Banting Stir Tanam Cabai, Petani di Muna Malah Merugi
Febry Jahra Lestiani, telisik indonesia
Sabtu, 27 Mei 2023
0 dilihat
Petani keluhkan harga cabai rawit yang anjlok di pasaran mencapai Rp 10 ribu per kilogram Foto: Ist.
" Setelah beralih dari tanam jagung ke cabai rawit karena potensinya lebih menjanjikan, nyatanya petani di Muna merugi karena anjoknya harga cabai rawit di pasaran "
KENDARI, TELISIK.ID – Setelah beralih tanam dari jagung ke cabai rawit karena potensinya lebih menjanjikan, nyatanya petani di Muna merugi karena anjoknya harga cabai rawit di pasaran, yang bahkan mencapai Rp 10 ribu per kilogram.
Bermodalkan peralatan sederhana, petani di Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna, mulai beralih tanam dari jagung ke cabai rawit. Hal itu dilakukan untuk mendapat keuntungan yang lebih besar dari penjualan yang diiming-imingkan yaitu Rp 45 ribu per kilogram dan bisa dipanen dalam waktu singkat.
Meski belum berpengalaman cara menanam cabai, mereka mengandalkan YouTube dan berbagi informasi antar petani tentang pupuk, pestisida dan perawatan lainnya yang dibutuhkan.
Para petani optimis usahanya akan berbuah manis karena di daerah tersebut ada tingkulak yang siap menadah hasil panen mereka untuk dibawa keluar daerah, permintaan salah satu pabrik sambal kemasan di Indonesia.
Baca Juga: Harga Cabai dan Bawang Merah Merosot Turun, Emak-Emak Berlomba Membeli
Beberapa bulan berlalu, para petani siap panen cabai dan siap dipasarkan. Alih-alih mendapat keuntungan, petani justru dikagetkan dengan harga yang turun menjadi Rp 35 ribu per kilogram, seminggu kemudian turun lagi Rp 30 ribu, 2 minggu kemudian Rp 25 ribu dan saat ini anjlok Rp 20 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram.
Para petani kecewa karena modal yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil penjualan. Ditambah lagi cuaca yang tidak menentu, membuat tanaman rentan terkena penyakit, sehingga mereka mengeluarkan dana tambahan untuk pupuk.
Salah seorang petani, Sunarsih, mengeluhkan harga pasaran cabai rawit yang sangat anjlok pasca Idul Fitri. Ia tidak kebingungan untuk menjual hasil panennya karena ada yang menadah, namun harganya tidak lagi sesuai dengan pengeluaran ketika penanaman dan perawatan.
‘’Kalaupun mau dijual ke pedagang di pasar, memang harganya lebih mahal selisih Rp 2 ribu, tetapi mereka hanya mengambil jumlah sedikit, sedangkan hasil panen cabai rawit banyak,’’ keluhnya.
Selain itu, Telisik.id melihat dalam postingan @lambeturah, viral postingan petani di Jawa yang membuang hasil panen cabai rawit di selokan jalan berpuluh-puluh kilogram. Hal tersebut menarik perhatian para netizen yang menyayangkan cabai rawit terbuang begitu saja.
‘’Mungkin kalian nggak tau gimana capenya jadi petani habis habisan keluarkan modal untuk menanam pas panen malah anjlok harganya,’’ tulis seorang netizen @wandhy di kolom komentar @lambeturah.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit di Jawa Timur Tembus Rp 100 Ribu per Kilogram, Ini Penyebabnya
Tak hanya di Muna, hampir semua petani cabai rawit ternyata merasakan hal yang sama. Dilansir dari hargapangan.id, kisaran harga cabai rawit tertinggi hanya mencapai Rp 20 ribu per kilogramnya.
Saat ditemui, salah seorang pedagang yang juga menjual cabai rawit, Wa Ima, mengaku kesulitan untuk mencari pasaran karena banyaknya produksi, tidak sesuai dengan permintaan pasar.
‘’Ada yang tadah biar berratus-ratus kilo di sini, tapi harganya hanya dikasih Rp 8 ribu sampai Rp 10 ribu saja per kilonya, jadi petani datang menjual ke saya yang harganya lebih tinggi hanya saja dalam jumlah sedikit,’’ jelasnya. (A)
Penulis: Febry Jahra Lestiani
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS