Dampak El Nino, Hasil Panen di Konawe Selatan Turun Signifikan

Evy Septiana Warsito, telisik indonesia
Kamis, 26 Oktober 2023
0 dilihat
Dampak El Nino, Hasil Panen di Konawe Selatan Turun Signifikan
Salah satu kawasan pertanian yang terdampak el nino, di Kabupaten Konawe Selatan. Foto: Evy Septiana/Telisik

" Akibat kemarau berkepanjangan, pasokan air di lahan pertanian sangat berkurang, sehingga berdampak pada penurunan hasil pertanian "

KONAWE SELATAN, TELISIK.ID - Akibat kemarau berkepanjangan, pasokan air di lahan pertanian sangat berkurang, sehingga berdampak pada penurunan hasil pertanian. Seperti yang terjadi di Konawe Selatan, khususnya kawasan Lawoila dan Cialam.

Peran penting Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam menangani masalah tersebut yakni sebagai wadah penyalur aspirasi terkait keluhan-keluhan petani, seperti serangan hama padi maupun dampak musim kemarau.

Salah satu program yang dicanangkan BPP, yaitu Asuransi. Pogram Asuransi ini merupakan program bantuan pemerintah, dimana petani membayar setiap kali panen per hektare sebesar Rp 36.000.

Ketika mengalami gagal panen, petani melaporkan berapa presentase lahan yang rusak, untuk diberikan bantuan. Sebagai contoh jika lahan rusak setengah hektare, masyarakat akan memperoleh bantuan subsidi setengah hektare.

Menurut Suparlan, Ketua Kelompok Tani, produktifitas padi biasanya 65 persen sampai 70 persen, namun di musim kemarau, hasil panen menurun signifikan menjadi 30 persen.

Baca Juga: El Nino Sebabkan Harga Beras di Kota Baubau Melonjak Drastis

Berdasarkan pantauan Telisik.id di kawasan pertanian Lawoila, Rabu (25/10/2023), biasanya per satu hektare sawah dapat menghasilkan 5 ton, namun di musim kemarau jumlah tersebut dapat mengalami penurunan hingga 2-3 ton.

Sedangkan di kawasan pertanian Cialam, satu kavling sawah paling banyak menghasilkan padi 3 ton, tapi selama musim kemarau ini, sisa 1 ton.

Musim kemarau juga berdampak pada kualitas padi, dimana jumlah produksi buah atau malai kadangkala sedikit. Apabila ukuran padi tersebut kecil, maka banyak yang hancur, sehingga ketika dilakukan proses pemupukan, tentu membutuhkan pasokan air yang banyak. Jika pasokan air berkurang, akan menimbulkan permasalahan yang lain.

Keterbatasan pupuk juga menjadi kendala para petani. Diketahui, pupuk Urea dijual seharga Rp 112.000 sampai Rp 115.000. Sedangkan di kawasan pertanian Cialam, petani mengaku tidak merata memperoleh bantuan subsidi pupuk.

Adapun masalah lain, masalah hama yang tidak bisa dikendalikan seperti hama tikus, wereng dan walang sangit.

Baca Juga: Akibat El Nino Pertanian di Kabupaten Bombana Terancam Gagal Panen

"Upaya Pertanian yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dilaksanakan kerja ama dengan kelompok tani, dimana program yang diberlakukan antara lain kumpulan kerja bakti, musyawarah terkait saluran mana yang perlu pembenahan, kapan melakukan penanaman, dan sebagainya," ujar salah seorang petani, Iman.

Masyarakat juga mengaku sangat membutuhkan pompa air, karena apabila air sungai surut, pasokan air pun menjadi tidak menentu. Masalah pompa air merupakan salah satu aspek yang menjadi kebutuhan petani.

Petani berharap pemerataan bantuan subsidi pupuk, dibuatkan bendungan, terlebih praktik-praktik pertanian berkelanjutan di musim kemarau ini. (B)

Penulis: Evy Septiana Warsito

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga