Desa Waara Muna, Kampung Pengrajin dan Penerbang Layangan Kolope

Sunaryo, telisik indonesia
Jumat, 25 April 2025
0 dilihat
Desa Waara Muna, Kampung Pengrajin dan Penerbang Layangan Kolope
Kades Waara, La Lukari berada di tugu Kaghati Kolope yang dibangun menggunakan Dana Desa (DD). Foto: Sunaryo/Telisik.

" Layangan (Kaghati) tradisional Kolope Muna merupakan layangan tertua di dunia yang ada sekitar 4.000 tahun "

MUNA, TELISIK.ID - Layangan (Kaghati) tradisional Kolope Muna merupakan layangan tertua di dunia yang ada sekitar 4.000 tahun.

Layang yang terbuat dari daun umbian Kolepe yang dikeringkan dan seratnya dari nenas hutan, telah mengikuti lomba baik ditingkat nasional maupun internasional.

Tak banyak yang tahu, ternyata pengrajin dan penerbang layangan tradisional itu berasal dari Desa Waara, Kecamatan Loghia, Kabupaten Muna.

Kepala Desa (Kades) Waara, La Lukari menerangkan, ada dua warganya menjadi pengrajin dan penerbangan Kagahti Kolope. Adalah almarhum La Masili dan La Sima. Berkat Kaghati Kolope, keduanya telah keliling Indonesia dan mancanegara mengikuti lomba. Hasilnya, keduanya selalu menjadi juara.

Baca Juga: Mengenal Layang-Layang Tertua di Dunia Bakal Diterbangkan Juli dalam Even Kaghati Kolope Muna

"Dalam waktu dekat, La Sima akan berangkat ke Negara Swiss untuk menerbangkan Kaghati Kolope," kata La Lukari, Jumat (25/4/2025).

Untuk mengabadikan karya dan prestasi dua warganya itu, Lukari membangun tugu dan pembatas desa dengan menggunakan simbol Kaghati Kolope.

Baca Juga: Kemenparekraf Siap Promosikan Kaghati Kolope Muna di Luar Negeri

Kaghati Kolope merupakan layang-layang purba tertua di dunia yang dibuktikan dengan adanya gambar layang-layang purba yang ada pada dinding Gua Liangkabhori di Desa Wisata Liangkabhori, Kecamatan Lohia.

Kaghati Kolope dibuat dari daun kolope (umbi hutan) yang dikeringkan dan dianyam dengan bambu. Kerangka layangan terbuat dari bambu, lalu daun kolope yang telah dikeringkan dipotong ujungnya dijalin untuk menutupi rangka tersebut. Tali layangan dibuat dari serat nanas hutan yang dipintal. (C)

Penulis: Sunaryo

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga