Sedihnya Petani Garam di Manggarai Gagal Panen Selama Setahun
Berto Davids, telisik indonesia
Sabtu, 10 Desember 2022
0 dilihat
Para petani garam di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur mengalami gagal panen sepanjang tahun 2022. Foto: Berto Davids/Telisik
" Nasib sedih dan tak menentu dirasakan petani garam di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur selama tahun 2022 ini. Anomali iklim serta kondisi alam yang buruk membuat petani garam di wilayah itu gagal panen "
MANGGARAI, TELISIK.ID - Nasib sedih dan tak menentu dirasakan petani garam di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur selama tahun 2022 ini. Anomali iklim serta kondisi alam yang buruk membuat petani garam di wilayah itu gagal panen.
Mereka seakan ingin berhenti sementara menggarap lahan. Pasalnya, ratusan hektar lahan garam milik warga setempat gagal panen akibat diterjang banjir rob.
Tak hanya itu, kepedulian pemerintah setempat berupa bantuan juga nyaris tak pernah dirasakan oleh petani garam.
Indra Abas, petani garam di Kecamatan Reok merasa terpukul dengan kondisi yang dirasakannya saat ini. Ia mengaku, beberapa hektar lahan pribadi yang digarapnya sudah tak menghasilkan garam. Ingin berhenti menggarapnya.
Baca Juga: Tiba di Muna Barat, Keluarga Dilarang Sentuh Jenazah Korban KKB Papua
"Tiap hari saya tarik pakai centong. Tapi yang keluar lumpur, bukan garam. Saya sangat sedih dengan kondisi ini. Mau menangis ke siapa. Pemerintah pun seakan tak peduli, mereka hanya peduli petani sorgum melulu," ujar Indra.
Banjir rob yang terjadi, kata dia, merusak semua sistem perairan garam hingga rentan cair, sehingga panen tahun ini gagal total.
Lebih lanjut ia mengaku, hasil panen tahun ini sangat tidak sesuai dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun sebelumnya, sebut dia, lahan garam yang ia garap bisa menghasilkan 700 sampai 800 karung sekali panen. Tetapi sekarang turun drastis ke 100 karung. Bahkan ada petani lain yang menghasilkan 10 sampai 15 karung saja.
"Sedih sekali. Mau menangis dengan siapa. Tumpuan hidup kami hanya berharap pada hasil garam ini," ujarnya lagi.
Ia berharap, pemerintah Kabupaten Manggarai segera memperhatikan kondisi ini karena pasokan garam makin berkurang pasca petaninya mengalami gagal panen.
Sementara terkait harga pasaran garam, Indra bilang tahun sebelumnya berkisar Rp 70.000 sampai Rp 80.000 per karung. Bahkan sekarang sudah naik sebesar Rp 200.000.
Namun sayangnya, harga garam yang cukup menguntungkan bagi petani tak didukung dengan kondisi yang ada.
"Jadi seputar itu masalahnya. Selain banjir rob, perhatian pemerintah untuk petani garam juga nihil. Kami tidak pernah dapat apa-apa dari pemerintah. Dulu memang ada pegawai dinas yang sering kunjung ke sini, tapi sekarang tidak ada lagi," tandas Indra.
Baca Juga: Masyarakat Manggarai Diajak Perangi Korupsi di Momen Harkordia
Sekali lagi ia berharap kepada pemerintah agar cepat memperhatikan kondisi ini jika ingin produksi dan pasokan garam untuk Kabupaten Manggarai tak berkurang.
Senada dengan Indra, salah satu petani garam di Kecamatan Reok, Hamid juga merasakan kegagalan panen tahun ini.
Dari 46 hektar yang ada, Hamid hanya bisa memetik hasil dari 20 hektar. Hal tersebut juga karena faktor cuaca hujan dan naiknya banjir air laut ke lahan yang digarapnya hingga membuat kadar garam mencair.
"Kami memang gagal panen tahun ini. Hasilnya sangat sedikit. Mudah-mudahan ada perhatian pemerintah untuk mencari solusi mengatasi banjir rob," ungkap Hamid. (B)
Penulis: Berto Davids
Editor: KardinĀ
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS