Tandus Nilai Agama, Tindak Asusila Marak di Kampus

Wulan Amalia Putri, telisik indonesia
Minggu, 09 Juni 2024
0 dilihat
Tandus Nilai Agama, Tindak Asusila Marak di Kampus
Wulan Amalia Putri, S.ST, pemerhati sosial & pegiat literasi. Foto: Ist.

" Rusaknya pemikiran dan rendahnya nilai ruhani menjadikan mahasiswa semakin berbas berperilaku "

Oleh: Wulan Amalia Putri, S.ST

Pemerhati Sosial & Pegiat Literasi

UNIVERSITAS Islam Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Jawa Timur, gempar dengan beredarnya video mesum sepasang mahasiswa di salah satu Gedung bertingkat di kampus keagamaan tersebut. Video tersebut viral melalui jaringan grup Whatsapp.

Tidak menduga aksi asusilanya beredar luas, kedua mahasiswa terduga pelaku merasa syok. Sebagai tindak lanjut, pihak kampus UINSA melakukan investigasi mendalam dan memanggil orang tua dari pelaku. 

Menguatkan keterangan di atas, Wakil Rektor III IUNSA bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Prof. Abdul Muhid, buka suara. “Mahasiswanya mungkin dalam keadaan syok karena sudah beredar ke teman-temannya. Maka dari itu, orang tuanya dipanggil untuk proses investigasi mendalam”, ungkap Abdul, saat dikonfirmasi. (rejogja.republika.co.id, 18/05/2024).  

Mencoreng Dunia Pendidikan

Aksi mesum yang berdurasi 44 detik ini dilakukan sepasang mahasiswa UINSA di lantai 2 salah satu Gedung kampus. Berlangsung di ruangan berkaca dengan pencahayaan terang, membuat mahasiswa lain cukup mudah untuk melihatnya.

Tidak menyadari aksi mereka menjadi tontonan, dua sejoli tersebut terus melancarkan aksinya. Leluasa dilihat dan direkam oleh mahasiswa lain, tak menghentikan perbuatan asusila tersebut. Ramai diteriaki, akhirnya dua mahasiswa mesum ini tersadar dan langsung meninggalkan tempat kejadian.  

Sebagai kampus dengan nuansa religius yang kental, kejadian asusila ini sangat disayangkan. Investigasi mendalam yang dilakukan dengan melihat rekaman CCTV ataupun mendengarkan keterangan saksi-saksi adalah upaya untuk menjaga harkat dan martabat.

Baca Juga: WWF ke-10 Usai, Terbitlah Proyek Pendanaan Inovatif

Selanjutnya, hasil investigasi akan diserahkan pada Komisi Etik kampus untuk dipertimbangkan. Jika mahasiswa yang diinvestigasi tersebut terbukti melakukan kegiatan mesum itu, sanksi sudah menanti di depan mata. “Tunggu kode etik mahasiswa saja. Mulai dari teguran sampai tinggi (DO). Namanya juga hukuman. Kita belum bisa memastikan sebelum hasil investigasi selesai dan diserahkan ke komite etik,“ kata Prof. Abdul selaku Wakil Rektor III UINSA. (detik.com, 17/5/2024).

Dunia pendidikan memang sedang tidak baik-baik saja. Di tengah kenaikan UKT Pendidikan yang meresahkan, perilaku bejat justru dipertontonkan. Bukan hanya soal kasus UINSA, video mesum mahasiswa ataupun alumni suatu kampus baru saja beredar luar.

Sepasang lelaki dan Perempuan yang diduga mantan Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Jambi (UNJA), hebohkan masyarakat. Pemeran Wanita dalam video tersebut disebut religius dan pendiam oleh teman-teman yang mengenalinya.  

Perbuatan asusila kian marak terjadi. Tidak peduli tempat dan waktu, aksi tidak senonoh dilakukan. Rusaknya pemikiran dan rendahnya nilai ruhani menjadikan mahasiswa semakin berbas berperilaku. Lemahnya penegakan hukum juga semakin membuat pelaku tak jera untuk mengulang perbuatannya.

Tindak asusila di kalangan mahasiswa seperti sudah biasa. Adanya istilah “ayam kampus” atau mahasiswa yang memiliki “sugar daddy” menandakan intensnya kemaksiatan di dunia Pendidikan. Memang benar bahwa semua manusia tidak luput dari salah dan khilaf.

Namun, mengingat posisi dan kedudukan mahasiswa yang dipandang lebih tinggi secara kognitif dan kesadaran sosial, hal ini patut menjadi sorotan. Secara faktual, pembentukan kepribadian di dunia Pendidikan semakin dipertanyakan.

Pencanangan kampus Merdeka dan berkarakter yang digadang-gadang akan menghasilkan insan Pendidikan yang tidak hanya cerdas namun berkarakter Pancasila semakin susah terwujud. Gaya hidup hedonis, konsumerisme dan liberal lebih mendominasi dibandingkan nilai keagamaan yang ditanamkan.

Ini baru dari sisi asusila, belum lagi dari sisi premanisme, plagiarisme dan isu lainnya. Tidak dipungkiri bahwa banyak pula mahasiswa yang berprestasi. Namun keberadaan mahasiswa yang melanggar norma juga tidak sedikit. Akhirnya, pakta integritas yang dibuat untuk menjaga kemuliaan dan martabat mahasiswa, hanya menempel di atas kertas, tidak implementatif.

Butuh Solusi Fundamental

Islam sebagai agama yang sempurna menawarkan jalan keluar bagi seluruh masalah manusia, termasuk masalah dunia Pendidikan. Menjauhi ide kebebasan, Islam menghamparkan ide kepribadian dan karakter yang mempesona. Konsep Pendidikan Islam dijamin menghasilan individu yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara.

Sistem Pendidikan Islam memiliki paradigma dan tujuan yang jelas. Berasaskan Aqidah Islam, system Pendidikan dibangun untuk mencetak generasi yang berkepribadian Islam, memahami tsaqaqaf Islam dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).

Baca Juga: Tentang Narasumber yang "Namanya Dirahasiakan"

Pembetukan kepribadian Islam (Syaksiyah Islamiyah) menjadi tujuan yang jelas dari sistem Pendidikan Islam. Hasilnya, akan hadir generasi yang cemerlang dan memiliki pola pikir (aqliyah) serta pola sikap (nafsiyah) yang selaras dengan Islam. Dengan demikian, tidak kita dapati terjadinya fenomena split kepribadian dalam kehidupan kaum muslimin.

Di sisi lain, pembelajaran Islam bersifat praktis namun universal. Seorang muslim dituntut untuk memiliki kecerdasan yang beragam sehingga mampu berkontribusi bagi umat. Generasi muda muslim tidak dicetak sebagai mesin pemutar ekonomi, namun tetap dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa.

Untuk mewujudkan semua itu, perangkat Pendidikan lainnya turut diperhatikan. Kurikulum Pendidikan yang disusun bersifat fundamental dan menyeluruh. Tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu duniawi sehingga Pendidikan berjalan secara berkesinambungan baik dari sisi materi pembelajaran, metode pembelajaran hingga strategi dan evaluasi hasil belajar.

Fasilitas pendidikan yang memadai juga disiapkan. Ruang belajar, alat peraga ataupun teknologi yang mendukung pembelajaran menjadi prioritas bagi negara. Tidak lupa biaya pendidikan yang terjangkau bahkan gratis hingga jaminan hidup layak bagi para pengajar menjadikan sistem pendidikan Islam sangat ideal.

Tidak heran jika pentas dunia dibuat takjub dengan kehadiran para cendekiawan muslim seperti Al Khawarizmi, sang ahli Matematika atau Ibnu Sina yang dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Cendekiawan ini hadir sebagai penerang dalam ilmu saat bangsa lain hidup dalam kerumitan berpikir.

Sungguh sempurna pengaturan Allah SWT atas hidup manusia. Menghadirkan system yang bisa menyempurnakan dan menjadikan manusia sangat beradab. Melihat kondisi hari ini, dimana ilmu tidak lagi mampu menjadi cahaya, sudah saatnya kita kembali pada kehidupan Islam. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga