Antisipasi Kerusakan Ekosistem Lahan Basah, Dishut Sulawesi Tenggara Tanam Ribuan Bibit Mangrove

Ridho Syafarullah, telisik indonesia
Minggu, 10 April 2022
0 dilihat
Antisipasi Kerusakan Ekosistem Lahan Basah, Dishut Sulawesi Tenggara Tanam Ribuan Bibit Mangrove
Tampak para masyarakat yang sedang menanam bibit mangrove bersama UPTD KPH Unit XXIV Gularaya. Foto: Ist

" Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem lainnya "

KENDARI, TELISIK.ID - Dalam mengendalikan serta memelihara ekosistem lahan basah Dinas Kehutanan (Dishut) Sulawesi Tenggara membentuk program penanaman bibit mangrove yang dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Mataiwoi, Desa Matandahi dan Desa Tiraosu, Kecamatan Kolono, Kabupaten Konawe Selatan.

Untuk mendukung fungsi lingkungan dan sumber ekonomi yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat diperlukan ekosistem yang baik, salah satu ekosistem tersebut adalah ekosistem lahan basah mangrove.

Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem lainnya, olehnya itu, lahan basah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

Fungsi lahan basah tidak saja dipahami sebagai pendukung kehidupan secara langsung, seperti sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk hidup, tapi juga memiliki berbagai fungsi ekologis lainnya seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global.

Kawasan lahan basah yang tercemar dapat dikatakan sulit dipulihkan apabila tercemar, perlu waktu bertahun-tahun untuk melakukan pemulihannya.

Dengan demikian, untuk melestarikan fungsi kawasan lahan basah sebagai pengatur siklus air dan penyedia air permukaan maupun air tanah perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran secara kompeten dengan memperhatikan keseimbangan ekologis dan kebutuhan masyarakat sekarang dan mendatang.

Tampak para masyarakat yang sedang menanam bibit mangrove bersama UPTD KPH Unit XXIV Gularaya. Foto: Ist

 

Dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) 2000-2005 menekankan pentingnya mempertimbangkan keadilan antar generasi dalam pembangunan. Mengatur rencana pengelolaan berbagai ekosistem, termasuk ekosistem-ekosistem lahan basah.

Baca Juga: Warga Keluhkan Cemaran Limbah di Sungai Tapak Kuda

Kerusakan lahan basah dapat dipengaruhi oleh tingginya kegiatan perambahan hutan dan alih fungsi lahan basah menjadi pemukiman, industri, pertanian, dan perkebunan.

Kerusakan-kerusakan yang terjadi secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat seperti meningkatnya angka kemiskinan serta menurunnya tingkat pendidikan dan kualitas hidup.

Untuk itu guna mengendalikan serta memelihara ekosistem lahan basah yang berada di Desa Mataiwoi, Desa Matandahi dan Desa Tiraosu, Dishut Sulawesi Tenggara melaksanakan program penanaman mangrove yang dilakukan oleh masyarakat setempat melalui UPTD KPH Unit XXIV Gularaya.

Tujuan Dishut Sulawesi Tenggara melaksanakan penanaman mangrove karena ekosistem mangrove merupakan daerah asuhan, berkembang biak, dan mencari makan berbagai jenis ikan dan udang. Oleh karena itu keberadaan ekosistem mangrove sangat penting dalam menjaga kelestarian stok perikanan.

Penanaman bibit mangrove. Foto: Repro Kompas

 

Selain itu, ekosistem mangrove juga berperan untuk menjaga stabilitas garis pantai. Adapun bibit mangrove yang disiapkan pada program ini berjumlah 457.380, bibit tersebut kemudian ditanam pada lahan basah seluas 126 Ha dengan jenis tanaman mangrove Rhizophora.

Kepala Bidang PDAS-RHL Dishut Sulawesi Tenggara, La Ode Yulardhi Junus menuturkan bahwa program ini dapat dikatakan berhasil apabila target program mencapai 70% sebab penanaman bibit bergantung kondisi lahan yang akan ditanami.

Baca Juga: Forsub Tolak Pj Bupati 3 Daerah Tak Lalui Usulan Gubernur Sulawesi Tenggara

Olehnya itu Dishut Sulawesi Tenggara memaparkan beberapa habitat yang ideal sebagai lokasi penanaman bibit mangrove harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Air tenang atau ombak tidak terlalu besar Karena bibit mangrove yang baru ditanam belum mampu menahan ombak.

2. Kawasan estuari atau muara sungai yaitu pertemuan air tawar dengan air laut (air payau). Dekat dengan pantai dan pasang surut air laut. Dengan salinitas berkisar 7-15 ppt.

3. Dasar berupa lumpur karena substrat dari lumpur akan tahan terhadap pergerakan arus air alut dibandingkan pasir.

Dengan adanya program penanaman bibit mangrove ini Dishut Sulawesi Tenggara berharap ekosistem lahan basah dapat terpelihara dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat desa Mataiwoi, Desa Matandahi dan Desa Tiraosu  untuk masa kini dan kedepannya. (C-Adv)

Penulis: Ridho Syafarullah

Editor: Musdar

Baca Juga