Sukses Tekan Kasus DBD, Masyarakat Diimbau Dukung Inovasi Nyamuk Wolbachia di Sulawesi Tenggara
Fadli Ansar, telisik indonesia
Sabtu, 06 Januari 2024
0 dilihat
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, Muhammad Ridwan (kiri) dan nyamuk wolbachia (kanan). Foto: Fadli Ansar/Telisik
" Inovasi nyamuk wolbachia bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan kasus DBD di Indonesia "
KENDARI, TELISIK.ID - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan. Atas dasar tersebut, Kementerian Kesehatan berupaya menekan penyebaran DBD dengan menerapkan inovasi nyamuk wolbachia.
Teknologi wolbachia telah menjadi langkah strategis nasional yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Saat ini, ada lima kota di Indonesia yang telah dilakukan pilot project implementasi wolbachia dalam menanggulangi penyebaran nyamuk yang terinfeksi dengue.
Wolbachia pada dasarnya merupakan bakteri yang dapat hidup di serangga. Berdasarkan pemaparan Muhammad Ridwan, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, bakteri wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue pada nyamuk aedes aegypti.
"Wolbachia itu adalah bakteri yang hampir seluruh serangga ada pada dirinya. Ternyata setelah dilakukan penelitian, bakteri wolbachia ini mampu tidak mereplikasi virus DBD. Ternyata nyamuk wolbachia ini mampu menyebabkan virus DBD itu tidak terjadi replikasi, sama dengan obat antirotreviral pada HIV," ungkapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (4/1/2024).
Dengan kata lain, nyamuk wolbachia akan memblok perkembangbiakan nyamuk-nyamuk yang terinfeksi dengue.
Baca Juga: Kasus DBD di Kota Kendari Meningkat Sepanjang Tahun 2022
Inovasi nyamuk wolbachia sendiri bertujuan untuk menurunkan angka kematian dan kasus DBD di Indonesia. Di Sulawesi Tenggara belum ada penyebaran nyamuk wolbachia. Menurut Muhammad Ridwan, proyek ini masih sedang diuji coba di lima kota di Indonesia.
"Berdasarkan hasil penelitian yang disebarkan pada lima provinsi sebagai uji coba, ternyata angka kesakitan dan kematian turun sampai 77 persen, itu yang menyebabkan Kementerian Kesehatan tertarik untuk pengembangan nyamuk wolbachia ini," tuturnya.
Pemerintah Sulawesi Tenggara berharap pencegahan penyebaran DBD dengan skema nyamuk wolbachia dapat diterima oleh masyarakat. Pasalnya, proyek kesehatan ini banyak ditentang di berbagai daerah di Indonesia.
Muhammad Ridwan juga menyampaikan bahwa kontroversi nyamuk wolbachia merupakan hal yang biasa. Penolakan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan dan kurangnya sosialisasi. Ia juga mengajak semua pihak termasuk media, ikut andil mensosialisasikan inovasi yang sangat berguna ini.
Baca Juga: Dinkes Sulawesi Tenggara Antisipasi Ancaman DBD saat Musim Pancaroba
"Harapannya bukan hanya Dinas Kesehatan yang mensosialisasikan, media juga harus melakukan edukasi ke masyarakat, karena sudah ada hasil uji coba. Memang di masyarakat ada kontroversi. Namanya juga hal baru, pasti ada kontroversi dan tidak mungkin pemerintah melakukan inovasi tersebut untuk menyengsarakan masyarakatnya," imbaunya.
Berdasarkan penelusuran Telisik.id, masih sedikit masyarakat yang tahu dengan nyamuk wolbachia. Namun, masyarakat menyambut baik inovasi tersebut apabila memang berhasil menekan angka kasus DBD. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang warga Kendari bernama Ayu Ratnasari.
"Mau ji saya, asal sudah teruji. Kan nanti itu nyamuk DBD akan jadi biasa ji kalau ketemu dengan wolbachia. Kalau saya setuju, tapi kalau sudah terbukti. Apalagi ini musim nyamuk," ungkap Ayu saat diwawancara di rumahnya di Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga. (B)
Penulis: Fadli Ansar
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS