Soal Kapal Rusak Diterjang Ombak, Sekda Kolut: Letak Tambat Labu Murni Pilihan Nelayan
Muh. Risal H, telisik indonesia
Minggu, 05 Desember 2021
0 dilihat
Model tambat labuh yang dibuat Pemkab Kolut bersama pihak kontraktor dan diawasi Pemdes Lametuna sebelum dihantam badai. Foto: Muh. Risal H/Telisik
" Pembangunan tambat labu untuk nelayan di Desa Lametuna, Kecamatan Kodeoha, Kabupaten Kolut yang disorot nelayan, ditanggapi Sekda Kolut, Dr. Taufiq S. SP.,MM "
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Pembangunan tambat labu untuk nelayan di Desa Lametuna, Kecamatan Kodeoha, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) pasca penutupan muara sungai Lametuna oleh pihak kontraktor pembangunan Bandara Kolut, kembali disorot nelayan.
Tambat labu yang dibuat Pemkab bersama pihak kontraktor sebagai kompensasi atas penutupan muara sungai Lametuna, dinilai tidak sesuai dengan hasil kesepakatan saat pertemuan dengan pihak Pemkab, kontraktor dan perwakilan nelayan beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Lametuna, Hasmil mengungkapkan, pekerjaan tambat labu disesuaikan dengan uang yang diberikan oleh Sekda untuk biaya truk.
"Saya sesuaikan saja uang yang diberikan oleh pak sekda dan uang pribadi beliau," katanya, Minggu (4/12/2021).
Meski demikian, ia berjanji akan kembali menemui sekda untuk meminta petunjuk.
Baca Juga: Belasan Perahu Nelayan di Kolut Rusak Diterjang Ombak, Tambat Labu Pemda Disorot
"Nanti hari Senin saya coba menghadap Pak Sekda, meminta petunjuk beliau," tukasnya.
Sementara itu, Sekda Kolut, Dr. Taufiq S. SP.,MM menjelaskan, dari awal tidak ada perjanjian antara pihak nelayan dengan Pemkab terkait model tambat labu yang akan dibuat.
"Tidak ada perjanjian bahwa tambat labuhnya seperti apa. Yang kami sepakati malam itu, bahwa para nelayan keluar dari area bandara. Dan mereka yang memilih tempat tambat labuh sementara seperti yang ada sekarang. Kami dan perusahaan hanya membantu menyusun pemecah ombak," katanya.
Dimana, kata dia, kepala desa dan yang mewakili para nelayan menyetujui itu.
Baca Juga: 40 KK di Kolut Terancam Kehilangan Tempat Tinggal
"Jadi tidak pernah ada perjanjian modelnya seperti apa," tukasnya.
Sebelumnya, salah seorang nelayan, Jasmin (39) mengatakan, Pemkab bersama kontraktor bandara hanya memasang talut penahan gelombang pada sisi Utara saja, sementara sisi Barat dan Selatan tidak dibuatkan pemecah gelombang.
"Itupun hanya sepotong, tidak memanjang keluar dan tidak berbentuk segi empat. Makanya, begitu datang ombak besar dan badai perahu tidak dapat bertahan karena tidak ada yang membatasi atau memecah hantaman ombak," tukasnya.
Nelayan juga menuding, jika kerugian yang mereka alami karena rusaknya 11 unit perahu milik para nelayan saat diterjang gelombang tinggi pada Sabtu malam (3/12/2021), akibat tambat labu yang dikerja asal-asalan oleh Pemkab dan pihak kontraktor. (B)
Reporter: Muh. Risal H
Editor: Fitrah Nugraha