Sambil Jualan Nasi Kuning, Pria Ini Tak Lupa Membaca Al Quran
Muh. Sabil, telisik indonesia
Jumat, 09 April 2021
0 dilihat
Hadi di sela-sela berjualan nasi kuning mengisi waktu dengan mengaji. Foto: Muh. Sabil/Telisik
" Iya mas, kadang-kadang orang itu kalau lagi lewat lihat saya begini menjual baru mengaji mereka heran. Mereka tatap terus matanya sama saya. "
KOLAKA, TELISIK.ID - Berdagang tidaklah menjadi suatu penghalang bagi seseorang, untuk tetap mengerjakan segala aktivitas ibadah di sela-sela kesibukan.
Hal tersebut ditunjukkan Abdullah Hadi (30), seorang penjual nasi kuning di Kabupaten Kolaka yang selalu membaca Al-Qur'an ketika menunggu pembelinya.
Tak hanya membaca, warga Kelurahan Laloeha, Kecamatan Kolaka ini juga senantiasa mengulang-ulang hafalan ayat Al-Qur'an yang telah dihafalnya. Lantaran bacaannya cukup bagus, ia juga diamankan menjadi imam shalat di salah satu masjid Kolaka.
Sehari-hari, Hadi menjual nasi kuning yang ia bungkus kotak-kotak di pinggiran jalan perkantoran Pemda Kabupaten Kolaka.
Menariknya, ketika berjualan nasi kuning sembari menanti pembeli, ia selalu mengisi waktu untuk membaca Al-Qur'an dan mengulang-ulang hafalannya.
Profesi sebagai seorang penjual nasi kuning, sudah ia lakukan sejak 8 bulan terakhir ini.
Baca juga: Gadis Mualaf Ini Nekat Menikah Meski Tak Direstui Orang Tua
Menurutnya, berjualan atau bekerja seharusnya tidak menghalangi seseorang untuk bisa menjalankan perintah agama. Bahkan kata dia, setiap pekerjaan itu bisa bernilai ibadah apabila diniatkan untuk kebaikan, untuk mencari ridha dari yang Maha Kuasa.
Kendati demikian, dirinya mengaku apa yang dilakukannya justru mengundang perhatian orang lain yang lalu lalang di jalan, bahkan tidak sedikit orang yang memandang aneh dan tak lazim apa yang dilakukannya.
"Iya mas, kadang-kadang orang itu kalau lagi lewat lihat saya begini menjual baru mengaji mereka heran. Mereka tatap terus matanya sama saya," katanya kepada Telisik.id, Jumat (9/4/2021).
Lebih lanjut, Hadi mengungkapkan, terkadang pekerjaannya tersebut mendapat cemohan dan respon negatif dari pihak keluarga sendiri, yang notabennya memiliki kehidupan kelas ekonomi ke atas.
"Hanya itu saja kasian pak, saya jual nasi kuning begini selalu dipandang sebelah mata sama keluarga sendiri. Mungkin karena mereka hidupnya serba berkecukupan," imbuhnya.
Semua itu tidak membuatnya berkecil hati dan masih mensyukuri atas profesinya saat ini.
Baca juga: Corona Merampas Impian Gadis itu ke Negeri Sakura
Hadi menjual nasi kuningnya seharga Rp 5 ribu per bungkus. Dalam sehari, ia hanya mampu menjual 3 - 8 bungkus, bahkan terkadang tak ada satupun yang terjual sama sekali.
Meskipun hidup dalam keadaan pas-pasan, Hadi tak lupa untuk selalu berbagi terhadap sesama.
Ia selalu membagikan sisa dari nasi kuning yang tidak habis terjual kepada para pemulung yang melintas di sekitaran jalan.
"Biasa itu juga kalau tidak laku saya bagi-bagi sama pemulung yang suka lewat di sini. Namanya kita ini kan harus berbagi juga, saya kasihan juga liat orang pemulung begitu," tambahnya.
Bagi Hadi, dengan kebiasaan berbagi membuat dirinya senang dan bersyukur karena dapat berbagi rezeki dengan orang lain.
Saat ini, Hadi tinggal seorang diri dengan mengontrak rumah di jalan stadion Konggoasa, Kelurahan Laloeha, Kabupaten Kolaka.
Sebelumnya, Hadi merupakan alumni santri yang pernah menimbah ilmu agama selama 4 tahun di pondok pesantren (Ponpes) Daarul Hikmah, yang berada di daerah Kabupaten Kolaka Utara (Kolut). (B)
Reporter: Muh. Sabil
Editor: Fitrah Nugraha