UNICEF Ungkap Fakta Mengerikan, 61 Ribu Anak Palestina jadi Korban Dua Tahun Perang
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Rabu, 08 Oktober 2025
0 dilihat
Anak-anak yang terluka dirawat di sebuah rumah sakit pascaserangan udara Israel di Gaza City pada 15 Januari 2025. Foto: Abdul Rahman Salama/Xinhua
" Anak-anak di Jalur Gaza terus menjadi korban dalam konflik yang berkepanjangan. Sejak perang kembali pecah dua tahun lalu, ribuan anak kehilangan nyawa dan sebagian lainnya hidup dengan cacat akibat kekerasan yang terus berlangsung di wilayah tersebut "

JENEWA, TELISIK.ID - Anak-anak di Jalur Gaza terus menjadi korban dalam konflik yang berkepanjangan. Sejak perang kembali pecah dua tahun lalu, ribuan anak kehilangan nyawa dan sebagian lainnya hidup dengan cacat akibat kekerasan yang terus berlangsung di wilayah tersebut.
Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) pada Selasa (7/10/2025) menyampaikan laporan resmi mengenai dampak konflik Israel-Palestina terhadap anak-anak. Berdasarkan data organisasi tersebut, sekitar 61.000 anak dilaporkan tewas atau cacat sejak awal pecahnya konflik dua tahun terakhir.
Dalam konferensi pers di Jenewa, Juru Bicara UNICEF Ricardo Pires menjelaskan bahwa rata-rata satu anak tewas atau terluka setiap 17 menit di kawasan konflik. Ia menyebut angka tersebut sebagai kondisi yang tidak dapat diterima dan mencengangkan.
“Anak-anak telah menderita dalam tubuh dan pikiran mereka untuk waktu yang terlalu lama, terus mengalami trauma dan dihadapkan pada kengerian yang seharusnya tidak pernah dilihat atau dijalani oleh seorang anak,” kata Pires dalam keterangan yang diterima telisik.id, Rabu (8/10/2025).
UNICEF juga menyoroti kondisi bayi di wilayah Gaza yang semakin memburuk akibat terbatasnya fasilitas kesehatan. Berdasarkan laporan organisasi itu, satu dari setiap lima anak di Gaza lahir prematur, namun fasilitas medis yang tersedia tidak mampu mendukung kelangsungan hidup mereka.
Baca Juga: Lanzarote: Pulau Vulkanik dengan Keunikan Alam dan Seni yang Tak Tertandingi
“Wilayah itu tidak memiliki infrastruktur yang diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup mereka, dengan laporan bahwa anak-anak tersebut dipaksa untuk berbagi masker oksigen agar tetap hidup,” ujar Pires.
Ia menambahkan bahwa tim UNICEF di Gaza masih menunggu izin untuk menyalurkan peralatan medis penting bagi bayi-bayi prematur.
“Kami berhasil memindahkan bayi-bayi tersebut ke fasilitas lain ketika rumah sakit tempat mereka dirawat harus dievakuasi, tetapi kami belum berhasil memindahkan inkubator, sejauh ini ditolak,” jelasnya.
Foto-foto yang dirilis oleh kantor berita Xinhua memperlihatkan situasi di lapangan. Sejumlah anak terlihat dirawat di rumah sakit di Gaza City pada 15 Januari 2025 setelah serangan udara Israel. Tenaga medis berupaya memberikan perawatan di tengah keterbatasan peralatan dan obat-obatan.
UNICEF menyebutkan bahwa situasi di Gaza berdampak langsung pada kesehatan fisik dan mental anak-anak. Mereka kehilangan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, air bersih, dan fasilitas kesehatan.
Ribuan anak kini hidup di kamp pengungsian dengan kondisi lingkungan yang padat dan tidak higienis.
Selain itu, lembaga tersebut menekankan pentingnya akses kemanusiaan penuh ke wilayah Gaza agar bantuan medis dan logistik dapat segera disalurkan.
Pires menyatakan, “Kami memohon agar akses bagi tim kemanusiaan dibuka untuk menyalurkan bantuan medis seperti ventilator dan inkubator yang sangat dibutuhkan bayi-bayi tersebut.”
Data UNICEF menunjukkan bahwa mayoritas anak-anak korban konflik berasal dari wilayah Gaza bagian utara dan Gaza City, daerah yang paling sering terkena dampak serangan udara. Organisasi tersebut terus melakukan koordinasi dengan badan-badan PBB lainnya untuk memastikan bantuan bisa mencapai masyarakat terdampak.
UNICEF juga mengonfirmasi bahwa selain korban tewas dan luka-luka, ribuan anak kini mengalami trauma psikologis akibat kehilangan orang tua atau tempat tinggal.
Baca Juga: Wahana Antariksa Tianwen-2 China Abadikan Selfie Langka Bersama Bumi dari Jarak 43 Juta Kilometer
Tim lapangan mereka tengah menyiapkan program dukungan psikososial dan rehabilitasi bagi anak-anak yang selamat dari serangan.
Menurut laporan itu, hingga awal Oktober 2025, lebih dari 60 persen fasilitas kesehatan di Gaza tidak berfungsi sepenuhnya. Sebagian besar rumah sakit kehabisan bahan bakar, alat medis rusak, dan tenaga kesehatan terbatas.
Kondisi ini memperparah krisis kemanusiaan yang dialami anak-anak dan keluarga mereka.
UNICEF menyimpulkan bahwa konflik yang terjadi selama dua tahun terakhir telah menyebabkan kehancuran besar terhadap kehidupan anak-anak Palestina.
Dengan rata-rata satu anak menjadi korban setiap 17 menit, lembaga tersebut menilai angka itu sebagai peringatan serius bagi masyarakat internasional untuk memastikan keselamatan anak-anak di wilayah konflik. (SHN)
Penulis: Ahmad Jaelani
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS