Lelaki Keturunan China Ini Menjadi Mualaf karena Sering Melihat Anaknya Salat
Thamrin Dalby, telisik indonesia
Jumat, 13 Agustus 2021
0 dilihat
Harianto saat berada di lokasi tambang. Foto: Thamrin Dalby/Telisik
" Lelaki ini mendapat hidayah karena sering melihat anaknya salat di rumah saat pulang liburan. "
KENDARI, TELISIK.ID - Banyak cara Allah bila ingin memberikan hidayah kepada seorang hamba. Seperti yang dialami Harianto. Lelaki ini mendapat hidayah karena sering melihat anaknya salat di rumah saat pulang liburan.
Harianto (31), warga keturunan China-Manado yang tinggal di Jalan Pemuda Kelurahan Sabilambo, Kabupaten Kolaka, akhirnya menjadi mualaf karena terinspirasi dari anaknya Farel yang saat ini baru berusia 11 tahun. Anaknya tersebut sejak kecil tinggal dan dirawat oleh neneknya yang menganut agama Islam.
Setiap hari libur sekolah, dia pulang ke rumah kedua orang tuanya. Dan Farel sering melaksanakan salat lima waktu di rumah maupun di masjid terdekat. Harianto sering memperhatikan anaknya saat melaksanakan salat, hingga ia pun tertarik dan memutuskan pindah agama.
Baca juga: Dewa Putu Adhi, Diterpa Berbagai Ujian Setelah Menjadi Mualaf
Baca juga: Viral: Sering Dihina Jelek, Siapa Sangka Wanita Ini Dapat Pacar Bule
"Hati saya merasa terketuk melihat anak saya yang rajin salat lima waktu di rumah, di kala ia pulang dari rumah neneknya. Karena anak saya sejak kecil dan berumur satu tahun sudah dirawat sama neneknya yang muslim," ungkap Harianto.
Setiap anaknya liburan sekolah, kata Harianto, dia selalu pulang ke rumah orang tuanya. Sejak umur lima tahun, Farel sudah terbiasa salat dan mengaji sendiri.
"Dua tahun lalu seusai Idul Fitri, saya membulatkan hati untuk menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. Saya jarang ke gereja dan melihat anak saya yang baru berusia lima tahun sudah rajin ibadah, saya merasa malu juga sebagai orang tuanya," ungkapnya.
Hingga saat ini Harianto masih terus belajar dan mendalami agama Islam di sela kesibukannya sebagai penambang di Kabupaten Kolaka. (A)
Reporter: Thamrin Dalby
Editor: Haerani Hambali