Berdasarkan Penelitian Singapura, Sejumlah Kota di Negara Ini Akan Tenggelam
Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Senin, 26 September 2022
0 dilihat
Jakarta menjadi salah satu kota yang akan tenggelam berdasarkan hasil penelitian dari NTU, salah satu universitas ternama asal Singapura. Foto: Repro cari-homestay.com
" Hasil studi terbaru yang dilakukan oleh salah satu Universitas ternama Singapura, Nanyang Technological University (NTU) menunjukkan kota-kota pesisir yang luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara lebih cepat daripada di tempat lain di dunia "
SINGAPURA. TELISIK.ID - Hasil studi terbaru yang dilakukan oleh salah satu Universitas ternama Singapura, Nanyang Technological University (NTU) menunjukkan kota-kota pesisir yang luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara lebih cepat daripada di tempat lain di dunia.
Hal tersebut dikarenakan percepatan urbanisasi membuat kota-kota ini menyedot air tanah secara besar-besaran untuk melayani populasi mereka yang berkembang.
Melansir koran-jakarta.com, penelitian ini dipimpin oleh NTU bekerja sama dengan tim ilmuwan internasional dari University of New Mexico, ETH Zürich, dan Jet Propulsion Lab NASA yang dikelola oleh California Institute of Technology.
Baca Juga: Red Sea Blue Hole Kuburan Penyelam dengan Keindahan Alam
"Untuk mengukur laju tenggelamnya tanah, penelitian memeriksa citra satelit yang diproses dari 48 kota pesisir dari 2014 hingga 2020 menggunakan sistem pemrosesan berbasis cloud yang disebut Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR)," bunyi rilis NTU, baru-baru ini.
Mengutip sindonews.com, Kota Ho Chi Minh yang merupakan pusat urbanisasi dan bisnis utama Vietnam tenggelam dengan kecepatan rata-rata 16,2 milimeter per tahun. Kota ini menduduki puncak daftar 48 kota pesisir di seluruh dunia berdasarkan studi data satelit.
Kota pelabuhan Chittagong di Bangladesh Selatan adalah yang paling cepat tenggelam kedua dengan Ahmedabad di India selatan, ibu kota Indonesia Jakarta dan pusat komersial Myanmar Yangon juga tenggelam lebih dari 20 milimeter per tahun.
"Banyak dari kota-kota pesisir yang menetap ini berkembang pesat dengan permintaan air tanah yang tinggi dan beban dari struktur bangunan berkontribusi pada sedimen permukaan tanah," kata studi yang sama.
Mengutip kompas.com, kota-kota itu tenggelam bukan akibat perubahan iklim, tetapi tim peneliti mengatakan pekerjaan mereka akan memberi wawasan yang lebih baik tentang bagaimana fenomena tersebut akan "memperparah efek kenaikan rata-rata permukaan laut yang didorong oleh iklim".
Pada 2050, menurut Intergovernmental Panel on Climate Change atau Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim PBB (IPCC), lebih dari satu miliar orang akan tinggal di kota-kota pesisir yang berisiko naik permukaan lautnya.
IPCC mengatakan bahwa permukaan laut global bisa naik hingga 60 sentimeter (24 inci) pada akhir abad ini bahkan jika emisi gas rumah kaca berkurang tajam.
Tenggelamnya daratan memperburuk masalah yang dihadapi kota-kota pesisir dengan naiknya permukaan laut karena gletser dan lapisan es terus mencair. Ketika laju penurunan daratan meningkat, laju relatif kenaikan permukaan laut akan meningkat juga.
Perkiraan tingkat kenaikan permukaan laut saat ini rata-rata 3,7 milimeter per tahun. Hasil studi tersebut juga menyimpulkan bahwa laju penurunan tanah memiliki variabilitas yang lebih tinggi daripada perkiraan saat ini oleh Panel Internasional untuk perubahan iklim.
Penulis pertama makalah Cheryl Tay, seorang mahasiswa PhD di NTU's Asian School of the Environment and Earth Observatory of Singapore, menguraikan dampak dari temuan penelitian tersebut dalam rilis berita NTU.
Baca Juga: Wanita Cantik Ini Tewas karena Hijab, Kondisinya Mengerikan
"Penenggelaman tanah yang cepat sering disebabkan oleh ekstraksi air tanah. Ini mengkhawatirkan di Asia di mana banyak kota pesisir sekarang menjadi pusat pertumbuhan, dan ada permintaan yang tinggi untuk ekstraksi air tanah untuk memenuhi kebutuhan air dari populasi yang terus bertambah," ungkap Cheryl seperti dilansir dari koran-jakarta.com
Dia mencatat dengan memperkirakan kecepatan tenggelamnya kota-kota pesisir yang berpenduduk padat, itu dapat membatasi proyeksi banjir pesisir dalam beberapa dekade mendatang.
Rekan penulis dan pakar Ilmu Bumi NTU, Emma Hill mengatakan temuan tersebut memungkinkan masyarakat dan pembuat kebijakan yang terkena dampak untuk mengidentifikasi wilayah berisiko tinggi.
"Dan mengambil tindakan untuk mengatasi risiko pesisir," ujarnya. (C)
Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan
Editor: Kardin