Licinnya Beternak Lele di Masa Pandemi

Sumarlin, telisik indonesia
Selasa, 27 Oktober 2020
0 dilihat
Licinnya Beternak Lele di Masa Pandemi
Jufri memanen ikan lele yang telah ia budidayakan selama empat bulan. Bisnis ini sangat menjanjikan di masa pandemi COVID-19. Foto: Sumarlin/Telisik

" Kalau ada tetangga yang minta dibersihkan, saya biasa jual sampai Rp 30 ribu bersih. Jadi dengan modal tadi itu, setiap kali panen saya bisa dapat sekitar Rp 12 juta kalau dikurangi biaya-biaya, bersihnya sekitar Rp 10 jutaan. "

KENDARI, TELISIK- ID - Ribuan ikan lele menggelepar di kolam yang airnya tersisa mata kaki orang dewasa. Satu persatu ikan jenis Sangkuriang itu dimasukkan ke dalam ember oleh Jufri, warga di Jalan Balaikota II Kelurahan Pondambea, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, hendak dijual.

Ikan yang sudah terkumpul dalam sebuah keranjang kemudian ditimbang. Ikan yang ia budidayakan sejak empat bulan lalu itu, kini sudah dipesan seorang pengumpul asal Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan, Suparman Pagi itu, Kamis (1/10/2020) Jufri dibantu anaknya, sedang memanen ternak lelenya dari salah satu kolamnya yang berukuran 3 x 4 meter.

Seperti itulah aktivitas Jufri menggeluti budidaya ikan lele. Jufri mengaku, memulai budidaya ikan lele sejak tahun 2015. Berbekal pengetahuan yang ia dapatkan dari teman dan membaca, Jufri memulai usahanya di kolam di belakang rumahnya.

Usahanya memulai budidaya ikan lele tak langsung berbuah manis seperti saat ini, karena ia harus merasakan kerugian saat awal memulainya, maklum butuh pengalaman dan cara tersendiri untuk budidaya ikan ini.

Jufri memulai usahanya dengan satu unit kolam ukuran 3 x 4  dengan modal sekira Rp 3 juta. Modal itu digunakan untuk membeli bibit, pakan dan obat-obatan.

“Bibit sebanyak 3 ribu ekor itu sekitar Rp 1,2 juta, pakan berupa pelet dan obat sekitar Rp 1 juta, makanan seperti usus ayam sekitar Rp 800 ribu selama 4 bulan, ya modalnya kira-kira Rp 3 jutaan, itu belum termasuk kolamnya,” katanya.

Setelah melalui proses budidaya sekira 4 bulan, hasilnya pun sudah kelihatan. Setiap kali panen, satu kolam bisa menghasilkan ikan lele sebanyak 600-700 kg, dengan harga jual Rp 20 ribu untuk pengumpul dan Rp 25 ribu kalau dijual eceran. Sedangkan Jufri memiliki kolam sekira 5 unit.

“Kalau ada tetangga yang minta dibersihkan, saya biasa jual sampai Rp 30 ribu bersih. Jadi dengan modal tadi itu, setiap kali panen saya bisa dapat sekitar Rp 12 juta kalau dikurangi biaya-biaya, bersihnya sekitar Rp 10 jutaan,” ungkapnya dengan senyum.  

Baca juga: Anjungan Kembar di Tambat Labuh Dapat Dijadikan Tempat Konser Musik

Meskipun menjanjikan, usahanya ini sempat meredup saat pandemi COVID-19 merebak, karena permintaan dari warga dan pengumpul juga terbatas, sebab rumah makan dan penjual sari laut yang biasa memesan ikan juga terdampak. Namun situasi yang terus berubah dan munculnya sejumlah kebijakan pemerintah yang membolehkan sejumlah usaha kembali beroperasi, sedikit demi sedikit usahanya kembali membuahkan hasil.

Selama menggeluti usahanya, umumnya ada pengumpul yang menjemput hasil budidayanya. Suparman adalah mitra Jufri  yang sudah lama bekerjasama. Mereka bekerjasama sejak Jufri memulai usahanya, terkadang mereka saling bertukar pengetahuan tentang budi daya lele yang mereka dapat.

Suparman bercerita dia memulai budidaya lele sekira tahun 2013-2014. Namun di saat memulai usahanya dia juga sempat gagal, karena belum berpengalaman. Dengan tekad yang kuat dan terus belajar dari banyak orang yang ia temui sehingga usahanya juga ikut berkembang.

“Saya juga mulai usaha ini dengan kegagalan, maklum to belum ada pengetahuan. Dari kegagalan itu kita belajar dan Alhamdulilah sudah ada hasilnya biar sedikit-sedikit,” katanya sambil tertawa.

Dia menjelaskan, selain beternak sendiri, dia juga mengumpulkan ikan lele dari para petani bahkan sampai ke Kabupaten Kolaka Timur. Pada umumnya para petani memilih ikan lele jenis Sangkuriang untuk dibudidayakan.

Ikan jenis ini memiliki sejumlah kelebihan dibanding jenis lain, karena jenis Sangkuriang produktivitasnya terbilang tinggi, kualitas daging yang lebih empuk, lebih tahan terhadap penyakit dan teknik budidayanya tidak terlalu sulit asal mau belajar dan menekuninya dengan sabar.

Baca juga: Pendataan Vaksinasi COVID-19 Mulai Dilaksanakan

Usaha pembesaran ikan lele merupakan budidaya yang paling mudah dilakukan. Anda tidak perlu menyiapkan lahan luas untuk bisa menjalankan budidaya pembesaran ikan lele. Selain itu, pemeliharaannya mudah dan tidak perlu menunggu lama untuk panen.

Suparman sendiri memiliki 9 kolam penampungan dengan berbagai ukuran yaitu, ukuran 3x10 sebanyak dua unit, 4x10 dua unit, 5x10 satu unit dan 4,5x6 empat unit.

Kolam inilah yang digunakan Suparman untuk budidaya dan menampung ikan yang dia kumpul dari para peternak baik di Kota Kendari, Konawe Selatan, Konawe dan Kolaka Timur.

“Minggu ini saya saya kumpul sampai tiga ton di rumah, saya mencarinya sampai di Kolaka Timur karena permintaan masih sangat banyak, kalau hanya di Kendari tidak bisa mencukupi permintaan pembeli,” tuturnya.

Usaha mengumpul ikan lele ini, kata Suparman, sempat macet sekira 5 bulan di awal pandemi COVID-19, karena para pelanggannya yang berjualan juga terbatas. Namun dengan kesabaran, dia melaluinya sehingga situasi mulai membaik, setelah memasuki masa new normal.

Saat ini Suparman mengaku, melayani sekira 80 pedagang sari laut yang ada di Kota Kendari. Setiap harinya ia bisa menyuplai kebutuhan pedagang sari laut dan rumah makan sekira 60-150 kg. Dengan harga Rp 30 ribu perkilogramnya.

Baca juga: Anjungan Kembar di Tambat Labuh Dapat Dijadikan Tempat Konser Musik

Itupun sistem penjualan yang ia lakukan, hanya berdasarkan pesanan tanpa menawarkan pada rumah makan atau restoran, karena khawatir stoknya tidak tersedia. Menurutnya budidaya ikan air tawar jenis lele ini masih sangat berpeluang besar.

Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari menyebutkan, saat ini sebanyak 32  kelompok binaan yang melakukan budidaya ikan air tawar di Kota Kendari. Para pembudidaya ini tersebar di enam kecamatan, yaitu Abeli, Poasia, Baruga, Wua-wua, Kadia dan Kecamatan Puuwatu.  Kelompok pembudidaya terbanyak berada di Kecamatan Puwatu dengan 10 kelompok  disusul Kecamatan Baruga delapan kelompok dan Kecamatan Abeli enam kelompok.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kendari Rahman Napira menjelaskan, tahun 2019 jumlah produksi ikan air tawar Kota Kendari sebanyak 109 ton, meliputi 4 jenis ikan air tawar yakni, ikan mas, lele, nila dan koi.

“Produksi budidaya ikan air tawar terbanyak itu lele, sebanyak 54 ton, kemudian nila 36 ton, ikan mas 18 ton dan ikan koi 1 ton,” jelasnya.

Dia juga mengaku, potensi pengembangan ikan air tawar di Kota Kendari masih sangat besar, karena masih didukung lahan yang memadai, bahkan saat ini Dinas Kelautan kewalahan menyediakan kebutuhan bibit permintaan pembudidaya.

Dia menambahkan, budi daya ikan air tawar di masa pandemi ini merupakan salah satu usaha yang menjanjikan. (A)

Reporter: Sumarlin

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga