Kasus DBD di Kota Kendari Membludak, Ternyata Ini Penyebabnya

Riksan Jaya, telisik indonesia
Jumat, 12 Januari 2024
0 dilihat
Kasus DBD di Kota Kendari Membludak, Ternyata Ini Penyebabnya
Pasien DBD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Kendari saat ini tercatat ada 119 pasien. Namun sebagian sudah dinyatakan sembuh. Foto: Riksan Jaya/ Telisik

" Dinas Kesehatan Kota Kendari mencatat, sampai tanggal 10 Januari 2024 sudah 119 penderita DBD, namun mayoritas telah dinyatakan sembuh "

KENDARI, TELISIK.ID - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai hari Kamis (11/1/2024) masih mengintai warga Kota Kendari. Penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegepty yang membawa virus dengue ini, mencatat peningkatan jumlah pasien di rumah sakit wilayah Kota Kendari.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Kendari, Elfi mengatakan, sampai tanggal 10 Januari 2024 tercatat 119 penderita DBD, namun mayoritas sudah dinyatakan sembuh.

“Sampai tanggal 10 Januari 2024 kita menemukan kasus DBD itu sudah mencapai 119 kasus. Tapi dari 119 kasus ini Alhamdulillah sebagian besar sudah dinyatakan sembuh. Mudah-mudahan sampai akhir 2024, tidak ada kasus kematian akibat DBD,” ungkapnya, Kamis (11/1/2024).

Ia mengatakan, penyebab maraknya kasus DBD dikarenakan peralihan musim kemarau ke penghujan, sehingga banyak area-area perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegepty.

“Penyebabnya ini karena peralihan musim yang tadinya kemarau ke musim hujan. Jadi inilah yang membuat potensi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk ini. Kalau musim hujan kan banyak genangan air tempat berkembang biaknya nyamuk ini. Yang penting ada genangan, menjadi tempat yang sangat favorit untuk nyamuk bertelur dan kemudian menjadi nyamuk dewasa. Inilah yang menjadi potensi ledakan kasus DBD,” tambahnya.

Baca Juga: Dinkes Sulawesi Tenggara Antisipasi Ancaman DBD saat Musim Pancaroba

Sebagai upaya pencegahan, Elfi menyampaikan bahwa Dinkes Kota Kendari telah membuat surat edaran untuk melakukan upaya-upaya pencegahan.

“Alhamdulillah sudah kita buat surat edaran ke seluruh lintas sektor dalam hal ini camat, lurah, dan Kepala Puskesmas, untuk melakukan upaya-upaya preventif," ujarnya.

Upaya itu adalah memaksimalkan pemberantas sarang nyamuk melalui kegiatan 3M plus di masyarakat, sehingga bisa dimaksimalkan dengan keterlibatan masyarakat sebagai ujung tombak gerakan pencegahan dan pengendalian.

Ia juga berharap seluruh warga Kota Kendari terlibat aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk dan mengimbau jika ada yang terkena gejala penyakit DBD agar segera menuju ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Kita berharap seluruh masyarakat Kota Kendari memaksimalkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Kalau ada gejala-gejala yang ditemukan di masyarakat, kami mengimbau untuk segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk memastikan apakah dia masuk dalam indikasi DBD atau tidak, sehingga bisa dilakukan intervensi sesuai dengan penyakitnya," tambahnya.

Ia menambahkan, jika sudah demam lebih dari tiga hari, dengan keluhan nyeri otot, sakit kepala berlebihan, mual, muntah, ada diare, dan yang paling khas muncul bintil-bintil merah di sekujur tubuh disertai demam, agar tidak menyimpan di rumah, ayo segera ke fasilitas kesehatan karena kalau penanganan terlambat bisa berujung kematian.

Menurut data dari Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kota Kendari, Erny, jumlah pasien DBD sampai tanggal 11 Januari berjumlah 28 pasien, delapan orang di antaranya sudah diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab.

“Jadi pasien yang dirawat inap dari tanggal satu sampai tanggal 11 ada 28 orang, tetapi ada dari luar Kota Kendari seperti dari Konsel, Konut, Konawe. Khusus pasien dari Kota Kendari sampai tanggal 10 sebanyak 25 orang dan sudah delapan orang dibolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab pelayanan,” ungkapnya saat diwawancarai di ruangannya, Kamis (11/1/2024)

Saat ditanya mengenai kesiapan RSUD Kota Kendari menerima pasien penyakit DBD, ia mengatakan, pihak rumah sakit selalu siap, namun beberapa harus transit terlebih dahulu di IGD sampai ada ruangan yang tersedia.

Baca Juga: Sukses Tekan Kasus DBD, Masyarakat Diimbau Dukung Inovasi Nyamuk Wolbachia di Sulawesi Tenggara

"Pasien yang belum dapat kamar itu kita titip di ruang transit IGD dulu. Ketika ada kamar yang kosong, ada pasien yang pulang baru, baru merek masuk kamar rawat inap, jadi tidak ada yang ditolak.

Hanya memang kita edukasi ke keluarga pasien untuk sementara kita di ruang transit dulu. Nanti ada kamar kosong baru dimasukkan dirawat inap," tandasnya.

Rossi Ayu (31), salah seorang pasien mengatakan, awalnya ia mengalami beberapa gejala DBD hingga harus dilarikan ke rumah sakit.

“Biasanya kan kalau kita demam itu paling minum parasetamol itu sudah turun. Ini enggak, obat paracetamolnya nggak berpengaruh. Saya minum beberapa kali, turun hanya sementara. Terus nyeri sendi juga menjalar ke kaki. Panasnya itu naik-naik terus sampai gemetar menggigil, sakit kepala, jadi cepat-cepat ke UGD. Tapi karena ruangannya full jadi saya stay dulu di UGD,” ujar Rossi yang saat ini sedang berada di gedung perawatan Seruni RSUD Kota Kendari. (A)

Penulis: Riksan Jaya

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga