Mualaf: Kisah Wayan Wiana, Pendiri Mualaf Center Sulawesi Tenggara
Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Sabtu, 15 April 2023
0 dilihat
Wayan Wiana, pendiri Mualaf Center Sulawesi Tenggara punya perjalanan yang panjang hingga memeluk Islam. Foto: Adinda Septia Putri/Telisik
" Cerita perjalanan memeluk Islam kali ini datang dari orang paling berpengaruh bagi para mualaf di Bumi Anoa, yakni Ketua Mualaf Center Sulawesi Tenggara, Wayan Wiana "
KENDARI, TELISIK.ID - Cerita perjalanan memeluk Islam kali ini datang dari orang paling berpengaruh bagi para mualaf di Bumi Anoa, yakni Ketua Mualaf Center Sulawesi Tenggara, Wayan Wiana.
Usai salat Magrib setelah rangkaian acara buka puasa bersama para pengurus mualaf center, Wayan yang saat itu juga sebagai imam salat, meluangkan sela waktunya sebelum ceramah tarawih untuk berbincang bersama Telisik.id.
Kisahnya dimulai saat masa-masa ia sekolah di SMAN 4 Kendari yang dulu masih bernama SMA Mandonga. Saat itu Wayan yang sedang menjalani sekolah sore, tetiba menangis tersedu-sedu hingga menyesakkan dada ketika adzan Ashar berkumbandang. Padahal sebagai warga yang hidup di lingkungan mayoritas, suara azan bukanlah hal asing baginya.
Baca Juga: Temukan Akhlak Penganut Islam yang Sangat Tinggi, Julien Faubert Putuskan Mualaf
Tidak hanya sekali, rasa tangis dan sesak dada selalu berulang setiap adzan berkumandang, lima kali sehari, tanpa alasan apapun. Betapa basah mata dan bingung pikirannya saat itu.
Hal tersebut juga yang membuat Wayan akhirnya terpancing untuk mengulik agama Islam. Ia bahkan pernah diam-diam meminjam kitab tafsir Al-quran milik salah seorang teman sekolahnya demi menyuapi rasa penasarannya.
Sebelum masuk Islam, Wayan sudah hafal beberapa surah dalam Al-quran. Surah pertama yang ia hafal dan yakini bukanlah Al-Fatihah, melainkan Al-Ikhlas yang bermakna tentang keesaan Allah.
"Enam tahun saya belajar Islam, kayak orang gila dek, sampai saya belajar puasa,” ujarnya.
Enam tahun kemudian, pintu hidayah Allah SWT dibukakan melalui sebuah mimpi. Wayan bermimpi dirinya sedang salat di atas batu persegi panjang yang pinggirannya berwarna putih kecoklatan, tapi di situ ada air bah yang siap menyapunya dari depan maupun belakang. Ia berpikir akan mati dalam mimpi tersebut, namun ada sebuah suara yang mengatakan "Kamu tidak akan mati, karena kamu akan masuk Islam."
Ia juga mengaku pernah bertemu Nabi Muhammad SAW dalam mimpinya, namun tak melihat rupanya seperti apa.
“Dalam mimpi itu Nabi Muhammad hanya bilang, kamu baru seumur jagung. Saya nda tau maksud seumur jagung itu apa, dan dalam mimpi itu juga saya masuk Islam, padahal aslinya belum,” jelasnya.
Wayan akhirnya memutuskan untuk mengucap dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslim di tahun 1993. Pasca masuk Islam, Wayan rindu dan ingin bertemu kembali dengan Nabi Muhammad dalam mimpinya.
Saking rindunya, ia bertekad berangkat ke Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dengan bekal seadanya. Ada doa yang ia panjatkan di tanah suci dan selalu ia jaga sampai sekarang.
“Ya Allah, ambil semua apa yang bukan menjadi hakku, tapi jangan ambil hidayah yang ada dalam hatiku. Hidupkan dan matikan aku dalam keadaan Islam,” rintih Wayan.
Pasca memeluk Islam memang bukan kehidupan yang mudah harus dijalaninya, mulai dari ekonomi yang sulit, cacian dari pihak keluarga dan orang-orang terdekat, hingga kampung halaman yang harus ia tinggalkan.
Selesai tawaf, Wayan melihat sebuah lantai yang rupanya persis seperti yang pernah ia mimpikan sebelum dirinya masuk Islam. Ia pun bertanya kepada pimpinan imam Masjidil Haram, sang imam mengatakan lantai tersebut adalah penutup sumur air zam-zam.
Menjawab arti mimpi tersebut, Wayan diajak menemui ketua lembaga mualaf di Madinah. Di sana ia dititah untuk mendirikan mualaf center dan membimbing para mualaf di daerahnya.
Baca Juga: Pembinaan Mualaf di Mualaf Center Sulawesi Tenggara
Hanya berbekal tekad, ia mendirikan mualaf center dan mencari data para mualaf di seluruh penjuru Sulawesi Tenggara. Wayan punya tujuan besar untuk menjadi teman terdekat yang bisa membimbing para mualaf untuk menjalani kewajiban sebagai seorang muslim.
“Saya tidak butuh pengakuan, yang jelas apa yang saya lakukan memastikan mualaf menjalankan salat dan perjuangkan hak-hak mereka sebagai salah satu penerima asnab zakat,” katanya.
Meski sudah ribuan mualaf dibimbingnya, tugas dakwahnya belum selesai. Wayan punya mimpi besar untuk segera membangun pesantren bagi mualaf dan anak-anak putus sekolah, juga masjid yang kelak jadi pusat perkumpulan para mualaf di Sulawesi Tenggara. (A)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS