AS Kembali Gunakan Veto ke-49 Bela Anak Emas Israel dari Resolusi Gencatan Senjata Gaza di DK PBB
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Jumat, 06 Juni 2025
0 dilihat
Perang Israel-Palestina terus menelan korban sipil dan memicu kecaman internasional. Foto: Repro AFP.
" Amerika Serikat (AS) kembali menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk menggagalkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza "

NEW YORK CITY, TELISIK.ID - Amerika Serikat (AS) kembali menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk menggagalkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza.
Langkah ini memperpanjang deretan kebijakan Washington yang dinilai konsisten membela Israel, bahkan di tengah tekanan internasional yang semakin keras.
Pada Rabu, 4 Juni 2025, AS menjadi satu-satunya negara dari 15 anggota Dewan Keamanan yang menolak resolusi yang mendesak penghentian segera konflik dan pembebasan sandera di Gaza.
Empat anggota tetap lainnya Tiongkok, Rusia, Inggris, dan Prancisserta 10 anggota tidak tetap mendukung resolusi tersebut.
Veto ini menambah daftar panjang langkah serupa yang pernah diambil Washington untuk melindungi Israel. Sejak tahun 1972, Amerika telah memveto 49 resolusi terkait konflik Israel-Palestina, terutama yang menyerukan penghentian kekerasan atau mengutuk aksi militer Israel.
Dalam resolusi terbaru, kondisi di Gaza disebut sebagai “bencana kemanusiaan” yang membutuhkan penghentian konflik secara permanen dan tanpa syarat. Naskah juga menyerukan pencabutan pembatasan terhadap distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Namun, Duta Besar AS untuk PBB Dorothy Shea menyebut resolusi itu “tidak dapat diterima” karena gagal mengecam Hamas dan tidak menuntut perlucutan senjata dari kelompok tersebut.
"Amerika Serikat sudah jelas: kami tidak akan mendukung langkah apa pun yang gagal mengecam Hamas dan tidak meminta mereka meninggalkan Gaza," ujar Shea, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (6/6/2025).
Baca Juga: Infografis: Donald Trump Ingin Membeli Gaza
Shea juga menuduh bahwa proses penyusunan resolusi dilakukan untuk "menarik veto", dan menyebut bahwa Hamas tetap menjadi ancaman signifikan bagi Israel, meskipun sudah hampir 20 bulan sejak serangan kelompok itu pada Oktober 2023.
Pihak Hamas pun memberikan respons keras terhadap veto ini. Juru bicara Hamas, Basem Naim, menyebut langkah AS sebagai
“memalukan dan tercela”, serta bertentangan dengan nilai-nilai yang diklaim AS selama ini. “Bagaimana mungkin perwakilan Amerika di PBB mengangkat tangan menentang resolusi yang bisa menyelamatkan ribuan nyawa warga sipil tak berdosa?” ujarnya, dikutip dari Newsweek.
Menurut Naim, penggunaan hak veto yang berulang kali menunjukkan keberpihakan total Amerika terhadap Israel, apa pun bentuk pelanggaran hukum internasional yang dilakukan negara tersebut.
Dukungan AS terhadap Israel juga disambut hangat oleh pihak Tel Aviv. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menyampaikan terima kasih kepada Washington atas sikapnya.
“Kami berterima kasih kepada Amerika Serikat karena berdiri di sisi yang benar—di sisi kebenaran, keadilan, dan kejelasan moral,” katanya.
Menurut Danon, pesan dari resolusi itu justru berbahaya karena bisa dianggap sebagai legitimasi internasional terhadap tindakan Hamas.
“Tahan sandera sipil, dan PBB tetap akan memihak kalian. Teruskan perang, dan tekanan tetap akan jatuh kepada Israel, bukan kepada teroris yang memulainya,” lanjutnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga memuji langkah pemerintahan Presiden Donald Trump.
“Sekali lagi menunjukkan kepada musuh-musuh kami bahwa tidak ada jarak di antara kami," Kata Netanyahu, Dalam pernyataan di media sosial.
Baca Juga: Amerika Habiskan Rp 812 Miliar Suplai Kondom ke Jalur Gaza
Netanyahu menekankan pentingnya dukungan AS dalam melanjutkan operasi militer untuk membebaskan 58 sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza.
“Dunia yang beradab seharusnya menuntut pembebasan mereka segera dan tanpa syarat," klaim Netanyahu.
Di sisi lain, proses mediasi antara Hamas dan Israel yang difasilitasi AS di Qatar belum menunjukkan hasil. Bahkan, sejumlah laporan mengindikasikan adanya ketegangan dalam hubungan antara Presiden Trump dan Netanyahu terkait isu strategis lain seperti kelompok Houthi di Yaman, program nuklir Iran, serta masa depan pemerintahan Suriah. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS