Cukur Bulu Kemaluan Sebelum Berhubungan Intim Ternyata Bahaya, Kenapa?
Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Selasa, 21 Februari 2023
0 dilihat
Mencukur bulu kemaluan seringkali dilakukan untuk menjaga estetika, namun ternyata hal tersebut justru membahayakan. Foto: Repro Hellosehat.com
" Tak ada alasan medis atau hal higienis yang menyarankan untuk mencukur sebagian atau seluruh rambut kemaluan sebelum berhubungan intim "
KENDARI, TELISIK.ID - Mencukur bulu kemaluan biasanya dilakukan untuk menjaga kebersihan organ intim hingga menambah estetika untuk menyenangkan pasangan saat berhubungan intim.
Namun ternyata, dilansir dari Poptren.suara.com, tak ada alasan medis atau hal higienis yang menyarankan untuk mencukur sebagian atau seluruh rambut kemaluan Anda.
Sayangnya, jika diharap membawa manfaat atau membuat rangsangan 'berlebih', mencukur bulu kemaluan justru membuat kamu mengalami beberapa kondisi, seperti ruam akibat iritasi pisau cukur, luka atau lecet, gatal, bahkan yang lebih parah lagi mengalami infeksi pada akar rambut bulu kemaluan.
Itulah sebabnya, mencukur bulu kemaluan sangat tidak disarankan sebelum berhubungan seks, apapun alasannya.
Jika memang ngebet banget, kamu bisa mencukur bulu kemaluan beberapa hari sebelum berhubungan seks untuk memberikan waktu pada kulit yang sensitif di sekitar area genital.
Anjuran untuk tidak mencukur bulu kemaluan sesaat sebelum berhubungan seks tentu bukan tanpa alasan. karena memang anjuran itu untuk menghindari kamu tertular berbagai penyakit menular seksual.
Baca Juga: Ini 5 Tanda Jantung Sedang Tidak Sehat
Bahkan, anggapan atau mitos mencukur bulu kemaluan sebelum berhubungan seks dapat menyingkirkan kutu kemaluan, nyatanya adalah pendapat yang keliru. Karena pada kenyataannya, kutu pada bulu kemaluan tidak akan musnah dengan alat cukur.
Ada sebuah studi menyebutkan bahwa laki-laki atau perempuan yang mencukur bulu kemaluan sebelum berhubungan seks lebih berisiko tertular penyakit kelamin, di antaranya adalah kutil kelamin, sifilis, gonore, klamidia, bahkan hingga HIV.
Nah, bisa dibayangkan jika mencukur bulu kemaluan tepat sebelum berhubungan seksual, bakal banyak risiko yang akan kamu hadapi seperti yang disebutkan di atas.
Tentu itu bukan tanpa sebab, karena pada dasarnya kulit kamu akan lebih sensitif dan rentan terhadap potongan bulu yang tertinggal setelah mencukur bulu kemaluan. Hal ini akan membuat gesekan apa pun saat berhubungan seksual lebih berisiko menghasilkan iritasi.
Luka di daerah kemaluan, baik itu di vagina atau penis, dapat menjadi pintu utama bagi virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh. Karena daerah kemaluan dan alat kelamin lebih rentan terhadap infeksi herpes meski dengan luka yang sangat kecil.
Dikutip dari Idntimes.com, seperti halnya rambut lainnya di tubuh (rambut kepala, ketiak, alis, bulu hidung, atau bulu mata), rambut kemaluan juga memiliki banyak fungsi penting.
Ini dapat melindungi area genital yang sangat sensitif, menjebak kotoran atau puing-puing yang berpotensi berbahaya, menghasilkan minyak (sebum) yang dapat mencegah perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit, serta melindungi dari infeksi tertentu seperti selulitis, infeksi menular seksual (IMS), infeksi saluran kemih (ISK), dan vaginitis.
Baca Juga: 7 Hal ini Tak Boleh Dilakukan Usai Berhubungan Seks
Sementara kaitannya dengan seks, rambut kemaluan sering kali disebut sebagai tanda kematangan seksual karena muncul saat pubertas. Bahkan pada masa lalu, ini digunakan sebagai isyarat visual bagi calon pasangan.
Selain itu, dalam beberapa teori, rambut kemaluan juga dihubungkan dengan transmisi feromon, yaitu bahan kimia pembawa "aroma" tertentu yang dapat meningkatkan daya tarik kita di depan pasangan.
Akan tetapi, sebagian besar studi ilmiah terkontrol belum menunjukkan bukti kuat akan hal ini. Tak hanya itu, rambut kemaluan juga berfungsi untuk mengurangi gesekan saat berhubungan seks, yang terkadang ini juga disebut sebagai pelumas kering, karena lebih mudah menggosok rambut ke rambut daripada kulit ke kulit.
Menariknya lagi, ini juga dapat menjaga kehangatan alat kelamin yang merupakan salah satu faktor penting dalam gairah seksual. (A)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS