Sitti Erni Penenun Desa Masalili Muna, Karyanya Dikenakan Presiden Jokowi hingga Dipamerkan di Luar Negeri

Sunaryo, telisik indonesia
Minggu, 26 Mei 2024
0 dilihat
Sitti Erni Penenun Desa Masalili Muna, Karyanya Dikenakan Presiden Jokowi hingga Dipamerkan di Luar Negeri
Sitti Erni memperlihatkan kain hasil tenunannya yang dijadikan sebagai kampurui. Foto: Sunaryo/Telisik

" Sitti Erni adalah seorang ibu rumah tangga di Desa Masalili. Karya tenunannya telah dipakai Presiden Jokowi pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kota Kendari, February 2022 lalu "

MUNA, TELISIK.ID - Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, salah satu desa wisata di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, yang terkenal dengan sentral tenun.

Desa yang letaknya 8 Km dari ibu kota kabupaten itu merupakan kampung tenun. Tercatat kurang lebih 300 ibu rumah tangga berprofesi sebagai pengrajin tenun. Mereka terbagi dalam 13 kelompok.

Dari ratusan pengrajin itu, satu di antaranya telah berhasil mempromosikan kain tenun di tingkat nasional dan luar negeri.

Adalah Sitti Erni. Ia adalah seorang ibu rumah tangga seperti ibu lainnya di Desa Masalili. Karya tenunannya telah dipakai Presiden Jokowi pada peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kota Kendari, Februari 2022 lalu.

Kemudian, tenunannya juga telah dipromosikan hingga ke luar negeri. Kain-kain tenun didesain oleh desainer nasional untuk dipamerkan pada ajang fashion show di luar negeri.

Erni mengenal tenun sejak masih remaja. Kala itu, ia melihat orang tuanya menata benang-benang dengan alat tradisional menjadi kain.

Baca Juga: Ayam Gholo dan Tenun Masalili Muna Masuk Nominasi API

Lama kelamaan wanita kelahiran 16 Agustus 1977 ini makin mahir. Ia lalu mencobanya dan berhasil mengubah benang-benang menjadi kain dengan motif indah.

Nah, kain tenun yang dihasilkan kemudian dijual untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Istri Aswan itu terus belajar secara otodidak. Motif-motif kekinian yang bercorak adat menyimbolkan budaya masyarakat Muna pun akhirnya dihasilkan.

Motif tenunnya terdiri dari kaghati (layangan), lampu pelita, kuda berkelahi, kambe-kambera (kupu-kupu), kolipopo (bintang), leko (keris pusaka Raja Muna), kontukowuna (batu berbunga), polangkuno kapunda (tangga belalang) dan ewo balano (ombak besar).

Biasanya, untuk kalangan pejabat seperti bupati, kerap memesan motif leko dan ewo balano. Untuk motif warnanya menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan. Seperti kulit bakau, daun mangga, kulit pohon nangka. Prosesnya, kulit dan daun pohon-pohon itu direbus. Kemudian, airnya disaring, lalu benang direndam. Agar tidak luntur, benangnya setelah direndam, diikat menjadi satu lalu dijemur.

Beda lagi dengan pewarna kimia. Dimana, benang dicampur dengan wanteks. Prosesnya juga sama, dijemur.

Waktu pembuatan kain tenun bervariasi. Tenun motif biasa dikerjakan sampai seminggu. Sedangkan motif menggunakan pewarna alami antara dua minggu hingga sebulan. Kain tenun yang dihasilkan berukuran lebar antara 60-70 Cm dan panjang 360-370 Cm (ukuran satu lembar baju). Benang yang digunakan satu kain, satu lusin.

Tentunya, beda kualitas, beda harga. Motif tenun biasa dibanderol mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 800 ribu. Sementara, motif bercorak dengan pewarna alami dan kimia dihargai antara Rp 1,5 juta hingga Rp 3 juta.

Ibu empat anak itu tak menyangka, kain tenunannya digunakan Presiden Jokowi. Dimana saat itu, mereka kaget mendapat pesanan dari Dekranasda Sulawesi Tenggara. Ia bersama pengrajin diberikan waktu 10 hari untuk menyelesaikan pesanan 25 lembar. Mereka pun lembur. Motif yang dipilihkan buat Jokowi adalah robu (bambu muda) dengan harga Rp 600 ribu per lembarnya.

Ia bersama anggota kelompoknya sangat bangga, ketika melihat kain tenunannya dikenakan oleh orang nomor satu di Indonesia.

Baca Juga: Tenun Masalili Muna Kembali Raih Juara 1 Lomba Pameran Mini UP2K PKK

Kini, dengan usahanya itu, Erni sudah sangat puas. Dari hasil karyanya, ia telah banyak mendapat penghargaan baik di tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara hingga nasional.

Selain telah dikenal banyak orang, ia juga telah memberikan lapangan pekerjaaan bagi masyarakat sekitar. Untuk satu kain tenun, ia menggaji anggotanya sebesar Rp 500 ribu. Biasanya, satu anggotanya bisa menghasilkan satu hingga dua lember tenun dalam waktu sebulan.

Selain kain tenun, di galerinya ia juga menjual kampuri dan sarung Muna dengan motif leja, bia-bia, bharalu, dhalima, samasili serta paleka. Harganya, kampurui Rp 100 ribu dan sarung Rp 300 ribu.

Sementara itu, mantan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Muna, Yanti Setiawati Rusman mengatakan, tenun Masalili merupakan salah satu potensi daerah. Kualitasnya tidak kalah dengan kain tenun di nusantara.

Selama kurang lebih tujuh tahun terakhir, pemasaran tenun sudah semakin luas. Apalagi, para pengrajin terus berkreasi dengan bermain motif dan warna. (A)

Penulis: Sunaryo

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga