Kisah Wanita Paruh Baya Ganti Peran Suami Cari Nafkah di Depan UHO, Jajakan Olahan Kacang Mete dan Kasuami
Cece Putriani, telisik indonesia
Rabu, 01 Oktober 2025
0 dilihat
Ibu Y berjualan di trotoar depan UHO, menggantikan suaminya yang sakit katarak sejak lebih dari satu bulan terakhir. Foto: Cece Putriani/Telisik.
" Setiap sore hingga malam, sebuah meja kecil di trotoar depan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari selalu dipenuhi aneka jajanan sederhana "

KENDARI, TELISIK.ID - Setiap sore hingga malam, sebuah meja kecil di trotoar depan Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari selalu dipenuhi aneka jajanan sederhana. Dari donat meses, jambu mete olahan, hingga kasuami berbahan dasar singkong, semuanya tersaji rapi.
Di balik meja itu, berdiri seorang perempuan paruh baya yang dikenal sebagai Ibu Y, yang kini berusia 63 tahun. Dialah sosok yang setia menanti pembeli, menggantikan peran suaminya yang tak lagi mampu berjualan karena sakit katarak.
Sudah tujuh tahun lebih usaha kecil itu menjadi sumber penghidupan keluarga mereka. Dahulu, sang suami yang sabar menjaga lapak setiap hari. Namun, setelah penyakit mata membuat penglihatannya hilang, tanggung jawab mencari nafkah pun beralih ke tangan istrinya.
“Suami saya saat ini sedang sakit, tidak bisa melihat karena katarak, jadi saya yang lanjutkan jualan. Sudah satu bulan lebih saya di sini menggantikan suami saya,” tutur Ibu Y saat ditemui telisik.id, Senin (29/9/2025).
Dari ujung matanya, tampak air bening menetes saat ia menceritakan perjuangannya. Setiap hari, perjalanan dimulai dari rumah mereka di Nanga-Nanga yang berjarak sekitar 7 kilometer.
Baca Juga: Kisah Sutinurdin, Pria yang Sudah 30 Tahun Sebagai Petani Padi
Bukan hal mudah bagi perempuan seusianya, namun sang menantu dengan setia mengantar dan menjemput. Perjalanan itu dilalui demi memastikan lapak kecil di depan kampus tetap hidup, menjadi tempat bertemunya penjual sederhana dengan para mahasiswa dan warga sekitar.
Meski memiliki tujuh orang anak yang kini berkeluarga dan tersebar di berbagai daerah, Ibu Y memilih untuk tetap mandiri bersama suaminya.
“Anak-anak sudah punya kehidupan masing-masing. Jadi kami berdua berusaha sebisanya di sini,” ujarnya tenang.
Bagi Ibu Y, lapak itu bukan hanya soal penghasilan, tetapi juga tentang harga diri dan semangat untuk terus bertahan.
Setiap jajanan yang dijual punya penggemarnya sendiri. Seorang pembeli mengaku kerap membeli donat buatan Ibu Y.
Hal tersebut disampaikan oleh Sari, salah seorang pelanggan tetap. “Jambu mete yang dijual ibunya enak. Saya suka dan harganya juga terjangkau,” katanya.
Warga lain, Upi yang sudah lama mengenal lapak itu juga menambahkan, ia kerap melihat suami Ibu Y berjualan di tempat yang sama.
Baca Juga: Kisah Arip, Ayah Tiga Anak di Kendari yang Bertahan Hidup Lewat Siomai
“Saya sering lihat suaminya berjualan di sini, kadang di pembatas jalan, tapi sekarang istrinya yang gantikan,” kenangnya.
Cerita tentang Ibu Y bukan sekadar kisah berjualan di trotoar kampus. Lebih dari itu, ini adalah potret keteguhan seorang istri yang tetap berdiri teguh di tengah keterbatasan.
Di usia senja, dengan suami yang sakit, ia memilih untuk melanjutkan usaha kecil keluarga. Dari meja sederhana, semangat dan harapannya tetap hidup, menanti pembeli yang datang satu per satu, sambil menggenggam keyakinan bahwa esok akan selalu ada jalan. (A)
Penulis: Cece Putriani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS