Geothermal di Poco Leok Manggarai Strategi Pemerintah Wujudkan Energi Ramah Lingkungan
Berto Davids, telisik indonesia
Kamis, 02 Maret 2023
0 dilihat
Proyek geothermal atau energi panas bumi yang rencana dibangun di wilayah Poco Leok, Kabupaten Manggarai. Foto: Ist.
" Pulau Flores memiliki potensi geothermal yang cukup besar, hampir 1.000 megawatt (MW) dan cadangan sebesar 402,5 MW "
MANGGARAI, TELISIK.ID - Pemerintah bersama PT PLN terus berkomitmen dan berinovasi menjalankan misi besar untuk mewujudkan energi ramah lingkungan, salah satunya dengan membangun energi geothermal di Poco Leok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Secara umum, Pulau Flores memang memiliki potensi geothermal yang cukup besar, hampir 1.000 megawatt (MW) dan cadangan sebesar 402,5 MW.
Semuanya itu tersebar di 16 titik dan salah satu potensi besar tersebut ada di kawasan Poco Leok kabupaten Manggarai.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2268 K/30/MEM/2017 menyatakan Pulau Flores sebagai Pulau Panas Bumi atau "Flores Geothermal Island".
Karena itu pemerintah telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen tahun 2030 dan mencapai Net Zero Emission pada 2060.
Dalam hal ini sumber daya EBT Indonesia khususnya pulau Flores yang melimpah perlu segera dimaksimalkan pemanfaatannya untuk pengadaan energi bersih.
Dede Mairizal, Senior Manager Perizinan, Pertanahan dan Komunikasi PLN (Persero) UIP Nusa Tenggara mengungkapkan, jika saat ini kebutuhan energi listrik di Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Flores mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, maka itu merupakan pertanda membaiknya kondisi ekonomi masyarakat.
Pemenuhan energi tersebut, kata dia, ditopang oleh beberapa pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar minyak yang secara biaya pokok produksi lebih tinggi dibanding nilai jual ke pelanggan.
“biaya produksi listrik di Pulau Flores itu sekitar Rp 2000 per kwh (kilo watt hours) sedangkan biaya yang dibebankan kepada masyarakat untuk pelanggan rumah tangga 1300 VA sebesar Rp 1.444 per kwh, artinya ada selisih yang harus ditanggung oleh negara melalui subsidi energi,” ujar Dede, Kamis (2/3/2023).
Lebih lanjut Dede mengatakan, melalui Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik 2021-2030, PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ditugaskan untuk menyiapkan suplai energi yang cukup dan andal secara operasional, terlebih PLN ditargetkan menyiapkan energi yang ramah lingkungan guna mendukung tercapainya Net Zero Emission (NZE) tahun 2060.
“Ada potensi energi murah dan ramah lingkungan yang cukup menjanjikan di wilayah Poco Leok, sehingga perlunya langkah strategis dan dukungan dari para stakeholder di lokasi pembangunan, agar tercapai kesamaan pandangan dan tujuan, tentunya potensi ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama,” lanjutnya.
Baca Juga: PLN Kembangkan Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan di Ulumbu Manggarai
Pada perjalanannya, PLN menyadari proses merealisasikan cita-cita besar ini menghadapi tantangan yang tidak ringan, baik pada sisi teknis maupun non teknis, hal itu di akuinya dikarenakan adanya perbedaan pemahaman akibat tidak tersampaikannya informasi secara utuh.
“Kami tentunya dengan tangan terbuka siap menerima masukan dan saran dari segenap stakeholder dan masyarakat luas, karena itu merupakan bagian dari misi kami untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan,” ucap Dede.
Saat ini pembangunan perluasan PLTP Ulumbu di wilayah Poco Leok memasuki tahap pematangan survey topografi untuk mengetahui data empiris awal kepemilikan batas lahan yang diperuntukkan sarana jalan masuk dan lokasi eksplorasi (wellpad) di desa Lungar, Kecamatan Satarmese.
Ia mengakui bahwa masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan termasuk kaitannya dengan penolakan masyarakat.
“Kita harus bisa menjelaskan bagaimana panas bumi di Poco Leok nantinya akan dikembangkan dan dikelola. Membangun komunikasi dengan seluruh elemen masyarakat, kita berupaya untuk memastikan masyarakat mendapat informasi tersebut secara lengkap, utuh dan akurat,” tutupnya.
Sementara itu, Bupati Manggarai, Heribertus Geradus Laju Nabit menanggapi aksi penolakan warga Poco Leok terkait rencana pembangunan geothermal ini.
Ia mengatakan, pemerintah hadir dan bersedia mendengar serta menimbang berbagai suara pro kontra dari masyarakat.
Karena itu pemerintah putuskan untuk jalan ke tiap-tiap gendang. Tidak hanya mendengar suara-suara yang setuju tapi juga mendengar suara-suara yang tidak setuju.
"Pemerintah punya niat baik. Yang setuju dan tidak setuju tentu punya alasan demi masa depan. Sehingga hal itulah yang akan kami komunikasikan dengan PLN," jelasnya.
Lebih lanjut bupati terpilih Pilkada 2020 itu menjelaskan bahwa sebagai pemerintah ia akan bertanggung jawab penuh soal isu ini. Untuk itu masyarakat diminta tetap tenang dan jangan terburu-buru mengambil sikap.
Sebab, sebagai pemimpin, ia akan bertanggung jawab soal pembangunan di Manggarai juga perlu mengetahui kondisi lapangan secara riil.
"Bahwa ada reaksi atau respon dari masyarakat yah itu perlu kita dengar. Protes ada hal yang normal, hal yang perlu didengar, diserap dan tidak dianggap negatif," ungkapnya.
Ia pun memberikan arahan kepada camat dan kepala desa untuk terus membuka komunikasi dengan masyarakat dan jangan ditutup supaya masyarakat bisa mengetahui tentang tujuan dari rencana pembangunan proyek itu.
Ia pun berjanji akan menindaklanjuti aksi protes warga untuk kemudian berkomunikasi dengan PLN.
"Ada banyak usulan-usulan, ada banyak kekhawatiran. Itulah yang akan kami bahas kembali bersama PLN," kata bupati.
Sebelumnya, warga kampung Poco Leok, Kabupaten Manggarai menolak rencana pembangunan proyek geothermal dengan menghadang rombongan bupati yang hendak berkunjung menyerap aspirasi warga di wilayah itu.
Penolakan yang dilakukan warga terlihat menggema hingga berpapasan langsung dengan rombongan bupati yang hendak mengunjungi rumah gendang.
Sebelum menuju rumah gendang, sejumlah tokoh adat setempat hendak melakukan ritus penerimaan tamu dalam bentuk "manuk kapu."
Baca Juga: Masuk Sekolah di Nusa Tenggara Timur Paten Pukul 05.30 Wita
Namun, ritus itu terhalang oleh aksi protes warga yang turun ke jalan sambil berteriak-teriak seraya membentang puluhan poster yang bertuliskan penolakan warga terhadap rencana pembangunan proyek panas bumi atau geothermal di Kampung Poco Leok.
Ritus itu pun akhirnya tidak dilaksanakan di tempat itu dan dua remaja putri berkebaya berdiri diam di antara massa yang merapat dengan rombongan Bupati Manggarai. Terdengar suara beberapa ibu yang meminta bupati tidak mengizinkan proyek itu.
“Kami menolak geotermal di Poco Leok,” teriak seorang ibu, Senin (27/2/2023) lalu.
“Bapak bupati, kami tidak setuju,” teriak ibu lainnya.
Bupati yang saat itu berada di tengah kerumunan berupaya untuk memenangkan massa, namun teriakan penolakan terus menggema.
Karena situasi tidak memungkinkan, akhirnya rombongan bupati diarahkan ke tempat dialog di aula Gereja Stasi Lungar. (B)
Penulis: Berto Davids
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS