Surat untuk Elit Politik dan Adian Napitupulu Soal Penundaan Pemilu
Kardin, telisik indonesia
Sabtu, 12 Maret 2022
0 dilihat
Yusuf Lakaseng, Aktivis 98 sekaligus mantan Ketum PRD. Foto: Ist
" Konstitusi telah memuat jelas pembatasan masa jabatan presiden hanya dua periode saja, dan mengamanatkan sirkulasi pemilu setiap lima tahun sekali "
KENDARI, TELISIK.ID - Wacana penundaan pemilu harus dihentikan, para elit politik harus naik level menjadi negarawan, pikiran mereka tidak lagi untuk kepentingan jangka pendek.
Hal itu seperti yang disampaikan Aktivis 98, Yusuf Lakaseng. Kata dia, tidak ada satu pun alasan yang solid dapat diterima akal sehat yang menjadi alasan mengusulkan pemilu ditunda dan memperpanjang masa jabatan presiden.
Kata Yusuf, konstitusi telah memuat jelas pembatasan masa jabatan presiden hanya dua periode saja, dan mengamanatkan sirkulasi pemilu setiap lima tahun sekali.
"Itu adalah amanat reformasi setelah sebelumnya Indonesia selama 32 tahun berada dalam otoriteranisme," jelasnya, Sabtu (12/3/2022).
Mantan Ketum Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu menjelaskan, para elit politik harus berhenti mempertontonkan drama miskin integritas dan haus kekuasaan, alasan yang dibuat-buat itu telah menghina kecerdasan rakyat.
"Jangan sampai nafsuh ingin memperpanjang kekuasaan hasilnya justru akan dijatuhkan rakyat sebelum masa jabatan selesai," cetusnya.
Wacana perpanjangan masa jabatan presiden jika terus dipaksakan akan menciptakan kegaduhan dan perpecahan, energi bangsa akan terkuras pada pro kontra yang tidak ada habisnya. Imbasnya terjadi instabilitas politik dan pemulihan ekonomi akan terganggu.
"Sekali lagi saya menyerukan, ayolah para elit politik untuk naik level menjadi negarawan, jangan tabrak sesuatu yang telah di batasi oleh konstitusi. Jangan menganggap diri paling hebat, paling bisa bekerja," paparnya.
Baca Juga: Wacana Penundaan Pemilu 2024, Jusuf Kalla: Melanggar Konstitusi
"Jika pemerintahan saat ini merasa sukses dan meninggalkan standar tinggi keberhasilan pembangunan, maka yakinlah, generasi kepemimpinan berikutnya pasti akan menjadikan dirinya lebih hebat lagi," lanjutnya menegaskan.
Kepemimpinan yang baik terangnya, tidaklah mewariskan gedung pencakar langit dan jalan tol yang panjang, tapi yang diwariskan adalah budaya, adab serta tradisi kekuasaan demokratis yang tunduk pada konstitusi dan kehendak rakyat.
"Bukankah keadaban tertinggi berdemokrasi adalah ketaatan pada konstitusi," ucapnya.
Sebagai aktivis 98, ia juga mengajak semua eksponen 98, termasuk Adian Napitupulu untuk bersuara keras menentang gagasan para elit.
Baca Juga: Terkait Wacana Penundaan Pemilu 2024, Jokowi Didesak Beri Respon Tegas
"Mari lawan munculnya Harmoko-Harmoko baru, kita selamatkan reformasi dari para elit yang tidak bisa menahan diri dari godaan kekuasaan," paparnya.
Jika gagasan mereka berhasil, kata dia, maka itu akan jadi preseden buruk untuk lahirnya kembali kekuasaan seumur hidup.
"Kita menolak ide itu karena kita tidak mau Jokowi menjelma menjadi penguasa pemerintahan yang otoriter, inilah cara lain dari saya mencintai Pak Jokowi," pungkasnya. (C)
Reporter: Kardin