Tak Perlu ke Paris, Wakatobi Punya Replika Menara Eiffel dari Bambu
Boy Candra Ferniawan, telisik indonesia
Sabtu, 03 Juli 2021
0 dilihat
Spot wisata Puri Kahyangan replika Menara Eiffel dari bambu di Bukit Waru Tomia, Wakatobi. Foto: Ist.
" Berada di Bukit Waru, Desa Kahianga, Kecamatan Tomia Timur, Wakatobi, replika Eiffel ini bernama Puri Kahyangan yang menyuguhkan destinasi wisata unik nan instagramable "
WAKATOBI, TELISIK.ID - Mendengar nama Paris pasti yang terlintas di benak seseorang adalah Menara Eiffel yang ikonik ataupun beragam destinasi wisatanya yang eksotis.
Untuk menghabiskan liburan ke Paris tentu kamu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi di tengah pandemi, yang terjadi rasanya sangat sulit untuk pergi keluar negeri.
Kendati demikian, para Traveler tidak perlu bersedih, karena di Wakatobi terdapat replika Menara Eiffel yang menyuguhkan keindahan padang hijau yang tidak kalah dengan Menara Eiffel sebenarnya di Paris.
Berada di Bukit Waru, Desa Kahianga, Kecamatan Tomia Timur, Wakatobi, replika Eiffel ini bernama Puri Kahyangan yang menyuguhkan destinasi wisata unik nan instagramable.
Diresmikan pada tahun 2020 lalu, Puri Kahyangan dioperasikan oleh pemerintah desa setempat.
Saat mengunjungi tempat ini kamu akan disuguhkan dengan sebuah replika Menara Eiffel yang berdiri di tengah hamparan padang rumput hijau.
Menara yang terbuat dari bambu ini memiliki ketinggian kurang lebih 15 meter dengan arsitektur ayaman bambu yang panjang.
Selain menyuguhkan spot wisata instagramable, salah satu andalan tempat wisata ini adalah suasana sunset di kala senja dapat memanjakan mata para wisatawan untuk menikmati keindahan alam Pulau Tomia.
Menara ini tidak jauh dari jalan raya, para pengunjung bisa berjalan kaki selam lima menit untuk mengabadikan momen dan foto di tempat ini.
Menurut Zulfikar, seorang pemuda karang taruna setempat, menara tersebut dibangun atas inisiatif Pemerintah Desa Kahianga.
“Tak usah jauh-jauh ke Paris jika ingin melihat Menara Eifel. Di Tomia pun ada, apalagi menara ini dibangun dengan sumber daya desa yaitu bambu," ungkap Zulfikar kepada Telisik.id, Sabtu (3/7/2021).
"Bambu tersebut kemudian dibuatkan kreatifitas sehingga dapat memberikan mahakarya yang menakjubkan,” sambungnya. (B)