Harga Beras Naik, Petani di Baubau Merasa Diuntungkan Meski Hasil Panen Menurun
Elfinasari, telisik indonesia
Jumat, 25 Juli 2025
0 dilihat
Petani sekaligus Pengurus Koperasi Merah Putih di Kelurahan Ngkari-Ngkari, I Gusti Made Karbawa. Foto: Elfinasari/Telisik
" Kenaikan harga beras di Kota Baubau menjadi berkah tersendiri bagi petani di Kecamatan Bungi, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara "

BAUBAU, TELISIK.ID – Kenaikan harga beras di Kota Baubau menjadi berkah tersendiri bagi petani di Kecamatan Bungi, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara.
Meski hasil panen kali ini menurun akibat serangan hama dan cuaca buruk, para petani tetap bersyukur karena harga jual beras mengalami peningkatan yang signifikan.
Salah satu petani di Ngkari-Ngkari, Kecamatan Bungi, Daeng Makelo, mengungkapkan bahwa panen terakhir yang berlangsung pada bulan Juni 2025 lalu hanya menghasilkan lebih dari 1 ton padi dari lahan seluas 1 hektare.
“Panen kemarin kurang karena serangan hama tikus dan faktor cuaca. Satu ton itu saya jual ke pengepul dengan harga Rp 12 juta,” ujarnya kepada telisik.id, Jumat (25/7/2025).
Baca Juga: Pejabat dan Calon Pejabat di Muna Wajib Bebas Narkoba Sebelum Mutasi, Bupati Bachrun Siapkan Sanksi Tegas
Ia merinci, 1 ton beras setara dengan 20 karung, masing-masing berisi 50 kg. Harga per karung saat ini dijual ke pengepul di Kelurahan Ngkari-Ngkari Rp 600 ribu.
Jika dijual sebagai beras premium, harga tertinggi bisa mencapai Rp 14.000 per kg, dan paling rendah Rp 12.000.
Angka tersebut jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar antara Rp 8.000 hingga Rp 10.000/kg.
Petani lainnya, I Gusti Made Karbawa, juga mengakui bahwa hasil panen kali ini menurun. Ia menyebut bahwa gabah yang biasanya mencapai 5-6 ton, kini hanya 4-5 ton.
"Namun, berkat adanya Koperasi Merah Putih di mana Bulog mendrop hasil pertanian yang ada di Kelurahan Ngkari-Ngkari, alhamdulillah petani merasa mulai sejahtera," ungkap Made Karbawa yang juga pengurus Koperasi Merah Putih di Kelurahan Ngkari-Ngkari.
Ia menjelaskan, harga beras dari Bulog khusus untuk wilayah Ngkari-Ngkari saat ini mencapai Rp 13.000/kg, sedangkan sebelumnya hanya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 11.000/kg.
Menurutnya, kenaikan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya karena permainan tengkulak yang kerap terjadi saat musim panen. Saat itu, harga beras bisa jatuh drastis akibat ulah oknum yang memanfaatkan situasi pasar.
Ia berharap Dinas Pertanian dapat terus mendampingi petani, baik dalam bentuk pelatihan maupun bantuan dana, untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil pertanian.
Senada dengan itu, petani lain bernama Syafei, juga merasakan dampak penurunan hasil panen. Dari lahan seluas 40 are yang dikelolanya, hasil panen kali ini hanya sekitar 100 kilogram lebih.
Baca Juga: BPN Muna Barat Target Tuntaskan 20 Sertipikat Tanah Wakaf
"Tidak sampai satu juta, tapi mau diapa sudah begitu rezekinya, kita syukuri saja," ungkapnya.
Biasanya Syafei bisa memperoleh 500 hingga 700 kg sekali panen.
“Kalau di bagian Pajalele itu hasilnya kurang karena banyak hama tikus, cuaca yang tidak menentu, dan kekurangan air. Bahkan, kadang tidak panen sama sekali,” tuturnya.
Meski dihadapkan pada berbagai tantangan, para petani tetap berharap agar pemerintah terus hadir dalam mendukung pertanian lokal, terutama saat harga beras sedang berada pada titik yang cukup menguntungkan. (A)
Penulis: Elfinasari
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS