Sri Mulyani Akui Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diliputi Ketidakpastian
Marwan Azis, telisik indonesia
Kamis, 18 Juni 2020
0 dilihat
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan tanggapan pemerintah terhadap pandangan fraksi atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN 2021 dalam rapat paripurna DPR. Foto: Ist.
" Asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 sebesar 4,5 hingga 5,5 persen memang masih mengandung ketidakpastian. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada rentang 4,5 hingga 5,5 persen tersebut diasumsikan ditopang olah konsumsi masyarakat, investasi dan perdagangan internasional yang berangsur pulih, setelah pukulan terberat akibat COVID-19 diasumsikan juga mulai reda dan tidak terjadi pukulan kedua dari penyebaran COVID-19. "
JAKARTA, TELISIK.ID - Pandemi Corona tak hanya menyebabkan krisis kesehatan, tapi juga berdampak pada perekonomian secara global termasuk ekonomi Indonesia yang dibayangi ketidakpastian, mengingat kasus yang terpapar COVID-19 hingga kini masih tinggi dan belum ada kepastian kapan wabah tersebut berakhir.
Kondisi tersebut diakui Menteri Keuangan Sri Mulyani ketika menyampaikan pidato dalam Rapat Paripurna Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2019-2020 dengan agenda tunggal mendengarkan tanggapan Pemerintah terhadap pandangan fraksi atas Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) RAPBN Tahun Anggaran 2021 di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (18/6/2020).
Rapat tersebut dipimpin langsung Wakil Ketua DPR RI M. Azis Syamsuddin tersebut dihadiri perwakilan Anggota Dewan dari sembilan fraksi dengan tetap menerapkan protokol standar kesehatan COVID-19 dan anggota lainnya mengikuti secara virtual.
Dikatakan, dalam kondisi ketidakpastian yang sangat tinggi saat ini akibat masih meluasnya penyebaran COVID-19 dan belum diketahui kapan akan berakhir, penetapan asumsi pertumbuhan ekonomi juga akan sangat diliputi dengan ketidakpastian.
“Asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2021 sebesar 4,5 hingga 5,5 persen memang masih mengandung ketidakpastian. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada rentang 4,5 hingga 5,5 persen tersebut diasumsikan ditopang olah konsumsi masyarakat, investasi dan perdagangan internasional yang berangsur pulih, setelah pukulan terberat akibat COVID-19 diasumsikan juga mulai reda dan tidak terjadi pukulan kedua dari penyebaran COVID-19,”ujarnya.
Baca juga: IAI Kendari: Obat Dexamethasone Bukan Mematikan Virus COVID-19
Diungkapkan, berbagai lembaga internasional telah melakukan revisi penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2020 secara sangat tajam yang menggambarkan proses pemburukan ekonomi dunia pada tahun 2020 berjalan sangat cepat dan sangat dahsyat.
Pemerintah terus bekerja keras untuk menahan dampak negatif COVID-19 terhadap masyarakat dan perekonomian. Berbagai langkah stimulus dan dorongan serta kebijakan insentif dilakukan untuk menjaga dan memulihkan, baik sisi permintaan dan juga dari sisi suplai atau produksi.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat memberi dampak positif pada pertumbuhan ekonomi kuartal ke tiga dan ke empat tahun 2020 ini. Pemerintah berharap pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dapat dicegah untuk tidak merosot secara tajam dan masih dapat dipertahankan pada zona positif.
Selain itu lanjut mantan Direktur Bank Dunia ini, program pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan tahun 2020 sebagian masih akan dipertahankan untuk menjaga momentum pertumbuhan. Pemerintah dan Bank Indonesia akan menjaga inflasi pada tingkat yang terkendali untuk memulihkan daya beli masyarakat.
Pemerintah akan meneruskan dan memperkuat program bantuan sosial yang komprehensif untuk mendorong pemerataan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah.
Baca juga: UGM Yogyakarta Buat Alat Rapid Tes Sendiri
Kinerja perekonomian nasional dari sisi produksi juga diharapkan mulai pulih seiring dengan normalisasi kegiatan sosial ekonomi masyarakat, serta didukung dengan berbagai insentif dunia usaha dan reformasi, serta perbaikan iklim investasi yang fundamental untuk melanjutkan momentum pertumbuhan dan memperkuat transformasi ekonomi.
Sri Mulyani mengaku bisa memahami kekhawatiran para anggota DPR mengenai penerimaan perpajakan pada 2021, mengingat perpajakan menjadi komponen fiskal yang penting dan berkontribusi besar dalam APBN dan dampaknya pada perekonomian.
Dikatakan, penerimaan perpajakan pada 2021 akan menghadapi berbagai risiko karena masih berada pada masa transisi saat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Menurutnya, semua risiko itu akan menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan target penerimaan perpajakan, baik pajak maupun kepabeanan dan cukai.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Ekonomi terbaik di Asia ini menyampaikan pemerintah menghargai pandangan seluruh fraksi yang menyampaikan pentingnya penanganan pandemi COVID-19 yang merupakan kejadian luar biasa atau extra ordinary dan telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan bangsa, baik dari sisi kesehatan, kegiatan pendidikan, sosial, ibadah, interaksi sosial hingga aspek ekonomi dan keuangan.
Menurutnya, keberhasilan penanganan pandemi COVID-19 membutuhkan kerja sama dari seluruh komponen bangsa dan semangat gotong royong, saling mendukung untuk mengatasi berbagai ancaman, tantangan dan ketidakpastian yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Reporter: Marwan Azis
Editor: Sumarlin