Corona Merampas Impian Gadis itu ke Negeri Sakura

Haidir Muhari, telisik indonesia
Minggu, 19 April 2020
0 dilihat
Corona Merampas Impian Gadis itu ke Negeri Sakura
Dea Indrayani dengan latar bunga sakura. Foto: Ist

" Bukan pilihan yang mudah memang. Berat sekali saya rasa, tapi semoga ini yang terbaik. "

Gadis energik itu telah meninggalkan segala-gala yang banyak dikejar orang lain, demi mimpinya melanjutkan studi ke Jepang, negeri bunga sakura yang mengagumkan.

Pandemi COVID-19 telah menjadikan mimpinya terkatung-katung dan pengorbanannya akankah terbayarkan?

Gadis itu adalah Dea Indrayani. Alumni Program Studi Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Kendari (UMK) itu Lahir di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Tahun ini, sudah bulat tekadnya untuk melanjutkan studi di negeri para samurai. Rencananya mengambil Jurusan Hukum Lingkungan.

Untuk bisa menggapai mimpi itu, ia harus mengikuti kursus bahasa Jepang di Makassar. Bukanlah pilihan yang mudah, karena itu berarti dia harus meninggalkan teman-teman seperjuangannya di Kendari, meninggalkan pekerjaannya, meninggalkan lembaga yang baru saja didirikannya.

"Bukan pilihan yang mudah memang. Berat sekali saya rasa, tapi semoga ini yang terbaik", ungkapnya. Di wajahnya ada raut kesedihan namun senyum tetap tersimpul di bibirnya.

Selasa, 11 Februari 2020, ia meninggalkan Kendari menuju Makassar untuk mengikuti kursus bahasa Jepang. Mampu berbahasa Jepang adalah anak tangga pertama yang harus ditempuhnya. Saat melangkahkan kakinya masuk ke dalam pesawat, ia menginsyafi bahwa segalanya tak akan lagi sama.

Indi, gadis energik itu biasa disapa. Sebenarnya telah bekerja sebagai staf di Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Kendari. Telah setahun ia bekerja di tempat ini. Waktu setahun sudah sangat cukup bagi manusia untuk terbiasa dengan rutinitas dan akrab dengan seluruh karyawan. Canda tawa sudah biasa terselip di sela-sela berbagai aktivitas di kantor itu.

Baca juga: Social Distancing dan Dilematika Mahasiswa Rantau

Indi adalah salah satu founder Rumah Sedekah Sampah Eng Indie (RSSEI) Kendari. Lembaga yang bergerak pada environmental care demi menjaga kelestarian lingkungan. RSSEI didirikan pada November 2019. Masih seumur jagung, tapi sudah pernah tayang di acara televisi nasional (TVRI). Ia harus meninggalkan skuatnya itu, lagi-lagi demi mimpinya lanjut studi di negeri yang terkenal paling disiplin di dunia.

Indi juga adalah Ketua yang membidangi Immawati (kader putri) di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Tenggara. Organisasi mahasiswa yang telah banyak mendidiknya. IMM adalah rumah kedua baginya, penuh suasana kekeluargaan dan keakraban.

Sejak 2014 lalu ia bergabung di IMM, aktif mengisi berbagai perkaderan, pengajian, dan kegiatan lainnya. Telah terbiasa dengan segala dinamika di dalamnya. Telah terbiasa tertawa terbahak, telah terbiasa juga menangis sendu, telah terbiasa juga berdebat sengit. Semua orang tak ada yang ingin keluar dari rumah yang penuh dengan suasana kekeluargaan. Lagi, ia mesti lakukan itu demi mimpinya, ke negeri sakura.

Tepat Rabu (12/2/2020) ia mulai mengikuti kurus, sehari setelah sampai di Makassar. Setiap tiga kali sepekan tepatnya Senin,  Rabu, dan Jumat harus mengikuti kursus tersebut. Setiap harinya, enam jam harus berjibaku dengan mentor dan teman-temannya. Mulai dari mengeja huruf, melafazkan kata, dan menulis dalam aksara kanji. Ia jalani dengan tekad dan imaji mekarnya bunga sakura yang indah.

Pandemi yang telah merenggut ribuan nyawa itu memapar hampir seluruh negara di dunia, sekaligus meluluhlantakkan manusia bahkan negara, kesehatan, hingga ekonomi. Memunculkan rasa takut akut kepada siapa saja. Akhirnya, Jumat, 20 Maret 2020 pihak Kaori Bunka, pengelola kursus, menginstruksikan agar kurus dihentikan sementara, hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

Instruksi tersebut seperti pil pahit bagi Indi. Tapi, tak ada daya untuk memberontak. Indi menyadiri bahwa semua harus patuh pada protokol kesehatan demi keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan juga orang lain.

"Sebenarnya saya masih mau lanjut, tapi karena corona, pulang dulu mengabdi di kampung," tulisnya dalam pesan WhatsApp, Sabtu (18/4/2020). Ia mengatakan, saat ini tetap belajar bahasa Jepang secara mandiri. Ia menelan segela getir dan tetap tegar untuk melanjutkan mimpinya bertandang ke negeri yang terkenal dengan makanan khas seperti sushi, sashimi, ramen dan shabu-shabu itu.

Bunga sakura masih terus terbayang dalam benaknya. Dalam keterkatungan dan ketakjelasan. Ia kini pulang kampung, sambil menunggu dan berharap wabah ini segera berakhir. Sembari menanti kabar kelanjutan kursusnya.

 

Reporter: Idi

Editor: Rani

Artikel Terkait
Baca Juga