Krisis Makin Parah, Orang Tua di Afghanistan Jual Anak Perempuannya

Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Selasa, 02 November 2021
0 dilihat
Krisis Makin Parah, Orang Tua di Afghanistan Jual Anak Perempuannya
Krisis di Afghanistan makin parah, anak perempuan dijual. Foto: Repro Reuters

" uang hasil penjualan Parwana hanya akan menghidupi keluarga selama beberapa bulan, sebelum harus mencari solusi lain. "

KABUL, TELISIK.ID - Krisis pangan di Afghanistan kian parah. Khusus anak-anak, mereka tidak hanya bisa mati kelaparan tetapi juga terancam dijual oleh keluarga demi memenuhi kebutuhan pangan.

Dilansir Cnbcindonesia, Selasa (2/11/2021) Parwana Malik, 9 tahun, terpaksa harus dinikahkan ke Qorban, pria berusia 55 tahun. Ini terjadi sejak 24 Oktober lalu.

Sebagai pengantin anak, Parwana diberi mahar 200.000 Afghan (sekitar US$ 2.200 atau Rp 31,3 juta, asumsi Rp 14.200/US$). Bukan hanya uang, mahar berbentuk domba, tanah, dan uang tunai.

Parwana mengatakan Qorban adalah seorang lelaki tua dengan alis putih dan janggut putih tebal. Dia khawatir Qorban akan memukulnya dan memaksanya untuk bekerja di rumahnya.

"Ini adalah pengantinmu. Tolong jaga dia, kamu bertanggung jawab untuknya sekarang, tolong jangan pukul dia," tulis CNN International ketika ayah Parwana Abdul Malik memberikannya ke Qorban.

Abdul Malik, mengatakan tidak bisa tidur di malam hari. Menjelang penjualan, dia mengatakan merasa "hancur" dengan rasa bersalah, malu dan khawatir.

Tetapi mereka tidak punya pilihan lain jika masih ingin memberi makan keluarganya. Malik sudah pernah melakukan perjalanan ke ibu kota provinsi Qala-e-Naw untuk mencari pekerjaan yang tidak berhasil.

Dia bahkan meminjam banyak uang dari kerabat. Istrinya terpaksa mengemis penduduk kamp lain untuk makanan.

"Kami adalah delapan anggota keluarga. Saya harus menjual untuk menjaga anggota keluarga lainnya tetap hidup," katanya, menambahkan uang hasil penjualan Parwana hanya akan menghidupi keluarga selama beberapa bulan, sebelum Malik harus mencari solusi lain.

Nasib serupa juga menimpa Magul, 10 tahun, di provinsi tetangga Ghor. Dia menangis setiap hari menjelang hari ia akan diberikan ke seorang pria berusia 70 tahun untuk melunasi hutang keluarganya.

Orang tuanya telah meminjam 200.000 Afghan (US$ 2.200) dari tetangga di desa mereka. Namun tanpa pekerjaan atau tabungan, mereka tidak memiliki cara untuk mengembalikan uang itu.

Peminjam menyeret ayah Magul, Ibrahim, ke penjara Taliba. Ibrahim berjanji kepada pembeli bahwa dia akan membayar dalam sebulan. Tapi sekarang waktunya sudah habis.

"Saya tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan jika aku tidak memberinya anak perempuanku, dia akan mengambilnya," kata Ibrahim.

Krisis ini sebenarnya sudah diprediksi. PBB memperingatkan negara yang sudah tidak stabil itu akan menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

"Musim dingin ini, jutaan warga Afghanistan akan dipaksa untuk memilih antara migrasi dan kelaparan kecuali kita dapat meningkatkan bantuan penyelamatan jiwa kita," kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, dikutip dari AFP Oktober lalu.

Krisis pangan di Afghanistan bahkan dikatakan sudah dalam skala lebih besar daripada yang dihadapi Yaman atau Suriah. Situasi ini juga lebih buruk daripada keadaan darurat kerawanan pangan di Republik Demokratik Kongo.

Baca Juga: Indonesia Jadi Presidensi G20, Para Pemimpin Dunia Bakal ke Bali 2022

Baca Juga: Ternyata Keluarga Paling Kaya di Asia dari India, Indonesia Urutan 4

Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh WFP dan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), satu dari dua warga Afghanistan menghadapi "krisis" Fase 3 atau Fase 4 "darurat" kekurangan pangan. Fase 4 adalah satu langkah di bawah kelaparan dan Afghanistan diperkirakan akan menghadapi musim dingin terburuk dalam satu dekade terakhir.

Krisis pangan terjadi pasca Taliban meruntuhkan pemerintahan Afghanistan pada Agustus. Kelompok itu kemudian membuat pemerintahan sementara dan bersumpah untuk memulihkan stabilitas negara.

Namun Taliban masih menghadapi serangkaian sanksi internasional dan kampanye serangan berdarah oleh kelompok teroris Daesh.

Sementara perubahan iklim membuat kekeringan di Afghanistan lebih sering dan intens terjadi.

Di bagian barat negara itu, ribuan keluarga miskin telah menjual ternak mereka dan melarikan diri. Mereka mencari perlindungan dan bantuan di kamp-kamp sementara yang penuh sesak di dekat kota-kota besar.

"Kami berusaha mengeluarkan orang-orang kami dari situasi saat ini dan membantu mereka. Bantuan kemanusiaan global juga telah tiba," kata Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid.

Badan-badan PBB memperingatkan bahwa rencana respons kemanusiaan mereka hanya sepertiga yang didanai seperti yang ada sekarang. FAO mencari US$ 11,4 juta dalam pendanaan mendesak dan US$ 200 juta lebih lanjut untuk musim pertanian hingga 2022. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Fitrah Nugraha

Baca Juga