Polemik Rencana Renovasi Jakarta International Stadium (JIS)

Efriza, telisik indonesia
Minggu, 09 Juli 2023
0 dilihat
Polemik Rencana Renovasi Jakarta International Stadium (JIS)
Efriza, dosen ilmu politik di beberapa kampus dan owner penerbitan. Foto: Ist.

" Rencana renovasi ini menjadi polemik ketika Erick Thohir selaku Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang telah meninjau lapangan JIS bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyimpulkan jika rumput lapangan JIS tidak sesuai standar FIFA "

Oleh: Efriza

Dosen Ilmu Politik di Beberapa Kampus dan Owner Penerbitan

PEMERINTAH merencanakan renovasi Jakarta International Stadium (JIS) untuk memenuhi standar Federation Internationale de Football Association (FIFA) dalam rencana ajang Piala Dunia U-17.

Polemik terjadi karena rencana renovasi JIS mencuat di tengah situasi politik menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2024 nanti.

JIS selama ini dianggap sebagai karya Anies yang selalu diumbar untuk apresiasi atas kinerja keberhasilan Anies selama memerintah sebagai Gubernur DKI Jakarta.

JIS juga selalu dilekatkan sebagai kebangaan warga Jakarta tentu saja kebanggaan ini diharapkan berkelindan dengan apresiasi atas kinerja Anies. Sehingga ketika rencana renovasi mencuat, kubu Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) geram menanggapi rencana ini.

Antara Renovasi dan Politisasi

Rencana renovasi ini menjadi polemik ketika Erick Thohir selaku Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) yang telah meninjau lapangan JIS bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyimpulkan jika rumput lapangan JIS tidak sesuai standar FIFA.

Ungkapan dari Basuki yang mengatakan pihaknya bakal melakukan renovasi JIS jelang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 2023, memunculkan pro dan kontra. Ketua Umum PSSI mendapatkan sorotan tajam, karena dianggap melakukan politisasi atas rencana renovasi JIS ini.

Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI dianggap melakukan politisasi, disebabkan ia memang memiliki niat sebagai calon wakil presiden (cawapres). Sehingga apa yang disampaikan oleh Erick Thohir selaku ketua umum PSSI atas hasil kedatangannya yang profesional sekalipun, akan dianggap melakukan politisasi terhadap kubu berseberangan dengan Pemerintah yakni dari KPP yang mengusung Anies Baswedan sebagai cawapres.

Wajar jika rencana renovasi ini menjadi polemik. Sebab, sebelumnya sempat juga mencuatkan polemik, ketika Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta yang dipilih oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan juga Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan upaya menghapus jejak-jejak peninggalan eks Gubernur Anies Baswedan.

Pj Gubenur DKI Heru Budi, melakukan berberapa tindakan seperti, merubah slogan Jakarta, pengaktifan kembali meja pengaduan, rotasi jabatan birokrat di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, sampai dengan melakukan rekstrukturisasi jajaran direksi di sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI.

Erick Thohir yang menyatakan dia datang secara profesional. Evaluasi terhadap JIS juga sebagai upaya mempersiapkan stadion terbaik tuan rumah Piala Dunia U-17 2023. Erick juga mengungkapkan bahwa saat ini, PSSI bersama Kementerian PUPR dan juga Pemerintah Daerah tengah mempersiapkan 22 stadion untuk disodorkan kepada FIFA sebagai lokasi Piala Dunia U-17 2023 ini.  

Baca Juga: Penjaga Moral Bangsa

Hanya saja, posisi Erick selaku Ketua Umum PSSI, tidak akan bisa melepaskan sentimen negatif atas rencana mengenai renovasi JIS, karena ia tengah berjuang menjadi cawapres salah satunya dari Ganjar Pranowo yang merupakan capres yang diusung dari Koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Erick Thohir salah satu bakal calon wakil presiden (bacawapres) dari Ganjar Pranowo yang telah menemui Ganjar yang sedang berupaya melakukan pendekatan personal mencari kandidat bakal cawapres pendamping dirinya.

Posisi Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI yang memperoleh beberapa sentimen positif dari masyarakat terhadap kinerjanya seperti mencegah sanksi berat Indonesia dari FIFA karena penolakan sebagai penyelenggara Piala Dunia U-20 dan kesuksesan Erick mendatangkan Tim Nasional (Timnas) Argentina ke Indonesia yang merupakan juara Piala Dunia U-20.

Poin positif Erick ini yang tentu saja bisa membantu Ganjar yang malah sebaliknya bagi sebagian masyarakat Indonesia dan pecinta sepak bola banyak yang kecewa ketika Ganjar Pranowo malah melakukan aksi penolakan Indonesia sebagai penyelenggara Piala Dunia U-20 karena adanya Timnas Israel, dampaknya Indonesia batal menjadi Penyelenggara Piala Dunia U-20 dan sempat terancam sanksi berat FIFA.

Langkah Erick Thohir melakukan renovasi, bertindak profesional, tetap tidak akan menyebabkan ia tidak terjebak kepada polemik sedang mencari panggung, satu sisi peduli kepada JIS tetapi renovasi digunakannya untuk kembali menghapus jejak keberhasilan Anies.

Rencana Pemerintah dan Ketua Umum PSSI Erick Thori akan menyenangkan bagi PDIP dan capres Ganjar Pranowo sebab beberapa hasil positif dari Anies telah dihilangkan peninggalan-peninggalan dalam kinerjanya sebagai Gubernur DKI Jakarta yang lalu. Sehingga ke depannya, Anies tidak lagi bisa membanggakan hasil kinerjanya yang positif dan dianggapnya sukses dilakukan di masa kepemimpinannya.

Renovasi Hal Biasa

Sebenarnya rencana renovasi stadion hal lumrah dalam dunia olahraga, apalagi ketika negara tersebut dipercaya untuk menyelenggarakan pergelaran sepakbola berstandar internasional. Persiapan Indonesia sebagai penyelenggara Piala Dunia U-17 itu menunjukkan Indonesia ingin memberikan hasil yang terbaik dalam pelaksanaannya nanti.

Sebab, mengabaikan persiapan dan rencana renovasi stadion, malah yang memungkinkan terjadi adalah negara kita akan menjadi sorotan negatif dari dunia internasional, bukan tidak mungkin FIFA juga turut mengungkapkan kekecewaan terhadap persiapan Indonesia.

Hanya saja perilaku politisi di negeri ini yang malah menimbulkan polemik. Politisi kita selalu berusaha menghapus semua peninggalan  atas kinerja kepemimpinan sebelumnya. Kebijakan juga kecenderungan terbesar tidak dilanjutkan.

Presiden Jokowi sebagai sosok pemimpin di negeri ini yang selalu fokus dalam membangun infrastruktur, ternyata juga dapat dikatakan sengaja tidak melanjutkan pembangunan proyek Hambalang, misalnya.

Sebab, Hambalang yang mangkrak akan menjadi etalase dari peringatan bersejarah atas kegagalan pembangunan Hambalang di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari Partai Demokrat ketika kemarin memerintah.

Anies juga sama saja, ia tidak menunjukkan sikap yang bijak dalam memerintah. Anies berpolemik ketika ia mencoba menghadirkan trotoar yang memiliki fasilitas untuk dimanfaatkan bagi warga, namun ketika itu tampilan trotoar Anies adalah upaya dia merubah hasil kerja dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Baca Juga: Hal Biasa Bagi Nasdem, Sekjen Tersangka Korupsi

Kemudian, sudah bisa diterka, hasil kinerja Anies, diubah lagi oleh Heru Budi selaku Pj Gubernur DKI Jakarta, yang mengevaluasi dan menata kembali trotoar di DKI Jakarta.

Anies sebagai capres dari KPP juga sudah mengumumkan bahwa bakal menghentikan semua program Presiden Jokowi jika menang di Pilpres 2024 nanti.

Inilah yang terjadi di negeri ini, mereka tidak mencoba melihat semua program kerja, keputusan, maupun kebijakan dengan pikiran yang jernih, jika memang layak dilanjutkan, semestinya dilanjutkan dan tidak perlu malu.

Tetapi selalu dalam pikiran politisi, utamanya oposisi, membuang semua kebijakan, keputusan, maupun hasil karya dari kepemimpinan sebelumnya. Wajar akhirnya, rencana renovasi Stadion JIS yang hal lumrah, membuat kubu KPP naik pitam, bahkan seolah-olah semua disakralkan tidak boleh dilakukan perubahan.

Melakukan perubahan tentu saja boleh, tidak melanjutkan program kerja sebelumnya juga boleh, namun semuanya harus objektif. Bukan malah menyebabkan semua hasil karya terbaik tidak perlu diakui, semua peninggalan kinerja pemimpin sebelumnya dianggap terburuk, atau juga seperti mensakralkan hasil karya sehingga tidak boleh diubah, tentu ini adalah perilaku buruk dalam berpikir maupun dalam kepemimpinan.  

Semestinya politisi kita mengedepankan pendidikan politik bagi masyarakat. Mereka para politisi ketika sudah terpilih, harus bisa mengedepankan sinergi dalam kebijakan, tak perlu malu melanjutkan kebijakan sebelumnya jika memang baik.

Sebab yang terpenting adalah membuat Indonesia lebih baik ke depannya, bukan sekadar proyek trial and eror demi sebuah gengsi yang malah akhirnya mengabaikan unsur kepentingan masyarakat, bangsa dan negara ini. Rencana renovasi JIS semestinya kita tak perlu lagi berpolemik.

Ujung-ujungnya nanti malah kita berpikir bahwa negeri ini tidak layak menjadi tuan rumah penyelenggara Piala Dunia U-17, cukup kegagalan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 karena politisasi dalam dunia sepakbola. Sepertinya negeri ini yang layak direnovasi bukan sekadar sarana dan prasarana untuk olahraga tetapi juga renovasi berpikir dari para politisinya. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga