Skeptis Ekonomi Hijau di Tengah Lumbung Tambang Sulawesi Tenggara

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Senin, 17 Oktober 2022
0 dilihat
Skeptis Ekonomi Hijau di Tengah Lumbung Tambang Sulawesi Tenggara
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi hijau, salah satunya dengan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 29 persen sebagai target Nationally Determined Contribution. Foto: Indonesia.go.id

" Pemerintah Indonesia sudah berkomitmen untuk mengembangkan sektor ekonomi hijau sejak gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, salah satu goalnya adalah pengurangan 29 persen emisi Gas Ruma Kaca (GRK) yang termuat sebagai target Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030 "

KENDARI, TELISIK.ID – Pemerintah Indonesia sudah berkomitmen untuk mengembangkan sektor ekonomi hijau sejak gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, salah satu goalnya adalah pengurangan 29 persen emisi Gas Ruma Kaca (GRK) yang termuat sebagai target Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030.

Janji ekonomi hijau pasalnya sudah mulai direncanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang mengadakan program peluncuran aplikasi perencanaan dan pemantauan rendah karbon.

Program ini sudah mulai diturunkan di daerah. Bappeda Sulawesi Tenggara baru-baru ini mengumpulkan seluruh OPD untuk berkoordinasi terkait program tersebut.

Pengembangan ekonomi hijau di Indonesia khususnya Sulawesi Tenggara agaknya skeptis dilakukan, wilayah yang dijuluki Bumi Anoa tersebut dikenal sebagai lumbung tambang, khususnya nikel.

Baca Juga: Begini Gambaran Resesi Ekonomi 2023 Menurut Pengamat

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara, di tahun 2021, sektor penggalian dan pertambangan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah hanya 0,34 persen.

Meski begitu, sektor tersebut mampu menjadi penyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terbesar kedua setelah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, jumlahnya tercatat 18,99 Triliun. Dari sini kita bisa melihat besarnya potensi sektor tambang terhadap sumbangsih pembangunan daerah Sulawesi Tenggara.

Di lain sisi, data yang tercatat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan, sektor energi merupakan sektor yang paling besar kontribusinya terhadap emisi GRK, yaitu sebesar 638,8 juta ton dari 1,9 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) total emisi di Indonesia.

Hal ini sejatinya akan menjadi dilema pemerintah daerah khususnya Sulawesi Tenggara dalam menepati janji pengembangan ekonomi hijau, kecuali jika pemerintah bisa mengalihkan energi fosil menjadi energi terbarukan yang bersih dan minim emisi.

Menanggapi hal tersebut, Fungsional Bidang Ekonomi Bappeda Sulawesi Tenggara, Ali Said mengatakan, saat ini kebijakan pemerintah daerah sudah mengarah kepada penggunaan energi ramah lingkungan.

“Kebijakan pemerintah pusat semua industri di Indonesia sudah mengarah pemakaian bahan Bakar ramah lingkungan seperti PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), panas bumi, biogas, biomasa dan lain-lain,” ujar Ali.

Ia menambahkan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara menargetkan Sulawesi Tenggara surplus listrik apabila bendungan PLTA pelosika sudah rampung dibangun, sehingga ia berharap nantinya energi listrik tersebut juga bisa digunakan untuk kegiatan industri di Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: Tahun 2023 Pemerintah Hanya Subsidi 2 Jenis Pupuk untuk 9 Komoditas Pertanian

Sebagai wadah pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), Kepala Bidang EBT Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulawesi Tenggara, Dewi Rosaria Amin belum bisa memberikan keterangan terkait EBT kepada pihak Telisik.Id.

“Maaf kami tidak bisa memberikan wawancara tanpa izin kadis (Kepala Dinas),” tulisnya melalui pesan singkat WhatsApp saat dimintai waktu untuk wawancara, Minggu, (16/10/2022).

Sementara itu Kepada Dinas ESDM, Andi Azis saat ini belum bisa ditemui karena sedang di luar Kota Kendari.

Terpisah, Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Sulawesi Tenggara, Zulkifli Selle mendukung penuh program pengurangan emisi GRK menuju ekonomi hijau yang digaungkan pemerintah.

“Harapannya kita semua leading sector itu bergerak, semua harus salig menyimak,” ucapnya. (A)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Kardin

Baca Juga