Meneladani Sikap Keikhlasan Keluarga Nabi Ibrahim dalam Berkurban

Marwan Azis, telisik indonesia
Jumat, 10 Juli 2020
0 dilihat
Meneladani Sikap Keikhlasan Keluarga Nabi Ibrahim dalam Berkurban
Ustad H. Yunihardi Karim Lc.MA yg studi S1-S2 ditamatkan di International Islamic Call College, Tripoli, Libya. Foto: dok Pribadi

" Hubungan dengan Tuhan tergambar dalam ungkapan takbir membesarkan Allah, tahlil mengesakan Allah dan tahmid memuji Allah, sembari manusia menyembelih hewan kurban terbaiknya, agar tiada lagi klaim kehebatan, ketinggian, kaya dan berkuasa dalam diri manusia, karena hakikatnya semua kehidupan dunia ini adalah hanya ciptaan yang selalu butuh dan bergantung kepada penciptanya. "

JAKARTA, TELISIK.ID - Setiap bulan haji tiba, umat Islam diingatkan pada kisah besar yang disebutkan Al Quran dalam surat As Saffat ayat 102. Pada ayat itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam mengurbankan putranya, Ismail.

Melalui ayat tersebut pula, Allah mengajarkan keimanan, ketundukan, dan kepatuhan seorang hamba kepada Rabb-nya.

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!’ Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As Saffat [37] : 102).

Pada ayat tersebut, Allah menunjukkan ibadah kurban harus dijalankan dengan penuh keikhlasan sebagaimana yang dijalankan Nabi Ibrahim. Selain menunaikan perintah Allah, ada banyak makna yang dapat dipetik dari ibadah kurban ini, baik secara ruhiyah maupun secara sosial-kemasyarakatan.

Secara ruhiyah, ibadah ini bisa menumbuhkan dan meningkatkan keimanan bagi yang menjalanka secara sosial-kemasyarakatan, ibadah kurban terasa sangat bermakna apabila dilandasi dengan kerelaan dan keikhlasan yang berimbas pada perilaku keseharian.

Lewat ibadah kurban, akan tumbuh rasa kepedulian sosial terhadap sesama. Terlebih saat ini bangsa Indonesia sedang berduka, di mana saudara-saudara kita yang sedang ditimpa kesusahan akibat pandemi hingga kehilangan pekerjaan.

Melalui ibadah kurban ini, kita ketuk pintu hati kemanusiaan, rasa kepedulian sosial serta merasa senasib sepenanggungan terhadap apa yang menimpa saudara-saudara kita.

Menurut pengurus Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ustad H. Yunihardi Karim Lc. MA kepada Telisik.id, Jumat (10/7/2020),  sekelumit dialog imaniy dan taqarrubiy, dalam ayat 102 surat As Saffat di atas memberi pesan iman, kasih sayang, kepatuhan, keikhlasan dan kesabaran yang terabadikan dalam kitab terbaik sepanjang masa, Alqur’an.

Baca juga: Keunikan dan Filosofis Masjid Soko Tunggal

Menunjukkan begitu besar pelajaran yang harus diserap, direnungi dan diamalkan oleh manusia dari Ibrahim AS dan putranya Ismail AS.

Ibadah kurban merupakan sunnah kebaikan dari pengorbanan nabi Ibrahim AS, dengan keimanan dan ketundukannya kepada Allah SWT, jiwanya yakin atas perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail AS melalui mimpi yang benar, kemudian Allah swt menggantinya dengan seekor domba.

Dijelaskan, dalam syari’at islam, menyembelih hewan kurban dijadikan suatu sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam rangka mengenang ketaatan, pengorbanan dan ketauladan Nabi Ibrahim AS dan putranya nabi Ismail As.  

Ibadah kurban adalah proses Taqarrub ilallah dengan menyembelih hewan terbaik dari domba, kambing, sapi, kerbau dan unta setelah pelaksanaan sholat Iedul Adha sampai hari tasyriq ketiga. Ibadah ini mendatangkan kebaikan, keberkahan dan kemuliaan bagi pelakunya, melambangkan taat kepada Allah, kepatuhan kepada orang tua, peduli kepada sesama, dan rela berkorban untuk meraih keridhaan Allah sang pencipta.

Pelaksanaan ibadah kurban melambangkan ketauhidan dan pengagungan Allah sebagai pemilik alam semesta, berkurban artinya menundukkan kesombongan dan hawa nafsu manusia, menghubungkannya dengan Allah SWT.

Kebiasaan manusia memanfaatkan hewan dan merayakan momen kebahagiaan mestilah dihubungkan dengan sang pencipta dan pemilik manusia, hawa nafsu, hewan dan seluruh alam.

“Hubungan dengan Tuhan tergambar dalam ungkapan takbir membesarkan Allah, tahlil mengesakan Allah dan tahmid memuji Allah, sembari manusia menyembelih hewan kurban terbaiknya, agar tiada lagi klaim kehebatan, ketinggian, kaya dan berkuasa dalam diri manusia, karena hakikatnya semua kehidupan dunia ini adalah hanya ciptaan yang selalu butuh dan bergantung kepada penciptanya,” tandasnya.

Reporter: Marwan Azis

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga