Angklung Sedulur Tergusur dari Malioboro Yogyakarta, Kini Adu Peruntungan di Kendari
Rara Waode, telisik indonesia
Selasa, 13 Mei 2025
0 dilihat
Kelompok musik tradisional Angklung Sedulur asal Yogyakarta, mengadu nasib di Kota Kendari. Foto: Rara Waode/Telisik
" Empat pria asal Yogyakarta mengadu peruntungan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, agar bisa memenuhi kehidupan sehari-hari mereka lewat alat musik tradisional "

KENDARI, TELISIK.ID – Empat pria asal Yogyakarta mengadu peruntungan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, agar bisa memenuhi kehidupan sehari-hari mereka lewat alat musik tradisional.
Keempat pria ini, dengan mengenakan kemeja batik paduan warna putih gading, biru, dan hitam, memperlihatkan kemahiran mereka memainkan alat musik angklung, kendang, dan tamborin saat menyambangi kantor telisik.id, Selasa (13/5/2025).
Alunan suara bambu yang mereka mainkan mengundang perhatian warga sekitar. Beberapa pengendara pun memperlambat laju kendaraannya untuk mendengarkan lantunan musik tradisional yang kini jarang terdengar di ruang-ruang publik.
Baca Juga: Kisah Pemuda Lulus Kuliah Tanpa Biaya Orang Tua, Nyambi Ojek dan Kuli Bangunan
Mereka tergabung dalam grup Angklung Sedulur, grup musik jalanan asal Malioboro, Yogyakarta, yang kini mengisi hari-harinya dengan berkeliling dari kota ke kota sambil menghibur warga.
“Dulu kami satu grup besar di Malioboro, tapi sekarang aturan sudah lebih ketat. Bahkan merokok pun tidak boleh. Akhirnya kami berpencar,” ucap Agus, salah satu anggota Angklung Sedulur.
Selain Agus, grup ini juga terdiri dari Soleh, Putra, dan Udin. Mereka berempat sudah dua tahun terakhir berkeliling ke berbagai kota di Indonesia, seperti Makassar dan Bitung (Sulawesi Utara).
“Kami biasa mulai dari jam 7 pagi, keliling dari Pasar Korem ke Pasar Lawata, sampai sore,” ucap Soleh, sambil memperbaiki posisi angklung yang digantung di dadanya.
Menurut Putra, masyarakat di pasar menyambut kehadiran mereka dengan cukup baik. Banyak yang sekadar tersenyum, tak sedikit pula yang memberi saweran.
Baca Juga: Derita Warga Tunggala Kendari, Langganan Banjir Lumpur Tanpa Perhatian Serius Pemerintah
“Kami senang bisa tetap memainkan musik tradisional, walau di jalanan. Yang penting kami bisa hidup dan orang juga bisa menikmati,” tuturnya.
Meski tanpa panggung megah, suara Angklung Sedulur tetap membawa nuansa yang berbeda di tengah rutinitas warga kota.
Mereka berharap, keberadaan musik tradisional bisa terus mendapat ruang di tengah perkembangan zaman. (A)
Penulis: Rara Waode
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS