Hidupi Empat Anak, Janda Ini Menangis Haru Dapat Bantuan Bedah Rumah
Berto Davids, telisik indonesia
Minggu, 02 Mei 2021
0 dilihat
Rumah Mama Kristina dibedah oleh AKCBR. Foto: Ist.
" Saya berdoa dan terus berdoa. Tuhan berikan saya jalan. Saya yakin Tuhan pasti akan menolong. "
MANGGARAI, TELISIK.ID - Meski sempat luput dari perhatian pemerintah, rumah baru seorang janda yang mempunyai empat anak, Mama Kristina Hardina akhirnya dibangun.
Meskipun rumah tersebut masih dibangun di atas tanah milik orang lain, tapi Mama Kristina tetap bersyukur. Sebab, setidaknya rumah barunya akan menjadi lebih layak untuk ditempati.
Ditemui di lokasi rumah barunya, Sabtu (1/5/2021) siang, Mama Kristina menceritakan kisah haru dibalik bedah rumahnya yang dilakukan oleh Ase Kae Cibal Barat (AKCB) Ruteng.
Mama Kristina mengaku, telah bertahun-tahun ia bersama ke empat anaknya tinggal di rumah reyot di atas tanah orang lain. Telah sekian lama pula mereka merindukan rumah yang layak agar untuk ditempati.
Namun apa daya, ia tak mampu mewujudkan kerinduan itu lantaran tak memiliki harta yang berlebih. Dia hanya berserah pada Tuhan agar ada jalan bagi keluarganya.
"Saya berdoa dan terus berdoa. Tuhan berikan saya jalan. Saya yakin Tuhan pasti akan menolong," kisahnya.
Apalagi, saat ini ia juga mengaku sudah tidak bekerja lagi. Kehidupannya saat ini, ia merasa sangat sulit sebab sudah tak lagi memiliki pekerjaan. Berbagai cara telah dia lakukan untuk bisa menanggung ekonomi keluarga dan biaya sekolah anak-anak. Mulai dari kerja serabutan, jualan sayuran keliling dan lain-lain yang penting halal.
"Ada orang yang minta saya jual mereka punya barang kios (sebangko) keliling. Ada juga kain songke dari keluarga di kampung. Saya jual dan ambil untung sedikit," tuturnya.
Meski demikian, Mama Kristina bukan tipe orang yang suka mengeluh dan gampang menyerah. Sebenarnya, dulu ia sempat berkerja, bahkan sejak ada di Kota Ruteng tahun 2001, ia bekerja sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL).
Namun karena semakin ketatnya penertiban dan penataan Kota Ruteng, pada tahun 2011 lokasi yang menjadi tempat jualan mereka dibongkar. Mama Kristina dan para PKL lainnya diberikan lahan di sekitar pasar Puni Ruteng. Namun, berjualan di lokasi tersebut sepi para pembeli, sehingga Mama Kristina berhenti berjualan.
"Waktu itu, di stand (tempat jualan) sangat sepi, sehari kadang tidak ada pemasukan. Uang malah habis dibayar Bemo pergi pulang," ceritanya.
Mama Kristina memutuskan berhenti berdagang, namun ia terus bekerja demi menafkahi dan menyekolahkan anak-anak. Bahkan pada tahun 2015 ia sempat bekerja pada satu perusahaan.
Di perusahaan tersebut, Mama Kristina bekerja menjadi Cleaning Service (CS) di kantor DPRD Kabupaten Manggarai. Satu setengah tahun bekerja, ia diberhentikan tanpa alasan jelas.
Menerima hal itu, ia tak protes sebab dirinya merasa hanyalah orang Kecil. Sejak saat itu hingga sekarang, Mama Kristina hanya mengandalkan kerja serabutan untuk menghidupi keluarga.
Jika melihat semangat juangnya yang tinggi, maka ia pasti tak membiarkan rumahnya reyot. Pasti akan diperbaiki. Sayangnya pendapatannya yang sedikit dan tidak tetap hanya mampu untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah.
Mama Kristina, memiliki empat orang anak. Anak pertamanya baru saja tamat SMA, sedangkan anak kedua berada di bangku kelas 2 SMA. Anak ketiga berada di kelas 3 SMP dan yang bungsu ada masih duduk di bangku kelas 6 SD.
"Yang membuat saya sedih, anak pertama ini nilainya bagus. Tiap hari dia minta untuk melanjutkan sekolahnya. Tapi saya masih bingung, sekolah dengan biaya darimana," tuturnya.
Sambil menetes air mata, dia menceritakan, andai saja ayah dari anak-anak itu bertanggung jawab penuh maka pastilah beban yang ia tanggung tidak seberat ini.
"Dulu memang masih sama suami, tapi saya hanya istri ke dua. Dia datang hanya sekali sebulan, setahun hanya kasih uang lima ratus ribu. itu tidak mungkin cukup," katanya.
Atas hal itu, Mama Kristina pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan suami. Suaminya sudah tidak diperbolehkan lagi datang ke rumahnya. Sementara, untuk segala jenis administrasi kependudukan anak-anak, semua mengatasnamakan dirinya sendiri.
Selama lebih dari 20 tahun hidup di Kota Ruteng, Mama Kristina mengaku belum pernah merasakan bantuan dari pemerintah daerah.
"Saya tidak terlalu mau protes. Saya hanya mengandalkan Tuhan. Tuhan pasti menolong saya sebab bagi saya manusia itu lahir karena Tuhan, begitu pula anak-anak saya. Tuhan pasti bantu," katanya.
Meskipun demikian, Mama Kristina berharap dengan adanya bedah rumah yang dilakukan oleh AKCBR, membuka mata Pemerintah Kabupaten Manggarai, sehingga ikut serta memperhatikan dirinya. Baik untuk kelanjutan pembangunan rumah maupun sekolah anak-anaknya nanti.
"Sebab harapan saya, anak-anak harus menjadi baik, lebih baik dari saya, jika mereka sekolah," tutupnya.
Adapun organisasi yang memberikan bantuan kepada yakni Ase Kae Cibal Ruteng (AKCBR). Organisasi kecil ini merupakan wadah yang menghimpun keluarga yang berasal dari Kecamatan Cibal Barat di Kota Ruteng.
Dalam wadah ini, para anggotanya melaksanakan arisan bulanan. Selain itu juga bertujuan untuk melakukan aksi sosial kepada yang membutuhkan.
Ketua AKCBR Sipri Naca mengatakan, kegiatan membedah rumah milik Mama Kristina digagas bersama oleh anggota AKCBR. Mulanya, ada anggota yang menyampaikan tentang kondisi keluarga dari Mama Kristina. Atas dasar itu mereka pun bersepakat untuk membantu membedah rumahnya.
"Setelah semua sepakat, kita langsung menghubungi Mama Kristina. Dia tak keberatan, sehingga Minggu lalu kita memulai lakukan pembongkaran rumah lamanya dan dibangun yang baru ini," katanya.
Ia juga mengatakan, apa yang dilakukan oleh AKCBR bukan atas dasar kelebihan yang yang dimiliki melainkan atas rasa peduli terhadap sesama. Sebab, semua anggota merasa prihatin dengan kondisi keluarga Mama Kristina.
"Semua bekerja secara sukarela, kami hanya memakai dua tukang saja. Selebihnya anggota yang lain bekerja secara gotong-royong," ucap Sipri.
Siprima bersyukur banyak respon positif dari berbagai pihak terhadap aksi sosial yang mereka lakukan ini. Beberapa pihak turut mengambil bagian dalam proses bedah rumah Mama Kristina seperti dari Bandung Utama Grup (BUG) Ruteng, Kodim 1612 Manggarai, dan Keuskupan Ruteng. Semua pihak membantu dengan caranya masing-masing.
"Puji Tuhan, ada yang menyumbang berbagai jenis material. Ada pula yang menyumbang beras dan lain-lain. Bahkan dari Kodim 1612 Manggarai mengirimkan beberapa anggotanya untuk ikut bekerja," tambahnya.
Meski demikian, sejauh ini menurut Sipri belum ada informasi mengenai ada atau tidaknya bantuan dari pemerintah daerah. Namun, kata dia, kepala bagian kesejahteraan Sosial Kabupaten Manggarai sudah pernah memantau langsung ke rumah Mama Kristina.
"Semoga nanti ada dari pemerintah. Kami juga berharap dari berbagai pihak, ada yang bersedia membantu keluarga Mama Kristina," tutupnya.
Mama Kristina adalah potret kelam perhatian pemerintah terhadap kondisi masyarakatnya, khusus Kabupaten Manggarai. Berharap semakin banyak pihak yang bersedia membantu untuk meringankan beban keluarganya. (A)