Lebih dari 14 Ribu Orang di Luwu Utara Mengungsi

Marwan Azis, telisik indonesia
Sabtu, 18 Juli 2020
0 dilihat
Lebih dari 14 Ribu Orang di Luwu Utara Mengungsi
Inilah kondisi pemukiman warga di Luwu Utara yang terhempas banjir bandang. Foto : Ist.

" Kondisi ini menyebabkan mudah longsor dan apabila terakumulasi dapat terjadi banjir bandang. "

LUWU UTARA, TELISIK.ID – Lebih dari tiga ribu keluarga mengungsi pasca banjir bandang menghantam Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Mereka berada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sabbang, Baebunta dan Masamba.

Informasi tersebut diperoleh Telisik.id dari Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),  Jumat malam (17/7/2020). BNPB juga melaporkan, jumlah penyintas yang tercatat BPBD Kabupaten Luwu Utara mencapai 3.627 KK atau 14.483 jiwa.  

“Jumlah ini belum termasuk mereka yang mengungsi di wilayah Kecamatan Baebunta Selatan, Malangke dan Malangke Barat. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat masih melakukan pendataan di lapangan,” kata Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

Dikatakan, penanganan darurat terhadap para warga yang mengungsi dilakukan oleh pemerintah daerah dibantu dengan mitra terkait lainnya, seperti Palang Merah Indonesia. Sebagian mereka berada di enam pos komando taktis di Radda, Masamba, Bone, Bone Tua dan Kantor Bupati Luwu Utara.

BPBD setempat mengidentifikasi kebutuhan mendesak untuk warga terdampak berupa air bersih, obat-obatan, pakaian dalam wanita, popok balita dan lansia, selimut, sarung, peralatan pembersih rumah, family kits dan masker.

Dilaporkan, Basarnas mencatat 36 orang meninggal dunia dan 16 lainnya dalam pencarian. Upaya pencarian dan evakuasi korban yang masih hilang, Tim SAR Gabungan di bawah komando Basarnas menerjunkan 539 personel, sedangkan total potensi berjumlah 1.001 personel.

Pendataan sementara untuk kerugian material bangunan hingga hari ini mencakup rumah terdampak 4.202 unit, mikro usaha 61, tempat ibadah 13, sekolah 9, kantor pemerintah 8,  fasilitas kesehatan 3, fasilitas umum 2 dan pasar tradisional 1.

Sedangkan kerugian infrastruktur meliputi jalan terdampak sepanjang 12.8 km, jembatan 9 unit, pipa air bersih 100 m, bendung irigasi 2 unit. Akses beberapa jalan poros, seperti Masamba – Baebunta dan jalan di Kecamatan Sabbang menuju Desa Malimbu masih tertimbun lumpur dan hanya dapat dilalui roda dua.  

Kerusakan jaringan pipa air bersih PDAM mengakibatkan suplai air sulit bahkan PDAM masih belum beroperasi. Pada infrastruktur jaringan listrik belum semua beroperasi, terdapat beberapa titik masih padam. Sedangkan jaringan komunikasi belum stabil. Banjir juga merusak lahan produktif berupa lahan pertanian dan persawahan seluas 460 hektar.

Baca juga: Tagih Janji Pembangunan Asrama, Mahasiswa Ancam Segel Kantor Bupati Konsel

Dituturkan, upaya penanganan darurat Tim Reaksi Cepat BPBD masih melakukan kaji cepat kebutuhan di lokasi yang terisolir. BPBD juga menerjunkan alat berat untuk membersihkan material lumpur, khususnya di akses jalan sehingga dapat mempermudah distribusi bantuan dan mobilitas warga.

Di sisi lain, Pemda  Luwu Utara masih terkendala terbatasnya alat berat untuk pembersihan material lumpur, maupun kendaraan operasional untuk mendistribusikan bantuan logistik dan pengerahan sukarelawan. Pantauan di lapangan, banyak akses jalan yang masih belum dapat dilalui oleh kendaraan.

Terkait dengan penyebab banjir, sebelumnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memberikan analisis penyebab banjir bandang yang menerjang beberapa kecamatan pada Senin lalu (13/7/2020). Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengidentifikasi beberapa faktor penyebab banjir tersebut.

Analisis tim LAPAN berdasarkan citra satelit Himawari-8 menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas yang cukup lama pada 12 Juli 2020 dari sekira pukul 22.00 Wita sampai pukul 6.00 tanggal 13 Juli 2020. Kemudian pada siang hari (13/7/2020) pukul 13.00 Wita kembali terjadi hujan dengan intensitas yang lama sampai malam hari ketika terjadi bencana banjir bandang.

Menurut analisis tersebut, curah hujan membawa pengaruh yang signifikan sebagai pembawa material lumpur dan ranting pohon dari wilayah hulu sungai.

Selain itu, struktur geomorfologi dan geologi Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa wilayah hulu Sungai Sabbang, Sungai Radda dan Sungai Masamba merupakan perbukitan yang sangat terjal dan kasar. Kondisi tersebut terbentuk dari patahan-patahan akibat proses tektonik pada masa lalu.

Analisis LAPAN menginformasikan, banyaknya patahan yang terdapat di wilayah ini menyebabkan struktur batuan atau tanahnya tidak cukup kuat untuk mempertahankan posisinya.  

“Kondisi ini menyebabkan mudah longsor dan apabila terakumulasi dapat terjadi banjir bandang,” pungkasnya.

Reporter : Marwan Azis

Editor : Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga