Mudik Politik

M. Najib Husain, telisik indonesia
Minggu, 01 Mei 2022
0 dilihat
Mudik Politik
Dr. M. Najib Husain, Dosen FISIP UHO. Foto: Ist.

" Nilai-nilai tradisi yang luhur memang hanya bisa ditumbuhkan kembali dalam hati sanubari kaum urban lewat mudik lebaran "

Oleh: Dr. M. Najib Husain

Dosen FISIP UHO

MENURUT budayawan Emha Ainun Nadjib bahwa orang-orang yang mudik lebaran adalah pribadi-pribadi yang secara naluriah berupaya menghidupkan kembali “ruh” jiwanya setelah sekian lama terlempar di wilayah kota-kota yang menguras energi ruhaniah mereka.

Ia menilai sangat berbahaya jika orang Indonesia tak lagi mengenal akar budaya asalnya. Nilai-nilai tradisi yang luhur memang hanya bisa ditumbuhkan kembali dalam hati sanubari kaum urban lewat mudik lebaran. Ikatan kekeluargaan yang semakin renggang dapat diperkuat dan diperbaharui kembali. Sehingga jalinan komunikasi tetap dapat terjalin kembali, tanpa ada lagi rasa dendam diantara mereka.  

Inilah mungkin Islam ala Indonesia, lebaran sebagai tanda akhir puasa Ramadan harus diwarnai dengan ritual mudik yang menguras tenaga dan biaya. Padahal di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kita sudah bisa melakukan komunikasi saling kabar-kabari sekaligus meminta maaf dengan menggunakan HP atau dengan SMS dan WhatsApp, dan dapat juga dilakukan secara online dengan menggunakan media sosial, baik  facebook, instagram dan berbagai pelayanan internet lainnya.

Namun kenyataannya orang yang mudik tidak pernah berkurang, kecuali saat larangan mudik di masa COVID-19 masih ganas mudik di kota-kota besar dilakukan secara sembunyi-sembunyi.  

Momentum mudik kali ini sangat penting karena dua tahun orang dilarang mudik oleh pemerintah karena alasan COVID-19.

Tahun ini Bapak Jokowi memberikan izin mudik walaupun tetap ada syarat-syaratnya dan moment ini juga dimanfaatkan Jokowi untuk mengambil hati rakyatnya yang telah dibebankan dengan berbagai kenaikan-kenaikan mulai BBM, sembako dan kelangkaan minyak goreng yang sejak sebelum Ramadan.

Mudik atau pulang kampung menjelang hari lebaran Idul Fitri  sudah menjadi tradisi orang Indonesia. Naiknya harga BBM yang berpengaruh terhadap biaya perjalanan para pemudik tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bertemu sanak keluarga dan orang-orang yang dikasihi.

Walaupun diantara mereka saat ini harus ada yang berhutang dan menggadaikan barang mereka di sebuah tempat yang jadi primadona menjelang lebaran yaitu sebuah tempat menyelesaikan masalah tanpa masalah: Pegadaian. Bagi mereka yang penting dapat berlebaran di kampung halaman, persoalan hutang dapat diatur kemudian.  

Baca Juga: Kecemasan Berkomunikasi Calon Pemimpin

Kesulitan mudik ternyata telah dibaca dengan baik oleh para politisi, baik atas nama partai politik serta para calon Presiden di tahun 2024. Dengan kebaikan hati Parpol memberikan mudik gratis, mudik gratis yang juga dilakukan oleh Ganjar dan Anies dengan pendekatan yang berbeda dalam memainkan pesan-pesan verbal dan pesan-pesan non verbal, berkaitan dengan kepedulian mereka atas keselamatan penumpang selama di perjalanan sampai ke tujuan.

Dua tahun dilarang mudik dan tahun ini diizinkan mudik menjadi sesuatu yang istimewa bagi pemudik yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh para kandidat, apalagi seperti Anies dan Ganjar yang membutuhkan momentum strategis ini dalam menaikan elektabilitas menuju 2024.  

Tak ada yang salah dilakukan oleh para politisi dalam memanfaatkan momentum mudik lebaran. Namun lebih bagus ke depan kehadiran para politisi adalah memberikan lebih banyak edukasi mudik lebaran, agar pemudik lebih tertib dan para pemudik tetap berpuasa.

Saat ini kita bisa lihat bagaimana suasana kepulangan, tampak para pemudik yang berdesak-desakan dengan berbagai aroma yang lagi  memenuhi bus dan kapal-kapal penyebrangan. Kerepotan seperti ini sudah menjadi romantika kehidupan menjelang lebaran.

Perjalanan panjang yang melelahkan bahkan menyengsarakan bagi pemudik di bulan Ramadan, ongkos transportasi yang betul-betul sudah gila, tingginya resiko kecopetan dan hilangnya barang bawaan mereka,  merupakan bagian dari rangkaian mudik lebaran.

Yang lebih tragis jika puasa mereka harus dikorbankan dengan alasan yang kadang dibuat-buat, sehingga banyak pemudik yang terpaksa tidak berpuasa. Padahal saat-saat terakhir bulan puasa yang biasa disebut fase pembebasan dari api neraka. Bagi mereka yang berpuasa semata-mata karena perintah Allah SWT, dijamin oleh Rasulullah akan memperoleh pengampunan terhadap dosa yang ada dan telah lalu dan tempatnya di hari kemudian di surga jannatun naim.

Sudah pasti pemudik yang tidak puasa karena memanfaatkan situasi tidak akan mendapatkan sebuah kemudahan agar dosa-dosa mereka terampuni.    

Sebagian politisi yang akan bertarung di 2024 juga menggunakan kesempatan untuk segera pulang kampung dan berlebaran di kampung, bagi yang lagi menjabat dan masih mau bertarung di tahun 2024 jangan sekali-sekali tinggalkan daerah Anda dan tidak berlebaran dengan rakyat kalian karena akan sangat beresiko terhadap penilain para calon pemilih.

Di hari lebaran sosok yang paling dicari saat shalat Idul Fitri adalah seorang kepala daerah yang sementara menjabat dan waktu yang paling tepat saat bersalaman di akhir shalat Idul Fitri. Setelah shalat Idul Fitri di lapangan ataupun di masjid-masjid, para politisi umumnya akan melakukan open house dan  yang ditunggu oleh masyarakat adalah bagi-bagi angpao, walaupun sebenarnya mereka kadang tidak tahu apa makna open house itu sendiri.

Yang terpenting bahwa dengan momentum di hari lebaran dapat mengikis kehidupan yang semakin individualis, kerekatan keluarga telah bergeser. Dulu, keluarga-keluarga inti adalah keluarga besar yang terdiri dari beberapa keluarga. Tapi kini, keluarga besar hanya terdiri dari ayah-ibu-anak. Tempat tinggalnya pun semakin jauh dari keluarga asal.

Belum lagi hubungan-hubungan yang terbangun semakin lama semakin impersonal, hanya berdasarkan kefungsiannya dalam kerja.

Baca Juga: Menerka Peluang dan Keputusan Prabowo Subianto

Manusia modern saat ini adalah manusia-manusia yang teralienasi. Manusia yang terasing dari lingkungan sosial yang akrab, dari hubungan-hubungan yang erat.

Manusia modern telah semakin kehilangan hubungan kekeluargaan yang akrab yang bisa memberi penerimaan tanpa syarat akan kondisi apapun anggota keluarga. Berbeda dengan hubungan-hubungan fungsional yang tumbuh pesat di zaman modern ini, yang menolak orang-orang yang tidak fungsional.

Jadi, orang dituntut untuk terus menerus bersaing demi tetap fungsional. Dan itu melelahkan. Maka mudik menyediakan ruang-ruang untuk istirahat, ruang untuk menemukan kembali kedamaiannya dalam hubungan-hubungan akrab tanpa pamrih. Lewat mudik, ikatan-ikatan dengan keluarga besar yang longgar direkatkan kembali.

Melalui mudik pula ruang-ruang kosong akibat keterasingan diisi kembali. Dan kerinduan akan hubungan-hubungan erat dengan keluarga sebagai hubungan yang tulus bisa dituntaskan melalui mudik lebaran, sehingga makna mudik lebaran merupakan refleksi kedekatan yang nyata.

Terakhir saya ucapkan semoga para pemudik sampai di tujuan dengan  selamat. Yang sudah sampai dan bertemu keluarga selamat berkumpul kembali dan maaf lahir dan batin.  Selamat Idul Fitri 1443 Hijriyah. (*)

Artikel Terkait
Baca Juga