologi Bandung (ITB) dengan sasaran riset di Desa Wewo, Wae Ajang, Umung, Ponggeok, Lungar, Gonggor dan Paka.

Riset yang dilaksanakan PT.LAPI ITB tahun 2022 itu menguji fakta di balik keresahan warga soal PLTP Ulumbu.

“Terdapat 91 persen responden mengetahui aktivitas PLTP Ulumbu dan 72 persen responden menyampaikan bahwa PLTP Ulumbu memberikan dampak positif, seperti ketersediaan listrik, peluang kerja dan usaha, serta mempermudah komunikasi dan internet,” kata Irlan di Ruteng, Minggu (19/3/2023).

LAPI ITB juga merilis responden tentang dampak PLTP Ulumbu terhadap pertanian dan kesehatan.

Hanya 97persen responden menyampaikan bahwa aktivitas PLTP Ulumbu tidak menyebabkan pencemaran air walaupun 3 persen responden menyatakan saat hujan air menjadi keruh. Kemudian 84 persen responden menyampaikan bahwa aktivitas PLTP Ulumbu tidak menyebabkan pencemaran tanah, namun 16 persen menyatakan terjadi pencemaran tanah khususnya pada tanaman kopi.

Isu tanaman cengkeh, kemiri dan cokelat yang tidak berbuah sejak tahun 2020 di Desa Wewo dan desa-desa sekitarnya juga diangkat dalam penelitian tersebut.

“pH pada sampel tanah perkebunan masyarakat berada pada pH optimum yang baik untuk pertumbuhan tanaman, berbeda dengan tanah sawah di Kawah Bawah yang bersifat sangat asam. Kadar sulfur tertinggi terdapat pada tanah sawah dan tanah kebun yang berdekatan dengan kawah di Dusun Damu,” terangnya.

Dari 30 responden, 15 orang mengatakan tidak pernah memupuk tanaman yang dibudidaya. Rerata umur tanaman perkebunan dan penyegar di atas 10 tahun.

Sedangkan dalam data sekunder melalui wawancara, 30 orang petani disebutkan bahwa produktivitas tanaman menurun akibat sejumlah faktor yaitu pemupukan, pemangkasan, umur tanaman, kompetisi hara dan cahaya Matahari serta serangan hama dan penyakit.

Adapun rekomendasi yang diperlukan yakni introduksi teknologi budidaya komoditas perkebunan dan penyegar (cengkeh, kemiri, kakao dan kopi).

“Perlu adanya pendampingan yang intens dari dinas terkait,” ujar dia.

Faktor yang memengaruhi atap berbahan seng cepat berkarat dan bolong-bolong, antara lain karena rumah sangat dekat dengan kawah, jenis dan mutu atap seng serta umur atap seng.

Upaya yang dilakukan pelapisan cat zinc cromate galvanis pada seng agar tahan karat. Atau penggantian atap tahan karat seperti galvalum, sandex PVC, genting, genting asbes beton. Dan ini menjadi atensi PLN.

Menurut dia, kualitas udara di PLTP Ulumbu maupun di Poco Leok secara keseluruhan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.

Dalam pengujian kualitas udara PLTP Ulumbu, lembaga penelitian ITB menggandeng PT. Sucofindo (Persero). Laboratorium PT. Sucofindo telah tersertifikasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

“Angka pH air hujan dan air sungai tidak bersifat asam dan tidak menyebabkan terjadinya korosi. Data kualitas udara ambien dan tingkat kebauan di udara ambien masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan,” katanya.

Keluhan terbanyak yang diderita masyarakat sekitar PLTP Ulumbu dan kawah Ulumbu yakni batuk 29 persen,  sedangkan 10 persen menyatakan memiliki riwayat ISPA.

Disampaikan dia, hasil analisis hubungan antara kualitas udara dengan kesehatan dalam riset LAPI ITB itu adalah tingkat kualitas udara ambien dalam kategori “baik” dan tidak memberikan dampak negatif pada manusia.

“ISPA tidak disebabkan oleh aktvitas PLTP Ulumbu. Kondisi ISPA merupakan penyakit tertinggi yang juga terjadi di wilayah lain yang jauh dari aktivitas PLTP,” tegas Irlan.

Baca Juga: Tukang Sayur di Papua Sudah Biasa Sulap Pajero untuk Berdagang

Dipaparkannya, hasil analisis indeks zat pencemar udara (ISPU) dari SO2, CO dan PM 2,5 yang dilakukan ITB masih sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2020.

“Nilai ISPU dari konsentrasi maksimum SO2, CO dan PM 2,5 berada pada pada range 1-50, yang dikategorikan baik, artinya tingkat kualitas udara yang  baik, tidak memberikan efek negatif terhadap manusia dan hewan. Jika konsentrasi maksimum menunjukkan kategori ISPU yang baik, maka pada semua titik sampel dengan konsentrasi tertentu juga menunjukkan kategori ISPU yang baik dari parameter SO2 dan CO,” beber dia.

Perlu diwaspadai jika konsentrasinya lebih dari 2 ppm yang dapat menyebabkan mual, mata berair, sakit kepala, kurang tidur dan tingkat keparahan akan meningkat pada konsentrasi lebih dari itu.

Masyarakat yang menolak pengembangan PLTP Ulumbu di wilayah Poco Leok juga merasa ketakutan dengan laporan tanah longsor di Desa Wewo. Spekulasi pun dihubung-hubungkan dengan PLTP Ulumbu.

Tapi pihak PLN berkeyakinan aktivitas PLN dalam proyek EBT ini sangat aman untuk lingkungan dan savety bagi pekerjanya.

“Segala bentuk hal yang baru biasanya kita resisten karena informasi yang belum tersampaikan dengan baik. Kita ngomong aspek longsor pertama pertanyaan seperti apa dulu, lokasinya ada di mana. Kemudian proses drilling pada saat pengeboran itu juga kita tidak bisa sembarangan karena bagaimanapun juga kita tidak mau melahirkan suatu dampak yang tidak diinginkan,” cetusnya.

Sementara itu GM PLN Nusa Tenggara Timur, Fintje Lumembang mengatakan bahwa pulau Flores memiliki daya geothermal yang cukup besar, hampir 1.000 Megawatt (MW) dengan cadangan sebesar 402,5 MW. Dari 16 titik panas bumi di Flores, wilayah Poco Leok di Kabupaten Manggarai menyimpan potensi terbesar.

Saat ini PLN sedang merampungkan proses penetapan lokasi 7 titik pengeboran yang tersebar tiga desa wilayah Poco Leok, yaitu, Desa Lungar, Mocok, dan Golo Muntas.

Perluasan area pembangkit unit 5 dan 6 Poco Leok bertujuan meningkatkan kapasitas eksisting dari 4×2,5 MW PLTP Ulumbu dinaikkan ke 2×20 MW untuk memenuhi kebutahan elekrifikasi di Manggarai yang menurut PLN masih defisit 4 MW beban puncak pada malam hari.

Unit 5 dan 6 ini terbagi atas 4 wellpad atau tapak pengeboran yakni Wellpad D (Lingko Tanggong milik Warga Kampung Lungar), Wellpad E (Kampung Cako, Leda, dan Lelak Desa Lungar). (B)

Penulis: Berto Davids

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga