Deretan Negara Asia Ogah-ogahan Punya Anak dengan Resesi Seks Terparah

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 11 Juli 2024
0 dilihat
Deretan Negara Asia Ogah-ogahan Punya Anak dengan Resesi Seks Terparah
Jepang menjadi negara dengan resesi seks terparah. Mayoritas penduduknya enggan memiliki keturunan. Foto: Repro Istockphoto

" Beberapa negara di Asia mengalami resesi seks yang membuat warganya enggan memiliki anak. Akibatnya, mereka menghadapi ketidakseimbangan yang memengaruhi kestabilan negara "

TOKYO, TELISIK.ID - Beberapa negara di Asia mengalami resesi seks yang membuat warganya enggan memiliki anak. Akibatnya, mereka menghadapi ketidakseimbangan yang memengaruhi kestabilan negara.

Laporan World Economic Forum menyebutkan, rendahnya angka kelahiran menyebabkan kelompok tua mendominasi suatu negara. Kondisi ini menjadi faktor risiko masalah ekonomi, termasuk meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan tenaga kerja global yang berkurang.

Produktivitas umumnya dihasilkan oleh generasi muda, tetapi negara yang mengalami resesi seks memiliki risiko tidak lagi produktif karena didominasi generasi tua. Beberapa negara di Asia mengalami resesi seks ini.

Di bawah ini adalah negara-negara tersebut beserta kondisi yang dialami, dikutip dari sindonews.com, Kamis (11/7/2024).

Jepang

Jepang menjadi negara dengan jumlah populasi yang enggan berhubungan seks, apalagi memiliki anak. Menurut laporan The Oriental Economist, warga Jepang rata-rata melakukan hubungan seksual sebanyak empat puluh lima kali per tahun, tetapi hanya dua puluh empat persen yang menikmatinya, menyebabkan negara tersebut mengalami resesi seks.

Baca Juga: Bukan Hanya Jepang, Resesi Seks juga Mengintai Negara Eropa

30 persen pria Jepang mengaku tidak ingin berhubungan seksual karena alasan kelelahan di tempat kerja. Akibatnya, mereka tidak memiliki dorongan untuk melakukan hubungan seksual. Situasi ini berdampak langsung pada rendahnya angka kelahiran di Jepang.

Korea Selatan

Kondisi serupa terjadi di Korea Selatan. Banyak wanita berpendidikan tinggi dan memiliki karier bagus tidak tertarik berhubungan seksual atau memiliki anak. Data menunjukkan, perempuan berpendidikan tinggi lebih banyak dibanding pria di Korea Selatan, tujuh puluh enam persen berbanding enam puluh empat persen.

Resesi seks di Korea Selatan juga diperparah oleh fakta bahwa beberapa perempuan berpendidikan tinggi yang mau menikah, menunda kehamilan atau menolak memiliki anak. Situasi ini mengakibatkan angka kelahiran di Korea Selatan menurun drastis.

Thailand

Resesi seks tidak hanya terjadi di negara-negara Asia Timur, tetapi juga di Asia Tenggara, salah satunya Thailand. Pada September 2023, survei National Institute of Development Administration menunjukkan empat puluh empat persen responden tidak berminat memiliki anak.

Alasan utama karena biaya pengasuhan anak yang tinggi dan ketidakmauan terbebani dengan kewajiban mengasuh anak. Selain itu, penurunan angka kelahiran juga meningkatkan jumlah orang lanjut usia di Thailand. Lansia berusia enam puluh tahun ke atas sudah mencakup seperlima dari total populasi.

Baca Juga: Penduduk Bumi Bertambah di Tengah Resesi Seks, Ini 5 Faktanya

Thailand juga memiliki tingkat kesuburan yang rendah, yakni satu koma nol delapan kelahiran sepanjang 2023. Wakil Perdana Menteri Thailand menyampaikan, apabila kondisi tersebut tidak segera diatasi, populasi Thailand bisa berkurang setengahnya dalam waktu enam puluh tahun.

Singapura

Singapura menjadi negara di Asia Tenggara dengan tingkat kelahiran terendah. Tahun lalu, angka kelahiran hidup anjlok sebesar tujuh koma sembilan persen karena mahalnya biaya hidup di Singapura, bersumber dari CNBC Indonesia.

Tingginya biaya hidup menjauhkan banyak orang dari menambah anggota keluarga dan berdampak pada resesi seks yang berkelanjutan.

Meski demikian, angka kelahiran sedikit meningkat pada tahun 2022 menjadi 1,12 dari 1,1 pada tahun sebelumnya. Tren kesuburan menunjukkan perempuan memilih untuk memiliki anak di kemudian hari atau tidak sama sekali.

Memiliki anak di Singapura terikat pada banyak faktor, termasuk keterjangkauan rumah, pasangan, dan kematangan pasar kerja yang membuat seseorang merasa cukup aman. Keinginan memiliki anak berkurang secara signifikan karena kehidupan semakin matang dan berubah. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga