Warga Desa Sri Batara Gelar Ritual Pesta Panen

Deni Djohan, telisik indonesia
Sabtu, 14 Desember 2019
0 dilihat
Warga Desa Sri Batara Gelar Ritual Pesta Panen
Bupati Buton, Drs. La Bakry bersama Kapolres Buton, AKBP. ARP Sinaga saat diterima masyarakat Desa Sri Batara. Foto: Infokom But

" Sebagai puncak ritual itu, digelarlah Bawona Tao seraya memanjatkan doa-doa pada sang khalik untuk keberhasilan panen berikutnya. "

PASARWAJO, TELISIK.ID - Ritual syukur yang dikemas dalam bentuk pesta adat banyak sekali kita temukan di jazirah pulau Buton. Tradisi seperti ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, ketika kesultanan Buton masih eksis sebagai salah satu pemerintahan Islam di Nusantara.

Baca Juga: Yohana, Anak Nelayan Lulusan Terbaik Politeknik Baubau

Namun beberapa tahun terakhir, sejumlah kelompok masyarakat eks Kesultanan Buton, baru menggelar ritual tersebut di desa atau kelurahan. Misalnya warga lorong Pecek, Kelurahan Wangkanapi, Kecamatan Wolio, Kota Baubau. Setiap tahunnya warga setempat menggelar ritual tolak bala.

Berbeda dengan masyarakat Desa Sri Batara, Kecamatan Lasalimu, Kabupaten Buton. Tahun ini, mereka resmi menggelar ritual pesta panen, Bawona Tao, yang pertama kalinya dengan tidak menghilangkan esensi ritual pada umumnya yang lebih dulu digelar.

Kegiatan ini dipusatkan di Pelataran Balai Desa, Kamis (12/12/2019) dengan dimeriahkan pajangan kuliner khas Buton yang disajikan dalam talang. Setiap sajian makanan khas yang ada dalam talang memiliki makna sesuai jenis dan susunan.

Tokoh Masyarakat Sri Batara, Dasman menjelaskan, Pesta Panen Bawona Tao, merupakan acara pengungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil tanaman yang akan dipanen musim ini. Selain itu, Bawona Tao merupakan ungkapan bahagia masyarakat atas rezeki yang melimpah.

Sebelum acara puncak Bawona Tao digelar, lanjutnya, masyarakat setempat lebih dulu menggelar ritual, Petambori, atau musyawarah duduk bersama para perangkat adat untuk menentukan waktu panen. Setelah Petambori selesai, kemudian dilanjutkan dengan ritual, Kole-kole, atau ritual menerawang jarak antara bulan, bintang dan matahari. Rangkaian ritual bertujuan untuk memastikan turunnya hujan.

Setelah semua ritual memastikan turunnya hujan selesai, kemudian dilanjutkan ritual, Timbesi dan Lukani atau membakar lahan yang akan dijadikan lokasi bercocok tanam.

"Sebagai puncak ritual itu, digelarlah Bawona Tao seraya memanjatkan doa-doa pada sang khalik untuk keberhasilan panen berikutnya," tutur Dasman.

Ritual tahunan kali ini dihadiri langsung Bupati Buton, Drs. La Bakri, MSi dan Kapolres Buton, AKBP Agung Ramos Paretongan Sinaga.

Dalam sambutannya, Bupati Buton, Drs. La Bakry, menyampaikan kepada para perangkat Desa Sri Batara untuk menyusun program prioritas, sehubungan dengan pelaksanaan pesta panen yang digelar warga agar kedepan lebih meriah lagi.

Kata dia, pemerintah desa dapat memprogram kegiatan ini sehingga masyarakat dapat merasakan dampak kegiatan tersebut.

Baca Juga: Komandan Lanud Haluoleo Kendari Berganti

"Pembangunan di bidang budaya merupakan visi misi Pemkab Buton. Untuk itu pihaknya akan terus membantu warga dalam mengadaan sarana budaya termasuk galampa sebagai tempat pelaksanaan kegiatan budaya," ungkap Politisi Golkar itu.

Menurutnya, pesta adat merupakan perekat sosial sekaligus silaturahim antara warga dengan pemerintahnya serta warga dengan para tokoh adat.

Ia menambahkan, kemajuan global di abad milenium sekarang begitu pesat. Sehingga kita tidak boleh lupa akan budaya para leluhur di Buton.

"Pemkab Buton akan terus mendukung pelestarian dan pengembangan budaya. Kita harus berpegang pada melestarikan budaya Buton sebagai warisan leluhur, namun tak boleh mengesampingkan ilmu teknologi,” pungkasnya.

Reporter: Deni Djohan
Editor: Sumarlin

Baca Juga