BKKBN Sulawesi Tenggara Sosialisasi Pencegahan Stunting pada Remaja

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Selasa, 01 November 2022
0 dilihat
BKKBN Sulawesi Tenggara Sosialisasi Pencegahan Stunting pada Remaja
Ketua BKKBN pusat, Hasto Wardoyo dan Ketua BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara Drs Asmar, beserta jajaran pimpinan, dosen dan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari saat sosialisasi pencegahan stunting. Foto: Adinda Septia Putri/ Telisik

" BKKBN Sulawesi Tenggara berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di dengan melakukan sosialisasi kepada remaja sebagai generasi masa depan "

KENDARI, TELISIK.ID – Angka stunting pada anak di Indonesia sudah dalam level mengkhawatirkan. Pasalnya, Indonesia menjadi negara dengan tingkat stunting tertinggi ke-5 di dunia dan ke-2 di Asia Tenggara.

Oleh karena itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), khususnya wilayah Sulawesi Tenggara berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di Sulawesi Tenggara dengan melakukan sosialisasi kepada remaja sebagai generasi masa depan.

Kepala BKKBN Sulawesi Tenggara, Drs Asmar melaporkan tingginya tingkat stunting di Sulawesi Tenggara, yaitu mencapai 30 persen. Angka ini disumbang oleh kabupaten Buton Tengah dan Buton Selatan sebagai kabupaten dengan angka stunting tertinggi di Sulawesi Tenggara.

BKKBN Sulawesi Tenggara berkoordinasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) provinsi, Tim Sekretariat, Tim Satgas Provinsi, Tim Sekretariat Pelaksana, Dinkes, Bappeda, Pemdes, OPD, PKK  dan Technical Assistant dalam mencegah dan mempercepat penurunan stunting di Sulawesi Tenggara.

Di tempat yang sama, Kepala BKKBN pusat, dr.Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan ciri anak yang stunting atau kurang gizi antara lain adalah tubuh anak yang pendek, tingkat kecerdasan yang kurang, dan tubuh yang mudah terserang penyakit.

Baca Juga: Kejari Kendari Didemo Tuntut Dugaan Korupsi Pengadaan Alkes dan Mobil Penyapu Jalan

Menurutnya, anak yang stunting, di masa tuanya ketika mulai berumur 45 tahun ke atas, akan timbul berbagai penyakit di tubuhnya, seperti serangan jantung, darah tinggi, stoke dan lain-lain.

Hasto menambahkan, langkah konkrit yang bisa dilakukan masyarakat dalam mencegah stunting adalah dengan cara mengurangi konsumsi rokok, minuman beralkohol dan narkoba, khususnya untuk laki-laki.

Ketiga hal tersebut pasalnya bisa menurunkan kualitas sperma yang dihasilkan, sehingga melahirkan bayi yang stunting. Langkah lain yang bisa dilakukan adalah dengan perbanyak konsumsi zink dan asam folat yang bisa meningkatkan kualitas sperma.

Pencegahan stunting secara maksimal dapat dilakukan di 1000 hari pertama kehidupan bayi. Di masa ini dimulai dari awal kehamilan hingga 2 tahun setelah lahir, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar agar tumbuh kembang optimal.

Hasto berharap, generasi muda nantinya dapat melahirkan bayi yang sehat sehingga bonus demografi di tahun 2035 mempunyai potensi yang besar bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Sementara itu, Direktur Politeknik Kesehatan Kendari, Teguh Fathurrahman menjelaskan perannya sebagai civitas akademi bidang kesehatan dalam menurunkan tingkat stunting di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: DPRD Sorot PAD, Pemkot Harap Perumda Air Minum Tirta Anoa Bisa Maksimal

Teguh menjelaskan, pihaknya bersama dosen-dosen lain, saat ini melakukan program penanggulangan stunting bagi masyarakat pesisir pantai yaitu dengan membentuk pos kesehatan terpadu.

Program tersebut dilakukan dengan pendampingan bagi keluarga yang mempunyai anak stunting. Program stunting nyatanya juga didukung oleh alokasi anggaran khusus yang dikeluarkan dari dana desa di seluruh Sulawesi Tenggara.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo telah menargetkan penurunan angka stunting di Indonesia harus mencapai 14 persen sebelum akhir 2024. Hal ini tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. (A-Adv)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga