Makam Kuno Sangia Dowo, Saksi Sejarah Perjuangan Melawan Belanda di Moronene

Hir Abrianto, telisik indonesia
Sabtu, 23 Juli 2022
0 dilihat
Makam Kuno Sangia Dowo, Saksi Sejarah Perjuangan Melawan Belanda di Moronene
Makam kuno Sangia Dowo, kini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya di Bombana. Foto: Ist.

" Terdapat beberapa nilai sejarah penting makam kuno Sangia Dowo yakni dari segi sejarah perjuangan dan perlawananya terhadap kolonialisme Belanda "

BOMBANA, TELISIK.ID – Salah satu bentuk perhatian Pemerintah Kabupaten Bombana pada sektor kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bombana bersama Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) melakukan penelusuran terhadap objek-objek yang diduga memiliki nilai sejarah.

Pada tahun 2021, Dikbud bersama TACB Bombana menetapkan 3 situs cagar budaya, salah satunya adalah Makam Kuno Sangia Dowo.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun Telisik.id dari Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Dikbud Kabupaten Bombana, Kamalia Kadir, S. Pd, M.AP, makam kuno Sangia Dowo terletak di Kelurahan Toburi, Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana dengan koordinat -4 42’51,723”S dan 121 46’8,568”E.

Kondisi saat ini, makam kuno ini dalam kondisi relatif baik, namun ada sedikit struktur bangunan makam yang mengalami kerusakan pada jirat makam yang disebabkan oleh faktor alam.

TACB menemukan bahwa makam kuno Sangia Dowo memiliki 4 jirat yang berbentuk punden berundak dan bertingkat yang berdasarkan strukturnya terbuat dari batu alam yang memiliki bentuk  variatif yang saling tumpah tindih satu sama lain.

Baca Juga: Laut Kaombo di Wabula, Warisan Kesultanan Buton yang Masih Dilestarikan

Bentuk makamnya berbentuk persegi panjang dengan orientasi makam utara-selatan, dari segi penguburannya sudah dapat dipastikan prosesi pemakamannya memakai syariat Islam.

Berdasarkan catatan yang diterima dari Kamalia Kadir, terdapat beberapa nilai sejarah penting makam kuno Sangia Dowo yakni dari segi sejarah perjuangan dan perlawananya terhadap kolonialisme Belanda.

Daerah Moronene (Rumbia dan Poleang) yang pada saat itu merupakan daerah kekuasaan Buton dimasuki  Belanda pada 1910. Mokole Poleang bersama para pengikutnya menentang kedatangan Belanda di daerahnya.

Dalam penyerangan ke Toburi (ibu kota Poleang), Belanda dapat dipukul mundur oleh pihak kerajaan. Kemudian Belanda mengajak Mokole untuk berunding di suatu tempat di luar ibu kota. Dalam jamuan makan, Mokole Poleang (Sangia Dowo) diracun oleh Belanda dan menemui ajalnya.

Walaupun Sangi Dowo telah gugur, para pengikutnya tetap melakukan perlawanan di bawah pimpinan Mbohogo pada 1912 pada waktu Ia dan para pengikutnya ditangkap oleh belanda.

Baca Juga: KASN Kembali Surati Bupati Wakatobi, DPRD Desak Pejabat Korban Demosi Dikembalikan

Kemudian untuk nilai Ilmu pengetahuan, makam kuno Sangia Dowo memiliki nilai penting, terutama ilmu arkeologi, ilmu sejarah, dan antropologi. Nilai penting ilmu arkeologi dapat dilihat dari penelitian arkeologis yang dilakukan di kawasan ini, baik institusional maupun personal.

Nilai ekonomi dari situs ini yakni, apabila situs ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya maka dinarapkan Pemda dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya situs bersejarah ini untuk dijadikan sebagai objek wisata sejarah.

Sementara dari sisi kebudayaan, jenis cagar budaya mencerminkan hasil kebudayaan khususnya di struktur badan pembangun makam kuno Sangia dowo3 terjadi proses akulturasi budaya, di mana proses akulturasi budaya yang dimaksud disini merupakan pencampuran budaya pra Islam ke Islam. (B)

Penulis: Hir Abrianto

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga