Harga Laptop Merah Putih Rp 10 Juta per Unit, Benarkah?
M Risman Amin Boti, telisik indonesia
Sabtu, 31 Juli 2021
0 dilihat
Laptop Merah Putih. Foto: Repro Suara Pemerintah
" Beberapa perguruan tinggi juga sudah mengembangkan produk laptop dan tablet dalam negeri dari konsorsium ITB, ITS, dan UGM bekerja sama dengan industri TIK dalam negeri "
JAKARTA,TELISIK.ID - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim belum lama ini mengatakan, pemerintah akan memproduksi laptop produk dalam negeri.
Tidak main-main, di tengah pandemi COVID-19 pemerintah mengalokasikan anggaran senilai Rp 2,4 triliun melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan Tahun 2021 untuk membeli 240.000 laptop produk dalam negeri yang diberi nama Laptop Merah Putih.
“Anggaran itu akan dibelanjakan untuk laptop Produk Dalam Negeri (PDN) dengan sertifikat tingkat komponen dalam negeri. Tentunya, kami akan terus melakukan pembelajaran PDN pada tahun berikutnya,” ujar Nadiem dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (22/7/2021) lalu.
Lebih lanjut, Nadiem Makarim mengatakan beberapa perguruan tinggi juga sudah mengembangkan produk laptop dan tablet dalam negeri dari konsorsium ITB, ITS, dan UGM bekerja sama dengan industri TIK dalam negeri.
Pembuatan laptop merah putih ini bakal menggandeng produsen laptop dalam negeri di antaranya, PT Zyrexindo Mandiri Buana, PT Tera Data Indonesia, PT Supertone, PT Evercoss Technology Indonesia, PT Bangga Teknologi Indonesia, dan Acer Manufacturing Indonesia.
Keenam perusahaan itu juga telah terdaftar dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
"Sehingga pemerintah daerah dapat membeli laptop buatan 6 perusahaan penyedia itu melalui e-Katalog," kata Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jendral Kemendikbudristek M. Samsuri dilansir dari Tempo.co, Jumat (30/7/2021).
Tujuannya untuk meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) produk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta mengurangi ketergantungan terhadap impor laptop.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai impor laptop dalam 5 tahun terakhir dari 2016 - 2020 sudah mencapai US$ 1 miliar, atau setara dengan Rp 14 triliun dengan kurs (Rp 14.000/US$).
Permintaan produk laptop di Indonesia sekitar 3 juta unit per tahun dengan market share produk impor sampai 95%, dan 5% untuk produk laptop dalam negeri.
"Ini menjadi perhatian kita agar kita dorong produk dalam negeri supaya menjadi tuan rumah di negara sendiri," jelas Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dilansir dari cnbindonesia.com, Kamis (22/72021).
Maka kedepan, perusahaan teknologi produsen laptop asal Indonesia seperti ZYREX bersiap untuk mengambil pangsa pasar yang lebih besar, sehingga laptop buatan Indonesia bisa menjadi tuan di negaranya sendiri.
Sementara Direktur Utama PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk (ZYRX), Buana Timoithy Siddik mengatakan, pihaknya telah menerima 165.000 laptop pesanan dari Kemendikbud-Ristek.
Baca Juga: Harun Masiku Jadi Buronan Interpol, Jubir KPK: Segera Tangkap
Baca Juga: KPK Setor Uang Rampasan ke Kas Negara Kasus Suap Harun Masiku
Pesanan itu nantinya akan disalurkan pada 8.000 sekolah di seluruh Indonesia. Total jumlah tersebut untuk memenuhi kebutuhan laptop pada tahun ajaran 2021, batas pengiriman paling lambat bulan Desember tahun ini.
Tetapi dalam konferensi pers tanggal 26 Juli, Timothy mengaku belum ada gambaran soal spesifikasi laptop Merah Putih dari pemerintah itu. Menurutnya, harus dibutuhkan laptop dengan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Spesifikasi program yang digarap pemerintah tersebut ternyata diketahui dan mendapat tanggapan dari warganet. Sebab bila dihitung secara kasar harga laptop mencapai Rp 10 juta per unit.
“Benar-benar emosi memuncak melihat 'laptop Merah Putih' seharga Rp 10 juta yang akan dibeli pemerintah, ternyata hanya spesifikasi Chrome Book,” tulis akun @rasjawa, sambil menyertakan foto tentang spesifikasi laptop dilihat dalam twitternya, Jumat (30/7/2021).
“Bahkan sebuah Chrome Book baru harganya enggak sampai Rp 5 juta. Gede amat selisih harganya!!," sambungnya. (B)
Reporter: M. Risman Amin Boti
Editor: Haerani Hambali