Kisah Mualaf Wanita Yahudi: Dulu Saya Menganggap Israel Identitas Kebangsaan

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Kamis, 16 November 2023
0 dilihat
Kisah Mualaf Wanita Yahudi: Dulu Saya Menganggap Israel Identitas Kebangsaan
Seorang wanita Yahudi mualaf kini menikah dengan pria asal Palestina. Dulunya, dia mengaku penganut agama Yahudi Hasidic keterunanan Jerman-Israel. Foto: Repro Hidayatullah.com

" Seorang wanita Yahudi memilih mualaf setelah menyadari bahwa agama Islam membuatnya menjadi seorang Yahudi yang lebih baik "

TORONTO, TELISIK.ID – Konflik dan pengeboman yang dilakukan Israel terhadap bangsa Palestina membuka mata dunia terhadap Islam. Seperi kisah salah seorang perempuan Yahudi yang terketuk hatinya untuk menerima Islam.

Dilansir dari Viva.co.id, seorang wanita mualaf yang enggan menyebutkan identitasnya, kini menikah dengan pria asal Palestina. Dulunya, dia mengaku penganut agama Yahudi Hasidic keturunan Jerman-Israel.

Muslimah yang memilih menutup auratnya dan bercadar ini lahir dan tumbuh besar di Kanada. Seperti komunitas Yahudi Hasidic umumnya, ia kerap mengasingkan diri dari kelompok non-Yahudi.

"Saya pergi ke sekolah Yahudi sepanjang hidup saya sampai sekolah menengah atas. Jadi saat itu saya menjadi super Yahudi. Saya dulu juga adalah seorang zionis yang gigih," kata dia, dikutip dari tayangan YouTube Ayatuna Ambassador

Kondisi ini membuatnya menjadi seorang zionis yang gigih. Hingga menganggap Israel adalah identitas kebangsaannya, walaupun selama ini tinggal di Kanada.

"Saya sangat pro terhadap Israel, sampai menganggap Israel adalah identitas kebangsaan," kata dia.

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas, dia mulai mengenal dunia luar. Dia bergaul dengan orang-orang dari berbagai budaya, agama dan keyakinan. Mendapati dirinya berada di lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya, membuat wanita bercadar ini harus bisa menyesuaikan diri sebaik mungkin. Ia juga mengaku sering mendapat pertanyaan yang tak jarang dapat menggoyahkan keyakinannya.

Dikutip dari Hidayatullah.com, seringkali ia berhasil menjawab pertanyaan mereka. Namun, tak jarang pula dia gagal. Sehingga ia sendiri pun mulai mempertanyakan ajaran Yudaisme dan mulai menjauhi agama yang dianutnya.

Baca Juga: Kisah Tentara Wanita Amerika Mualaf, Dapat Hidayah saat Bertugas

Keraguan terhadap Yahudi, membuatnya berani melanggar ajaran agamanya dengan bermain ponsel saat Shabbat. Padahal pada Shabbat, atau hari Sabtu, orang Yahudi dilarang menyentuh ponsel dan akan beristirahat dari semua kegiatan. Keadaan ini terjadi selama beberapa bulan.

Hingga suatu saat, ia merasa hatinya hampa tanpa agama dan merasa harus kembali mendekatkan diri kepada Tuhan. Diapun mulai membaca salah satu kitab Yahudi, yaitu kitab Mazmur yang ditulis Raja Daud dengan harapan hal tersebut dapat meningkatkan keimanannya.

Dalam kitab itu, dia menemukan ada satu kata yang terus menerus diulang oleh Raja Daud yaitu kata “sujud” dan “menyembah” Tuhan.

“Lantas mengapa Yahudi tidak sujud saat beribadah?” tanyanya dalam hati.

Ia lantas melakukan berbagai cara untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Mulai dari Google, membaca buku Yahudi hingga bertanya kepada Rabi. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah jawaban, yaitu bahwa ajaran Yudaisme yang dianut orang Yahudi saat ini berasal dari penafsiran para Rabi terdahulu terhadap Taurat.

Bahkan ada sejumlah larangan dan aturan yang ada dalam ajaran Yahudi padahal dalam kitab Taurat tidak ada. Setelah itu, menurutnya, semua pertanyaan yang ada di benaknya mulai terjawab satu per satu. Ia pun mulai beralih mempelajari Islam, agama yang menurutnya paling dekat dengan Yahudi.

“Mereka (Muslim) meyakini Taurat, mereka meyakini Injil, mereka percaya para Nabi Yudaisme yang juga dipercayai orang Yahudi,” ujarnya dalam video YouTubenya.

Yang membedakan dari orang Yahudi, orang Islam meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah penutup para Nabi dan Al-Qur'an adalah wahyu Tuhan yang diturunkan untuk melengkapi kitab-kitab suci sebelumnya.

Dulu ia heran mengapa ajaran Islam meniru ajaran Yahudi. Ternyata itu bukanlah meniru, melainkan “update” atau pembaruan terhadap ajaran-ajaran Yahudi dan Kristen. Ia kembali teringat bahwa cara beribadah yang disebutkan dalam kitab Taurat adalah dengan “bersujud”, seperti yang dilakukan umat Islam.

Baca Juga: Kisah Jagoan UFC Asal Brasil Ditertawakan Saat Putuskan Mualaf

Menurutnya, dalam Taurat juga dikisahkan bahwa Moses atau Nabi Musa diperintahkan untuk melepas alas kakinya saat menyembah Tuhan, itu seperti yang dilakukan umat Islam saat mereka beribadah di Masjid, mereka melepas alas kaki mereka saat salat.

Hal-hal kecil itulah yang membuatnya semakin sadar dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang masuk akal dan sempurna. Meski meyakini Islam, ia belum berani berpindah agama. Hal tersebut lantaran ia merasa belum siap untuk benar-benar meninggalkan semua budaya dan tradisi yang selama ini ia yakini. Karena semua itu telah menjadi bagian dari diri dan identitasnya.

Namun akhirnya ia menyadari bahwa dengan masuk Islam dia sebenarnya tidak meninggalkan ajaran Yudaisme. Malah menurutnya, memeluk Islam dan menjadi Muslim membuatnya menjadi seorang “Yahudi” yang lebih baik.

“(Dengan masuk Islam) saya tidak meninggalkan ajaran Yudaisme. Itu (Islam dan Yahudi) menyembah Tuhan yang sama,” katanya.

Wanita itu pun akhirnya bersyahadat dan masuk Islam pada bulan suci Ramadan tahun 2017. Tak seperti orang dari agama lain, dia telah terbiasa berpuasa saat perayaan Yahudi, Yom Kippur sehingga ia tak merasa kesulitan mengerjakan salah satu rukun Islam tersebut.

Ia mengaku, Allah SWT banyak memberinya kemudahan dalam hidupnya. Seperti saat ia belajar untuk salat. Ia tak pernah belajar bahasa Arab, namun ia dengan cepat dapat menghafal bacaan salat. (C)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga