Perubahan Desain Proyek Rehabilitasi Saluran Irigasi di Konawe Biang Tertunda Peyelesaian Proyek

Sigit Purnomo, telisik indonesia
Senin, 08 Mei 2023
0 dilihat
Perubahan Desain Proyek Rehabilitasi Saluran Irigasi di Konawe Biang Tertunda Peyelesaian Proyek
Masa aksi saat melakukan diskusi bersama Kepala Satuan Kerja SNVT PJPA Balai Wilayah Sungai Sulawesi 4 Kendari terkait penyelesaian proyek rehabilitasi saluran irigasi Ameroro. Foto: Sigit Purnomo/Telisik

" Adanya perubahan desain proyek rehabilitasi saluran irigasi di Kecamatan Lambuya dan Uepai Kabupaten Konawe membuat penyelesaian proyek tersebut menjadi tertunda "

KONAWE, TELISIK.ID - Adanya perubahan desain proyek dan optimalisasi volume kontrak rehabilitasi saluran irigasi di kecamatan Lambuya dan Uepai Kabupaten Konawe membuat penyelesaian proyek tersebut menjadi tertunda.

Kepala Satuan Kerja SNVT PJPA Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi 4 Kendari, Devi S Maulana mengatakan, optimalisasi pengerjaan dengan anggaran yang ada kita melakukan rehabilitasi saluran irigasi seoptimal mungkin.

Devi menjelaskan terkait dengan penambahan anggaran yang didapat dari pusat sebanyak Rp 3 miliar kita tambah sampai saluran kantong lumpur dari total projek kontrak yang ada.

Baca Juga: Pawai Budaya Menggelora di HUT ke-20 Konawe Selatan, Masyarakat Tumpah ke Jalan

"Dengan catatan dilakukan beberapa kompensasi kepada masyarakat dan pihak pengerja," jelasnya.

Ia menambahkan untuk kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat berupa penyediaan air bersih dengan tandon-tandon di setiap desa, serta bibit tanaman yang akan disalurkan oleh Dinas Tanaman Pangan.

"Sebenarnya penyediaan air bersih itu tidak tertuang dalam kontrak, itu hanya kompensasi kalau kontraktor bisa," tambahnya.

Ia juga mengatakan proyek irigasi itu sebenarnya selesai pada 18 April 2023, namun karena adanya penambahan kontrak dan perubahan desain, BWS memberi perpanjangan waktu pengerjaan hingga September 2023.

"Dengan catatan tanggal 15 Juli 2023 saluran bagian bawah harus sudah siap, sehingga air sudah bisa mengalir walaupun secara kontrak pengerjaan belum selesai semua," jelasnya.

Diketahui terkait mundurnya penyelesaian proyek rehabilitasi saluran irigasi pihak BWS sebelumnya telah melakukan pertemuan bersama masyarakat, dinas terkait, bahkan sudah menyurat kepada Bupati Konawe melalui Komisi 3 DPRD Konawe.

Devi menegaskan jaringan irigasi Ameroro ini masuk dalam wilayah sulawesi 4 yang merupakan kewenangan pusat.

"Terkait kontrak ini kami pihak BWS sama sekali tidak ada memanfaatkan proyek ini untuk menjadi ajang bisnis dengan pihak-pihak terkait," tegasnya.

Ia juga mengatakan dengan adanya proyek rehabilitasi ini justru memberikan banyak keuntungan buat masyarakat seperti panjang irigasi yang diperbaiki menjadi lebih panjang, irigasi yang tadinya pemasangannya batu sekarang menjadi beton.

"Dan selama 30 tahun jaringan irigasi ameroro tidak pernah direbah baru kali ini dilakukan rehabilitasi," tambahnya.

Lanjut Maulana mengungkap yang namanya daerah irigasi teknis pasti terukur, terencana, teratur dan bisa di hitung.

"Saat ini penggunaan irigasi di ameroro belum sepenuhnya memperlihatkan operasi dan pemeliharaan, tidak terukur, tidak terencana, tidak teratur, bahkan tidak tercatat," jelasnya.

Devi berharap dengan dilakukannya rehabilitasi air irigasi Ameroro itu bisa berguna untuk masyarakat dan para petani yang ada.

"Sebab investasi irigasi ini mahal di seluruh dunia karena irigasi di luar negeri itu berbayar menggunakan meteran air seperti PDAM sementara di Indonesia itu gratis," pungkasnya.

Sebelumnya puluhan masyarakat yang tergabung dalam Konsorsium Aktivis Sulawesi Tenggara berdemonstrasi di Kejaksaan Negeri Unaaha.

Demo dilakukan akibat proyek rehabilitasi saluran irigasi di Kecamatan Lambuya dan Uepai yang tak kunjung usai.

Proyek rehabilitasi saluran irigasi itu diduga dikerjakan oleh PT Haka Utama yang bekerjasama dengan PT Agung Beton dengan menggunakan APBN.

Baca Juga: Stand Pameran, Pawai Budaya Hingga Artis Ibu Kota Siap Guncang Konawe Selatan

Korlap Konsorsium Aktivis Sulawesi Tenggara, Nikson Aleksander dalam orasinya menyebut, ada aduan masyarakat dan kelompok tani khususnya yang berada di Kecamatan Lambuya dan Uepai.

Ia menyampaikan masyarakat di dua kecamatan itu hingga saat ini masih menunggu kapan selesainya pengerjaan saluran irigasi tersebut, bahkan dua tahun terakhir warga harus bersabar untuk tidak mengelola sawah.

Ia juga menuturkan masyarakat setempat susah untuk mendapatkan air bersih akibat sumur-sumur menjadi kering. (B)

Penulis: Sigit Purnomo

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga