Benteng Kesultanan Buton, Tak Ditembus Belanda hingga Masuk Guinness World Record
Muhammad Israjab, telisik indonesia
Kamis, 24 Desember 2020
0 dilihat
Struktur bangunan Kesultanan Buton. Foto: Repro yukpigi.com
" Kesultanan Buton memang berada di pulau yang sangat strategis, memiliki jalur pelayaran yang menghubungkan pulau penghasil rempah di kawasan Timur Indonesia. "
KENDARI, TELISIK.ID - Di era kolonialisme, ada satu wilayah yang tak pernah ditembus Belanda dan kisahnya melegenda sampai sekarang, yakni Pulau Buton, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Wilayah tersebut dulunya adalah ibu kota Kesultanan Buton yang juga dijuluki dengan Negeri Seribu Benteng.
Kesultanan Buton memang berada di pulau yang sangat strategis, memiliki jalur pelayaran yang menghubungkan pulau penghasil rempah di kawasan Timur Indonesia.
Karena kondisi tersebut, wilayah Kesultanan Buton kerap jadi tempat singgah bagi para pedagang.
Dilansir dari berbagai sumber, Kesultanan Buton juga sempat memiliki hubungan dengan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), Kongsi Dagang Hindia Timur.
Bahkan hubungan antara VOC dan Buton cukup harmonis karena keduanya sama-sama memiliki kepentingan perdagangan.
Meski demikian, VOC lambat laun dianggap mencoba menjajah Buton, mereka juga mulai merasa congkak dan memperlakukan masyarakat Buton dengan semena-mena dalam berdagang.
Atas laporan itu, Buton mulai melakukan perlawanan. Dimana Raja Kesultanan Buton, Himayatuddin melakukan perlawanan dengan cara membiarkan kapal VOC dirampas oleh perompak kapal.
Baca juga: Bocah SD Ini Bantu Ibunya Berjualan di Lampu Merah Demi Sekolah
Peristiwa tersebut terjadi pada 17 September 1750.
VOC merasa dikhianati karena Kesultanan Buton seharusnya melindungi kapal mereka. Karena hal tersebut, mereka meminta ganti rugi kepada Buton lantaran dianggap menciderai perjanjian keamanan.
Himayatuddin tentu saja menolaknya, terlebih setelah ia tahu bahwa kepala perompak tersebut adalah orang Eropa dan menganggapnya sebagai urusan VOC sendiri.
Aksi perampasan oleh perompak Eropa mulai gencar dilakukan terhadap kapal VOC.
Di sisi lain Himayatuddin mulai mempersiapkan benteng dan pasukannya di hutan dan gunung.
Ancaman perang oleh VOC kepada Buton akhirnya terjadi. Buton memiliki sistem pertahanan dan benteng yang dulu diberikan VOC, namun benteng itu yang digunakan untuk menghadang serangan mereka.
Kuatnya kesultanan Buton berhasil menggagalkan penyerangan VOC selama beberapa kali, tercatat pada tahun 1752, 1755, dan 1776.
Kuatnya pertahanan Buton membuat VOC menyerah menyerang Buton dan tak mau mencari masalah dengan mereka.
Baca juga: Kakek Sikke, Pria Senja yang Sudah Setengah Abad Mengayuh Becak
Atas peristiwa tersebut, pada bulan September 2006 silam Kesultanan Buton mendapat dua penghargaan. Penghargaan pertama dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan penghargaan kedua datang dari Guinness Book Wolrd Record. Benteng Buton dinobatkan sebagai benteng terluas di dunia.
Benteng ini merupakan benteng terluas di dunia. Benteng ini berada di lokasi seluas 23.375 hektar.
Uniknya, benteng ini terbuat dari batu kapur. Dulunya benteng ini dijadikan sebagai tempat pertahanan, sekaligus difungsikan sebagai ibu kota Kesultanan Buton.
Dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji, Benteng Keraton Buton ini memiliki 3 komponen, yaitu bedil atau meriam, lawa, dan balarua.
Letaknya yang berada di puncak bukit, sehingga pengunjung dari sini sekaligus bisa menikmati keindahan Kota Buton atau Kota Bau-Bau.
Meriam yang dimiliki oleh benteng ini terbuat dari besi tua. Dulunya merupakan persenjataan Kesultanan Buton melawan Portugis dan Belanda.
Selain meriam, benteng ini terdapat 12 lawa atau pintu gerbang. Pintu tersebut berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung di sekitarnya.
Sampai saat ini Benteng Keraton Buton masih berdiri kokoh. (C)
Reporter: Muhammad Israjab
Editor: Fitrah Nugraha