Buton Selatan 11 Tahun, Ini Deretan Fakta Unik Sejak Berdiri

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 24 Juli 2025
0 dilihat
Buton Selatan 11 Tahun, Ini Deretan Fakta Unik Sejak Berdiri
Desa Bahari, salah satu desa di Kecamatan Sampolawa, Kabupaten Buton Selatan yang memiliki berbagai keindahan alam. Foto: Luvtrip.

" Sebelas tahun sudah Buton Selatan berdiri sebagai daerah otonom, menyimpan berbagai cerita unik tentang sejarah, adat, hingga potensi sumber daya "

BUTON SELATAN, TELISIK.ID - Sebelas tahun sudah Buton Selatan berdiri sebagai daerah otonom, menyimpan berbagai cerita unik tentang sejarah, adat, hingga potensi sumber daya.

Hari jadi ke-11 Kabupaten Buton Selatan tahun ini menjadi momentum bersejarah dengan digelarnya prosesi adat kande-kandea secara perdana.

Pada Hari Rabu, 23 Juli 2025, sebanyak 356 talang disiapkan dalam pelaksanaan tradisi tersebut sebagai simbol penghormatan budaya lokal. Acara ini melibatkan partisipasi luas dari berbagai instansi, masyarakat adat, dan tokoh lokal.

Penjabat Sekretaris Daerah Buton Selatan, La Ode Darus Salam, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam menyukseskan perayaan ini.

Ia menilai pelaksanaan kande-kandea sebagai representasi kuat dari identitas budaya yang selama ini dijaga oleh masyarakat Buton Selatan. Tradisi ini juga diharapkan menjadi penguat karakter daerah di tengahi pembangunan yang terus digalakkan.

Untuk itu telisikers, mari mengenal lebih dekat dengan Buton Selatan dan isi uniknya yang jarang diketahui.

Alasan Pemekaran dan Kendala Akses Menuju Pasarwajo

Berdasarkan informasi dari Wikipedia, Kamis (24/7/2025), Buton Selatan resmi menjadi kabupaten pada tahun 2014 setelah dimekarkan dari Kabupaten Buton. Pemekaran ini dilatarbelakangi oleh kendala akses dan pelayanan publik yang dirasakan masyarakat di wilayah selatan Buton.

Ketika itu, pusat pemerintahan Kabupaten Buton berada di Pasarwajo, namun masyarakat Buton Selatan harus melalui Kota Baubau terlebih dahulu untuk menuju ke sana.

Kondisi geografis yang terdiri dari gugusan pulau-pulau seperti Kadatua, Siompu, dan Batu Atas semakin memperkuat alasan pemekaran. Pulau-pulau ini berada di kawasan terpisah dari Pulau Buton, dan sebagian bahkan berbatasan langsung dengan wilayah perairan Nusa Tenggara Timur.

Baca Juga: 356 Talang Prosesi Kande-kandea Warnai HUT Ke-11 Buton Selatan

Sejarah Panjang sejak Era Kesultanan Buton

Jauh sebelum menjadi kabupaten, wilayah Buton Selatan sudah eksis sejak masa Kesultanan Buton. Dalam dokumen hukum Martabat Tujuh yang berasal dari sekitar tahun 1610, disebutkan nama-nama distrik dan pejabat yang memerintah wilayah yang kini menjadi bagian dari Buton Selatan.

Beberapa tokoh penting saat itu seperti Menteri Baluwu, Lakina Batauga, Menteri Gama, dan Menteri Siompu menjadi bagian dari struktur pemerintahan adat Kesultanan Buton. Wilayah-wilayah ini termasuk Sampolawa, Batauga, Kadatua, Siompu, dan lain sebagainya.  Buton.

Pemerintahan Buton Selatan Pasca Pemekaran

Setelah resmi berdiri sebagai kabupaten sendiri, Buton Selatan mulai membentuk struktur pemerintahan definitif. Bupati pertama yang dilantik secara resmi adalah Agus Feisal Hidayat, yang menjabat sejak Mei 2017 hingga Mei 2018. Ia kemudian digantikan oleh La Ode Arusani dari PDIP yang menjabat hingga tahun 2022.

Saat ini, kursi Bupati Buton Selatan dijabat oleh Muhammad Adios dari Partai Gerindra sejak Februari 2025. Ia menjadi tokoh petahana yang memimpin arah pembangunan daerah pada periode berikutnya.

Pemerintahan kabupaten ini terus mendorong pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar di wilayah daratan maupun kepulauan.

Ragam Etnis dan Identitas Sosial Masyarakat

Masyarakat Buton Selatan memiliki latar belakang etnis yang beragam, namun secara umum didominasi oleh etnis Ciacia dan Wolio. Meski belum ada kesepakatan akademik soal jumlah pasti etnis di Buton, keberagaman ini menunjukkan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat lokal.

Dari segi agama, mayoritas penduduk Buton Selatan beragama Islam dengan persentase mencapai 99,97 persen. Sisanya memeluk agama Kristen sebanyak 0,03 persen. Struktur sosial masyarakat dibentuk melalui profesi yang beragam seperti petani, nelayan, pelaut, pedagang, dan pekerja jasa.

Potensi Rotan, Agel, dan Cendera Mata Khas

Buton Selatan juga menyimpan potensi sumber daya alam non-migas yang cukup menjanjikan. Salah satunya adalah rotan batang yang dibudidayakan di lahan seluas 150 hektar, dengan jumlah produksi mencapai 85.604 batang rotan. Nilai produksinya mencapai lebih dari Rp34 juta.

Selain itu, tanaman agel atau palm agel juga tumbuh di wilayah ini dan dimanfaatkan sebagai bahan baku tali untuk aneka kerajinan. Produk andalan dari hasil olahan ini adalah tas tangan Agel, yang menjadi salah satu cendera mata khas Sulawesi Tenggara dan menjadi produk UMKM unggulan dari Buton Selatan.

Pesona Wisata: Dari Pantai hingga Tradisi Adat

Dari sektor pariwisata, Buton Selatan memiliki kekayaan destinasi alam, budaya, dan sejarah. Bekas benteng peninggalan Kesultanan Buton masih berdiri kokoh sebagai saksi sejarah. Selain itu, masyarakat Ciacia yang masih memegang teguh tradisi adat turut memperkaya khasanah budaya lokal.

Baca Juga: BPBD Ingatkan 5 Wilayah di Buton Selatan Berpotensi Langganan Fenomena Hidrometeorologi

Pantai-pantai berpasir putih dengan air jernih dan keindahan bawah laut seperti yang ada di Basilika (Batu Atas, Siompu, Liwutongkidi, dan Kadatua) menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Potensi pariwisata ini menjadi salah satu sektor yang sedang dikembangkan pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja baru.

Lapa-Lapa dan Kambewe: Kuliner Lebaran yang Ikonik

Kehidupan masyarakat Buton Selatan tak lepas dari budaya kuliner lokal yang khas. Salah satu makanan paling ikonik di daerah ini adalah Lapa-lapa.

Hidangan ini terbuat dari beras ketan putih atau hitam yang dimasak dengan santan dan dibungkus daun. Lapa-lapa biasanya disantap saat Lebaran bersama ikan asin dan sambal kaluku.

Selain Lapa-lapa, ada juga Kambewe yang berbahan dasar jagung muda. Kombinasi jagung, gula merah, dan kelapa parut menjadikan makanan ini memiliki rasa manis alami dan tekstur yang khas. Kambewe menjadi sajian favorit masyarakat lokal dalam berbagai acara keluarga atau kegiatan adat.

Keunikan Pulau Batu Atas: Titik Paling Selatan Sultra

Salah satu wilayah paling unik di Buton Selatan adalah Pulau Batu Atas, yang menjadi titik paling selatan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau ini berbatasan langsung dengan perairan Nusa Tenggara Timur dan menjadi kawasan strategis dari sisi maritim.

Keberadaan Batu Atas serta pulau-pulau lainnya seperti Kadatua dan Siompu memperkaya profil geografis Buton Selatan. Wilayah kepulauan ini juga menjadi tantangan tersendiri dalam hal pelayanan infrastruktur, namun sekaligus membuka peluang besar di sektor pariwisata dan kelautan. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga