Jakarta Undercover: Tak Mau Penginapan, di Mobil pun Jadi

Mustaqim, telisik indonesia
Senin, 07 Agustus 2023
0 dilihat
Jakarta Undercover: Tak Mau Penginapan, di Mobil pun Jadi
Kawasan Blok M dimanfaatkan oleh para PSK untuk mencari pelanggan. Tidak hanya di sekitar penginapan, bar, atau tempat karaoke, tak sedikit juga yang mangkal di Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan Palatehan, dan Jalan Palatehan II. Foto: Mustaqim/Telisik

" Salah satu kawasan di Jakarta yang tak pernah mati dari aktivitas bisnis adalah Blok M yang berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan "

JAKARTA, TELISIK.ID - Salah satu kawasan di Jakarta yang tak pernah mati dari aktivitas bisnis adalah Blok M yang berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kawasan ini pada awal pasca kemerdekaan RI, sekitar tahun 1949, dijadikan sebagai pusat kesibukan pembangunan kota satelit.  

Blok M dulunya merupakan salah satu kawasan yang masuk ke dalam konsep pengembangan wilayah di Kebayoran Baru, yakni kota taman dengan ruang terbuka hijau sebagai ruang milik publik. Awalnya Kebayoran Baru dibagi menurut blok (Blok A sampai Blok S), sesuai dengan tipe peruntukan dan ukuran perumahan yang akan dibangun.

Meski telah berganti nama menjadi kelurahan, blok-blok itu hingga kini lebih dikenal daripada nama kelurahan di daerah tersebut. Blok A, Blok O, dan Blok P sekarang menjadi wilayah Kelurahan Pulo. Blok B, Blok C, dan Blok D sekarang menjadi wilayah Kelurahan Kramat Pela.

Blok M adalah sebuah kompleks pertokoan, yang bersama-sama dengan kawasan perumahan menengah ke atas.

Blok N membentuk Kelurahan Melawai.

Blok Q, sekarang menjadi bagian dari Kelurahan Petogogan. Blok R dan Blok S, terletak di sekitar lapangan Senayan, tepi Jalan Suryo, menjadi Kelurahan Rawa Barat.  

Pekerja seks komersial di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Foto: Mustaqim/Telisik

 

Sejarawan Alwi Shahab mencatat, pembangunan di wilayah yang kini dikenal dengan nama Kebayoran Baru dan Blok M merupakan awal mula Jakarta menyediakan fasilitas perkotaan yang terencana dan terpadu. Kebayoran kemudian menjadi wilayah yang tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat.

Seiring berjalannya waktu, pada era 1980-an bahkan hingga 2000-an, kawasan Blok M menjadi tempat nongkrong yang hype bagi anak muda. Daerah ini merupakan sebuah kompleks pertokoan yang dibuat bersama-sama dengan kawasan perumahan menengah ke atas. Blok M dan kawasan sekitarnya sempat menjadi primadona surga belanja dan tempat nongkrong anak muda era 1980-an.

Baca Juga: Jakarta Undercover: Siang Jual Pakaian, Malam Jual Diri

Di masa itu, rasanya belum gaul, kalau belum pernah nongkrong di Blok M, khususnya di Aldiron (sekarang menjadi Blok M Square), Melawai, atau Mahakam.

Tak sekadar berkumpul, mereka berkegiatan seru di kawasan pertokoan yang serbalengkap di masa itu. Komunitas break dance, sepatu roda, bermain musik, hingga penggila trash metal, grind core, dan punk semua menumpuk jadi satu di kawasan ini.  

Pamor Blok M seperti sulit memudar meski mengalami revitalisasi pada beberapa infrastrukturnya sehingga tidak lagi menampakkan suasana seperti era 1980-an. Di kawasan ini sudah dibangun taman literasi, stasiun LRT, dan ada juga ruang seni khusus anak muda yang diberi nama M Bloc Space.  

Suasana hidup di kawasan Blok M tidak hanya pada pagi hingga sore hari. Malam hari pun suasananya tak kalah menarik. Selain menyediakan beragam tempat makan dan minum dengan aneka menu, kawasan Blok M pun dimanfaatkan oleh para pekerja seks komersial (PSK) untuk mencari pelanggan. Mereka tidak hanya nongkrong di sekitar penginapan, bar, atau tempat karaoke di kawasan itu, tapi tak sedikit juga yang mangkal di Jalan Sultan Hasanuddin, Jalan Palatehan, dan Jalan Palatehan II.  

Belum diketahui sejak kapan para PSK yang secara terbuka menjajakan diri dan mangkal di pinggir jalan seputaran Blok M, khususnya di Jalan Palatehan, Palatehan II, dan Sultan Hasanuddin.

“Saya sudah lebih 10 tahun jualan di sini dan saat itu sudah ada wanita seperti mereka itu (sambil menunjuk PSK yang sedang menunggu pelanggan, red) yang setiap malam mangkal. Jadi mulai kapan di Blok M ini ada yang mangkal seperti itu, saya gak tahu,” tutur Yanto, pedagang nasi goreng asal Jawa Timur yang setiap malam berjualan di Jalan Palatehan kepada Telisik.id, Sabtu (22/7/2023) malam lalu.

Pekerja seks komersial di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Foto: Mustaqim/Telisik

 

Ketika menyusuri Jalan Palatehan, Palatehan II, dan Sultan Hasanuddin, terlihat puluhan wanita yang rata-rata berusia sekitar 20 tahun hingga 35 tahun mengenakan pakaian seksi. Di antaranya ada yang memakai rok ketat di atas lutut dengan atasan tanktop, celana pendek ketat atasan tanktop, dan ada juga berpenampilan modis mengenakan celana panjang dengan atasan crop yang sedikit terbuka.  

Para PSK yang mangkal di lokasi itu sebagian ditemani oleh laki-laki yang juga menjadi germo sekaligus petugas keamanannya yang sewaktu-waktu sigap membawanya “kabur” jika ada razia. Mereka dilengkapi sepeda motor. Bahkan ada juga PSK yang ingin menunjukkan kelasnya dengan membawa mobil pribadi. Lalu ke mana mereka membawa pelanggan jika transaksi telah deal?

“Tergantung tamu. Mau di hotel atau penginapan biasa itu terserah. Kalau duitnya terbatas boleh juga di mobil,” jelas LA, wanita muda berusia 26 tahun dengan tiga anak yang mangkal di Jalan Sultan Hasanuddin.  

LA menceritakan, dirinya tidak sering mangkal di lokasi itu. Kadang juga di Jalan Melawai Raya yang masih berada di kawasan Blok M. “Tapi tidak setiap malam keluar mencari tamu karena aku masih ada anak kecil di kontrakan yang tidak bisa ditinggalin setiap saat,” ujar LA dan mengaku pernah dibawa tamu ke tempat sepi saat dirinya hamil.

“Setelah melayani dia malah tidak mau bayar dan langsung kabur,” katanya.

Pekerja seks komersial lainnya, RN, yang mangkal di Jalan Palatehan II, mengaku lebih sering membawa tamunya ke hotel atau wisma. Sesekali juga melayani tamu di mobil.

Baca Juga: Jakarta Undercover: Siang Jual Pakaian, Malam Jual Diri

“Terserah tamunya kalau mau di mobil ya gak masalah. Biasanya di mobil mainnya short time, apakah mau dikocok atau blowjob,” bebernya.  

Bila tamunya memilih main di mobil, RN mengajak ke tempat sepi yang masih di sekitar kawasan Blok M. Namun, dia kadang lebih memilih di belakang kantor PLN di Jalan Sunan Ngampel. Kantor PLN berseberangan dengan Mabes Polri.

“Kalau di belakang kantor PLN sepi dan teman-teman sering bawa tamunya yang mau main di mobil ke situ,” kata RN yang mengaku tinggal di Jalan Fatmawati.

Tarif yang dipatok oleh para PSK di kawasan Blok M bervariasi. ER, PSK yang mangkal di Jalan Palatehan mengatakan, jika main di penginapan atau hotel minimal Rp 400 ribu. Tapi kalau di mobil bisa lebih murah minimal Rp 200 ribu.                  

Kawasan Blok M memang tak pernah sepi dari aktivitas bisnis dan selalu menghadirkan suasana yang diinginkan oleh para pengunjungnya. (A)    

Reporter: Mustaqim

Editor: Haerani Hambali  

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga