Telaga Biru Oheo dan Legenda Anawai Ngguluri

Muhammad Israjab, telisik indonesia
Minggu, 03 Januari 2021
0 dilihat
Telaga Biru Oheo dan Legenda Anawai Ngguluri
Telaga Biru Oheo, Konawe Utara. Foto: Ist.

" Telaga Biru Oheo menawarkan keindahan alam dengan background bentangan area persawahan yang menghijau hingga ke kaki pegunungan Oheo. "

KONAWE UTARA, TELISIK.ID - Telaga Biru Oheo mungkin masih terasa asing di telinga sebagian masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra).

Namun bagi masyarakat Konawe Utara (Konut), Telaga Biru Oheo ini sudah tak asing lagi. Bahkan tempat ini sudah sangat populer.

Destinasi wisata Telaga Biru ini tak boleh untuk dilewatkan. Lokasinya tak sulit dijangkau, terletak di Desa Sambandete, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara.

Telaga Biru Oheo menawarkan keindahan alam dengan background bentangan area persawahan yang menghijau hingga ke kaki pegunungan Oheo.

 

Suasana saat masyarakat menikmati Telaga Biru Oheo dengan menggunakan rakit. Foto: Ist.

 

Telaga ini merupakan bentukan alam. Terjadi sekitar jutaan tahun lalu, maka Telaga Biru ini berbentuk mirip kawah meteorit dengan luas kurang lebih 1 hektar jika dilihat dari udara.

Selain itu Telaga Biru Oheo, airnya yang tak pernah mengering. Padahal kontur tanahnya rata dan hanya ladang ladang persawahan di sekelilingnya.

Telaga ini juga sampai saat ini belum bisa diketahui secara pasti seberapa dalam, sebab wisatawan yang menikmati air telaga ini belum pernah ada yang menemukan dasarnya.

Sebagian besar pengunjung datang untuk bersantai di tepi telaga sambil mengabadikan momen spesial liburan bersama keluarga, kerabat maupun teman dekat dengan berfoto-foto di kawasan objek wisata tersebut.

Tak sedikit yang mempercayai bahwa air telaga ini bisa memberikan manfaat, bahwa menurut konon cerita bagi siapa saja yang menggunakan air ini akan memberikan aura positif di wajahnya.

Baca juga: Wisata Alam Jadi Target Liburan Akhir Tahun di Buton Tengah

Bahwa menurut legenda atau cerita rakyat Telaga Biru Oheo ini merupakan tempat turunnya bidadari Anawai Ngguluri dari kayangan untuk membasuh wajahnya.

Dalam cerita itu, ada seorang pemuda bernama Oheo. Untuk menghidupi dirinya, Oheo bekerja sebagai petani ladang yang lokasinya berada di tepi hutan dan dekat dengan telaga.

Ladang itu ditanami dengan tebu yang bila sudah tua biasanya akan dicuri sebagian oleh kawanan burung nuri.

Mereka selalu saja membuang ampas batang tebu yang telah dicuri sebelum bergerak ke sungai untuk mandi. Hal ini tentu saja membuat sekitar telaga yang berbatasan dengan ladang Oheo banyak dipenuhi oleh ampas tebu.

Kesal akan kelakuan kawanan nuri tersebut, Oheo berencana menangkap mereka agar ladangnya dapat menghasilkan panen yang melimpah.

Suatu saat, ketika sedang beristirahat di salah satu bagian ladangnya, dia melihat kawanan burung nuri terbang mendatangi ladang.

Tidak lama kemudian Oheo mengendap perlahan mendekati mereka sambil membawa perangkap. Namun, alangkah terkejutnya dia melihat kawanan burung nuri pencuri tebu tersebut beralih wujud menjadi tujuh bidadari yang cantik jelita.

Mereka sedang melepas pakaian di tepi sungai lalu bersama-sama menceburkan diri untuk mandi.

Melihat pemandangan yang "menawan" itu, terbersitlah pikiran Oheo untuk menjahili balik para pencuri tebunya. Dengan hati berdebar-debar dia merayap menuju ke tempat pakaian-pakaian itu diletakkan.

Baca juga: Melewati Malam Pergantian Tahun di Puncak Ahuawali

Selanjutnya, diambilah salah satu pakaian milik bidadari lalu dibawanya pulang untuk disembunyikan dalam ujung kasau bambu dekat jendela rumahnya.

Setelah dirasa sangat tersembunyi, dia ke ladang lagi untuk kembali menikmati pemandangan "menawan" yang dilihatnya tadi.

Usai mandi para bidadari bergegas mengenakan pakaian masing-masing dan langsung terbang tanpa menunggu yang lainnya.

Namun, tinggallah seorang bidadari yang tidak dapat terbang ke kayangan karena pakaiannya dicuri oleh Oheo.

Nama bidadari malang itu adalah Anawangguluri. Dia segera kembali lagi menceburkan diri ke sungai karena malu tidak berpakaian.

Singkat cerita disitulah awal pertemuan antara Oheo dan Anawai Ngguluri, hingga akhirnya mereka menikah. Hingga mereka dikaruniai anak.

Telaga Biru Oheo di sekitarnya ditumbuhi oleh pepohonan sehingga Anda bisa menguji adrenalin dengan melompat dari atas pohon ini. Selain itu, tersedia fasilitas seperti gazebo, kamar ganti, dan lahan parkir juga telah disediakan secara gratis.

Menuju ke Telaga Biru Oheo ini bisa ditempuh selama lebih tiga jam dari Kota Kendari.

Namun tak usah khawatir jarak yang cukup jauh, Anda tidak akan bosan, karena sepanjang perjalanan kamu dapat berkunjung ke destinasi lainnya, seperti ke Pantai Pudonggala, wisata Air Panas Wawolesea dan Pantai Taipa. (B)

Reporter: Muhammad Israjab

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga