Fenomena Resesi Seks yang Berimbas Godoksa Mengancam Korea Selatan
Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Selasa, 27 Desember 2022
0 dilihat
Fenomena resesi seks atau keengganan berhubungan seks mengancam Korea Selatan. Foto: Repro CNBC Indonesia
" Fenomena resesi bukan hanya menyangkut soal ekonomi, negara maju seperti Korea Selatan juga punya ancaman resesi seks "
SEOUL, TELISIK.ID - Fenomena resesi bukan hanya menyangkut soal ekonomi, negara maju seperti Korea Selatan juga punya ancaman resesi seks.
Dilansir dari cnnindonesia.com, Korea Selatan mendapat predikat sebagai negara dengan tingkat kesuburan rendah, angkanya hanya mencapai 0,8 persen, turun 0,3 persen dari sebelumnya 1,1 persen.
Tak hanya Korea Selatan, negara lain seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Singapura dan Rusia juga terancam resesi seks.
Resesi seks sendiri dicetuskan oleh seorang peneliti dan penulis bernama Kate Julian pada tahun 2018, dalam karya tulisnya berjudul The Atlantic. Menurutnya resesi seks adalah fenomena berhubungan seks yang makin surut.
Baca Juga: Kota Unik Ini Terletak di Bawah Tanah
Definisi itu ia kutip dari sebuah penelitian yang dilakukan Jean M. Twenge, seorang profesor psikologi dari San Diego State University yang mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika.
Mengambil data dari General Social Survey dari 1990-an hingga 2014, Twenge menemukan rata-rata orang dewasa berhubungan seks menurun dari 62 kali dalam setahun jadi 54 kali saja.
Dari hasil wawancara Kate dengan para ahli, ia dapat menyimpulkan beberapa penyebab terkait resesi seks tersebut, antara lain penggunaan antidepresan, tingkat kecemasan tinggi, tekanan ekonomi, video porno, kurang tidur, obesitas, dan cara mendidik orang tua.
"Beberapa ahli yang saya ajak bicara menawarkan penjelasan yang lebih lengkap terkait penurunan seks. Misalnya, tingkat pelecehan seksual masa kanak-kanak yang menurun dalam beberapa dekade terakhir, dan pelecehan dapat mengakibatkan perilaku seksual dewasa sebelum waktunya dan seks bebas," tulis Julian di The Atlantic.
Selain itu ada juga yang beralasan tidak ada lagi gairah untuk berhubungan seks, ragam orientasi seksual, prioritas berbeda (pendidikan, karier) dan ada kemerdekaan lebih untuk memilih pasangan hidup.
Fenomena resesi seks dapat berakibat pada penurunan jumlah penduduk suatu negara. Di Korea Selatan misalnya yang hanya punya tingkat kesuburan 0,8 persen. Angka ini sangat kurang untuk menjaga populasi, setidaknya tingkat kesuburan harus 2,1 persen.
Begitu juga menurut studi dari Indiana University, menemukan penurunan hubungan seks orang dewasa di Amerika. Hal ini juga terjadi di negara lain seperti Australia dan Turki.
Dikutip dari health.detik.com, selain menurunkan populasi, bayang-bayang resesi seks di Korea Selatan juga berimbas pada masalah baru.
Masalah tersebut adalah godoksa, atau fenomena paruh baya yang mati dalam kesepian atau sendirian. Seringnya mereka baru ditemukan mayatnya setelah beberapa hari meninggal.
Meninggal kesepian dikategorikan pada kasus kematian saat hidup menyendiri, terputus dari keluarga atau kerabat, meninggal karena bunuh diri atau sakit.
Tahun lalu, Korea Selatan mencatat fenomena godoksa menewaskan 3.378 orang, naik dari 2.412 pada 2017, menurut laporan yang dirilis Rabu lalu oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan.
Tahun lalu, Korea Selatan mencatat fenomena godoksa menewaskan 3.378 orang, naik dari 2.412 pada 2017, menurut laporan yang dirilis Rabu lalu oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan.
Baca Juga: Deretan Wanita Paling Cantik Sepanjang Tahun 2022
Laporan kementerian tersebut adalah yang pertama sejak pemerintah memberlakukan Undang-Undang Pencegahan dan Penanganan Kematian Kesepian pada tahun 2021, saat pembaruan diperlukan setiap lima tahun untuk membantu menetapkan kebijakan mencegah meninggal kesepian.
Meskipun kematian akibat kesepian memengaruhi orang-orang di berbagai demografi, pria paruh baya dan lanjut usia tampak sangat berisiko. Jumlah pria yang mengalami kematian kesepian 5,3 kali lipat dari wanita pada tahun 2021, naik dari empat kali lipat sebelumnya.
Orang-orang berusia 50-an dan 60-an menjadi penyumbang terbanyak yakni hingga 60 persen kematian kesepian tahun lalu, jumlah besar di usia 40-an dan 70-an juga. Orang berusia 20-an dan 30-an menyumbang 6 persen hingga 8 persen. (C)
Penulis: Adinda Septia Putri
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS